52. Our Summary

5.6K 910 248
                                    

What will tomorrow be like?

a: I see the window of the car we used to ride together. Everything around is looking like a blur just like the outside. Movements are fast. I guess at one point we followed the speed of the car. But honestly I think i've stopped in the past. That time will always be that time. Hope it never fades out.

─▗ ▘➤𖥸 𝓣𝓸𝓶𝓸𝓻𝓻𝓸𝔀

{Jangan baca pas puasa dan silahkan puter lagu marcell - takkan terganti ( ͡ ͜ʖ ͡ ) }

Pagi ini seperti biasa, seperti sudah jadi rutinitasku, aku kembali duduk di kursi penumpang bagian depan mobil mamaku. Kami berdua menuju tempat menyedihkan itu, seperti kemarin-kemarin. Aku menerka-nerka, apakah besok aku harus masih ke sana? Sampai kapan? Aku lelah. Hatiku lelah.

Walaupun begitu hingga detik ini aku belum menyerah untuk selalu ada di sampingnya, seperti janjiku padanya waktu itu, apa pun yang terjadi. Aku akan berusaha semampuku, Bin.

Jika Tuhan mengizinkan, semuanya pasti terlewati.

"Jihan"

"Ya ma?"sahutku sembari menoleh.

"Kalo mama gabisa menangin hak asuh, kamu siap tinggal sama papa?"

Ya Tuhan, apa lagi ini..

Memilih untuk tidak menjawab, aku memalingkan wajahku pada jendela. Netraku memang menghadap luar tapi tidak ada objek yang menjadi fokusku. Oksigen kembali enggan bersahabat dengan paru-paruku. Aku hanya menghela nafas sebagai pemberitahu orang di sebelahku jika aku mendengar.

"....kalo mama sayang sama aku, tolong aku ma,"ujarku. "Aku gamau"

"Mama tau"

"Kak Jimin jelas gamau"

"Berdoa aja"

"Dia kenapa masih mau ngerebutin hak asuh? Bukannya dia bilang dia nyesel dia punya kami berdua?" Kata-kataku bergetar. Aku berusaha untuk menahan air pada mataku agar tidak memenuhi bendungan.

Aku sudah tidak tahan dengan semua ini.

"Mama juga gatau"

Obrolan kami berhenti sampai di situ saja. Sisa perjalanan menuju tempat tujuan hanya diisi oleh keheningan. Hingga kami keluar mobil, hingga aku terpisah dengan mamaku karena dia masuk ruangannya. Sedangkan aku, aku menuju kamar Soobin.

Ketika aku membuka pintu, sudah ada tante Jieun, seorang suster, dan seorang anak laki-laki berusia di atasku, yang familiar bagiku. Mereka sedang memeriksa Soobin yang terlihat baru saja terbangun.

Tunggu, laki-laki itu siapa ya kira-kira? Apa yang dia lakukan di sini? Apakah sepupu Soobin yang lain? Tapi, aku rasa aku pernah melihatnya di suatu tempat.

Setelah mengelana jauh menelisik masa lalu, ingatanku jatuh pada momen hari dimana alkena dilaksanakan.

Mbak di tengah ya, mbak paling simpel

Ah, benar. Dia adalah salah satu anggota tim fotografer. Kalau tidak salah namanya adalah Daniel, Kak Daniel. Apa yang dia lakukan di sini? Aku tidak yakin dia juga sepupu Soobin.

Setelah menutup pintu, aku menghampiri mereka yang sepertinya tidak sadar dengan kedatanganku. Berdiri beberapa langkah di belakang mereka. Tante Jieun terlihat baru saja selesai menggunakan stetoskop dan menyebutkan segala hasilnya. Lalu dicatat oleh Kak Daniel pada kertas yang dijepit pada papan yang biasa dipegang oleh dokter atau pun suster.

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang