00. The Beginning

Mulai dari awal
                                    

"Kamu sama aku! Ayo!" Rain yang baru akan membantah tiba-tiba dibuat kaget oleh Sky yang sudah bergegas ke garasi untuk mengeluarkan mobilnya.

"Rain.." Panggil Ganendra.

"Eh? I..iya, Pa?" Balas Rain gugup.

"Ayo cepetan! Nanti ditinggal loh sama kakaknya." Ucap Ganendra lagi-lagi membuat Rain kaget, pasalnya Ganendra tak pernah menyebut-nyebut status mereka sebelumnya.

Pipp.. Pipp..

Suara klakson mobil Sky menyadarkan Rain. Ia segera berpamitan pada Ganendra dan langsung pergi karena takut membuat Sky menunggu lama.

Tak ada suara sama sekali dalam perjalanan menuju sekolah. Bahkan, suara musik mobil pun tak terdengar. Benar-benar keheningan yang hakiki.

"Turun!" Perintah Sky sesaat setelah menepikan mobilnya tak jauh dari gerbang sekolah.

Rain menoleh sebentar lalu mengangguk kemudian turun dari mobil. Setelah menutup pintu, mobil Sky segera melaju meninggalkan Rain yang masih mematung menatap mobil Sky yang semakin menjauh.

Rain tersenyum tulus. Setidaknya Sky sudah berbaik hati dengan memberinya tumpangan dan membuatnya tetap sehat dengan berolahraga. Ayolah, berjalan sejauh dua puluh meter lebih tidak akan membuatnya langsung mati kan?

Sementara itu, Sky yang sempat melirik Rain dari kaca spionnya langsung memukul setir dengan cukup keras. Kenapa? Kenapa harus anak sepolos dan sebaik Rain yang harus menerima perlakuan dinginnya? Seandainya saja Rain tak menjadi adiknya, dia pasti akan dengan senang hati menjadi sahabatnya.

.

.

"Woy! Rain!" Teriak Yongki saat Rain memasuki kelas.

"Santai, Ki! Telingaku masih berfungsi dua-duanya." Kata Rain datar.

"Hehe, tumben telat. Dianterin om Endra?" Tanya Yongki sambil mengikuti Rain ke arah tempat duduk mereka.

"Gak!" Jawab Rain sambil menaruh tasnya dan langsung duduk.

"Terus? Oo, aku tau! Pasti kamu naik bus kan? Terus busnya kepenuhan jadi kamu gerah dan keringetan kayak gini. Mm, kalo soal seragam kamu yang kotor, kamu abis jatoh ya?" Celoteh Yongki yang berlagak tau semuanya.

"Sok tau kamu!" Ucap Rain sarkas.

"Terus apa dong?" Tanya Yongki lagi.

"Aku berangkat bareng Sky! Puas?" Jawab Rain.

"HAH!?"...

"Woy! Gak usah pake teriak-teriak segala sih, Ki. Gak capek apa teriak mulu?"...

"Abisnya kamu bercandanya pake bawa-bawa nama kak Sky segala sih. Hahaha.. Lucu banget, Rain!" Kata Yongki yang tak percaya dengan pengakuan Rain.

"Eh, siapa yang bercanda, Ki? Aku serius berangkat bareng Sky. Kalo kamu gak percaya gak masalah." Ucap Rain santai.

"Jadi kamu beneran berangkat bareng sama kak Sky? Jadi kalian udah baikan gitu?" Tanya Yongki antusias.

"Berhenti ngomong seolah aku sama dia ada masalah. Aku sama dia gak ada masalah kok. Kita fine-fine aja!" Jawab Rain acuh tak acuh.

"Fine dari mananya? Orang gak pernah saling sapa dibilang fine? Yang bener aja kamu, Rain!" Kata Yongki.

"Udah ah, aku mau fokus, bentar lagi masuk." Ucap Rain membuat Yongki geleng-geleng kepala.

.

.

"WHAT!?"...

"Kaget banget sih, emang kenapa?"...

Prokk.. Prokk.. Prokk..

Bukannya menjawab Jevan malah tepuk tangan sambil ternganga.

"Suatu hal yang langka kamu mau berlama-lama sama Rain. Jadi kamu udah sayang sama dia? Syukur deh kalo kamu udah berubah, Sky!" Kata Jevan senang.

"Apaan sih? Gak lama kok, aku suruh dia turun sebelum sampe sekolah." Ucap Sky terlewat santai.

"Hah? Kok kamu tega banget sih, Sky? Dia itu adek kamu lho." Kata Jevan tak habis pikir dengan sahabatnya.

"Heh, adek ya? Jadi aku sama dia sodara gitu? Bullshit!" Ucap Sky dengan penekanan pada kata 'bullshit'.

"Bodo ah, terserah kamu!" Kata Jevan kesal.

Sky beralih menatap tingkap di sampingnya. Tingkapnya berembun, dia tersenyum.

"Bisakah aku nerima Rain seperti aku nerima hujan? Tapi, kenapa rasanya sulit?"...

.

.

.

.

Nah, beda kan? Udah aku bilang di awal!
Gimana nih? Lanjut gak?

[3]Rain From The Sky [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang