*****







Jederrr!

Kabar duka itu tersebar dalam sekejap. Bak minyak dan api yang menyatu. Terdengar dalam semalam.

Tak terkecuali oleh Kim Yeri.

Gadis yang penasaran dengan hilangnya Jeon Jungkook dari peradaban kampus beberapa hari ini. Tanpa kabar dan mengabarinya apapun.

Bukannya marah, ataupun merasa cemburu. Kim Yerim masih memiliki hati. Ia merasa kasihan.

Bagaimanapun Lee Jieun adalah sunbae, senior, kakak tingkatnya. Terlepas dari hubungan buruk yag terbentuk tanpa sengaja.

Lagipula juga ini bukan salah sunbae itu? Hanya takdir yang tidak tepat...

.

Didalam kamar luas sang putri, Kim Yerim berdiri disamping jendela. Menggigit bibir bawahnya sesekali mencoba menimang apa ia harus menghubungi Jeon Jungkook untuk sekedar menanyakan perkembangan.

Dia tidak akan berpikir yang tidak-tidak kan?

Lagipula niatku baik.

Akhirnya berbagai pertimbangan, tombol 0 (null) pada ponsel Yeri tekan lama, dimana otomatis memanggil pemilik nomor telepon yang tersimpan dinomor tersebut.

Berarti urutan namja itu dalam hidupnya lebih dari penting. Sebelum memulai angka 1, nol-lah permulaanya.

Tuttt! Tuttt!

Tak terjawab. Berkali-kali. Sampai Kim Yerim menyerah.

Apa ia masih sibuk? Mengurus pemakaman ibu Jieun?

Ia harus mengerti bahwa setiap orang butuh waktu untuk berpikir. Mungkin Jungkook masih menemaninya.




*****




"Jieun—sunbae," panggilan lembut seseorang membuat orang yang disebut terpanggil menoleh.

Penampilan mata yang bengkak, wajah tanpa make up namun tetap lembut, lengkap dengan pakaian yang masih bertema gelap. Bukan lagi berada di situasi pemakaman, tetapi Jieun masih merasa hatinya masih berkabung.

Dahi Jieun ditambah rasa heran akan seseorang yang datang kerumahnya.

"Yeri?" Bukan wanita bermarga Lee itu semestinya bersuara, namun yang menggantikannya malah seorang lelaki. Jeon Jungkook. Lelaki yang masih berstatus kekasih Jieun-pun ijut terheran.

"Ouh Jungkook—oppa. Mian, aku datang kesini..." Yeri tersenyum tipis.

"Kau perlu apa kesini?" Sela Jungkook cepat. Membuat Yeri seketika gagap dan terasingkan.

"A-pa aku tidak boleh ada disini?"

Jungkook mendekat dan mencoba menarik tangan Yeri dari rumah yang masih dalam suasana berkabung itu...
"Pulanglah, kita bisa bicara berdua nanti Yeri, pulanglah untuk saat ini..."

Dengan enggan Yeri mencoba menahan tarikan pelan Jungkook. Ia hanya bermaksud baik datang kesana. "Aku tidak ingin menemuimu, aku hanya ingin melihat Jieun—unni."

"Ini bukan waktu yang tepat untuk merasa simpati Yeri, pulanglah!"

Ketegasan Jungkook sedikit menekan, seketika membuat bulu kuduk Yeri meremang tajam. Tidak percaya ia akan diusir seperti orang kejam sahaja.

"Oppa, apa ada yang salah?"

*

Keributan kecil mereka kini mendapati perhatian dari orang yang sedari tadi hanya diam. Tidak berbicara satu katapun sebab kelemasan yang berarti.

"Jeon Jungkook. Berhenti,"
"Aku tidak suka kau kasar begini, bukankah Yeri bermaksud baik..."

Dengan wajah pucat pasi Jieun mendekati Yeri,
"Terima kasih telah datang. Tapi kau tahukan rasa seseorang yang merasa kehilangan pasti ingin sendiri?" Ucapnya pada Yeri lemah.

Ya, aku tahu dengan baik rasa itu, Yeri membatin

"Aku ingin meminta satu hal juga padamu, Kim Yerim..." lanjutnya.

"Eoh?"

Nada bingung Yeri membuatnya terjerumus.
"Tolong bawa Jungkook pergi dari sini. Dari kemarin ia tidak ingin pulang,"

Seketika menjadikannya orang yang serba salah sebab memilih terlibat ditengah-tengah mereka.

"..."

Benar, tepat disaat itu Jungkook menoleh dan berteriak tidak suka. "Jieun—noona!"

"Kook, pulanglah... aku mohon aku butuh sendiri."

"Tidak. aku, aku tidak akan pergi dari sini,"
"Sampai noona berhenti bersedih." Kukuh Jungkook.

Yeri meremas ujung bajunya kuat. Mencoba menahan keterkejutannya akan apa yang coba ia lakukan dikandang macan. Ia tidak menduga jika ia hanya datang untuk mendengar drama menjijikan ini.

Jeon Jungkook, semestinya tidak sekasar ini kau memperlakukanku...

Ditambah dengan lembut juga Jieun memperlakukannya membuat Yeri muak.
"Yeri, aku tahu kau mencintai Jungkook. Aku juga tahu lelaki itu mencintaimu. Aku hanya menganggapnya sebagai adik. Tetapi ia terus menolak kenyataan itu. Aku menjelaskan apa adanya,"

"Tetapi aku sudah tidak sanggup menangani keluarga Jeon yang terus salah paham padaku."
"Jadi, bawa dia pergi dari sini...,"

"Jieun Noona!!!," Jungkook kembali berteriak marah saat Jieun memilih pergi dari halaman dan masuk kerumahnya dengan cepat, tak lupa menguncinya.

*

Lepas pandang dari pintu yang terkunci, Jungkook lantas berbalik memandang Yerim kembali.

"Yeri, sudah aku bilang ini bukan waktu yang tepat!"
"Aku akan menjelaskannya nanti,"
"Semua memerlukan waktu,..."

"Wae?" Dengan enggan Yeri bertanya. "Kenapa aku harus pergi?"

Yeri merasa marah. Matanya bisa menunjukkan semua itu.
"Aku hanya mengunjungi salah satu sunbae apa itu salah? Kenapa kau jadi kasar padaku seperti ini Jeon Jungkook—ssi!" Lengkap dengan panggilan formal yang menandai.

"Semua perlu waktu Kim Yerim," putus asa Jungkook tanpa sadar. Kepalanya sudah ingin pecah karena berbagai hal.

Sampai—
"Aku tidak perlu lagi,"

"...?"

—gadis bermarga Kim itu kembali menambah daftar panjang beban pikirannya.
"Waktu atau dirimu, aku tidak butuh!"

.
.
.

"Mulai sekarang jangan mendekatiku lagi Jeon Jungkook!"







###TBC###





Sumpah cerita ini tuh gak tau lagi...
Mau END juga bingung sama endingnya :((

Aku nulisnya tanpa rasa, udah gaje banget harap maklum 😭😂😭

Unblock Me - jjk X kyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang