35. Sequence of Words

6.3K 892 287
                                    

What will tomorrow be like?

a: I'm fine. Dont worry about me.

﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋﹋

Setelah Soobin absen selama empat hari, ia akhirnya kembali masuk, di hari Jumat, walau sebenarnya ia belum sepenuhnya membaik. Ia pun terlihat bingung saat memasuki kelas. Mungkin dia sudah melupakan beberapa orang di sini? Jadi suasana kelas ini sedikit asing untuknya.

Baiklah. Aku sebagai satu-satunya orang yang tahu dan dititipkan pesan oleh om Joohyuk, mendekatinya yang berdiri di ambang pintu, memandangi anak-anak yang menghujaminya dengan sorak sorai pertanyaan seperti "dari mana aja lo?" dan "muncul juga lo woy mau UAS".

"Inget tempat duduk kamu ga?"

Soobin menggeleng. Baik. Tidak apa-apa. Aku harus memakluminya meskipun harus tersenyum pahit.

Ia kemudian berjalan di sepanjang deretan bingkai pajangan di depan kelas dengan manik yang mencari-cari sesuatu, melewatiku begitu saja, sampai akhirnya ia berhenti di salah satunya. Benar sekali. Denah kelas.

Jadi, waktu itu pun, waktu Soobin salah duduk di tempat dudukku, ia sedang melupakan tempat duduknya sendiri. Aku kira ia sengaja melakukan itu. Sekarang, yang bisa aku lakukan adalah memperhatikannya.

Setelah membacanya lamat-lamat, Soobin akhirnya mengayunkan kakinya menuju tempat duduknya, meninggalkanku begitu saja yang masih berdiri di sana. Kenapa dia tidak menegurku? Jangan-jangan..

"Soobin!"

Yang dipanggil berhenti berjalan kemudian menoleh.

"Kamu ga inget aku siapa?" Aku sudah tidak peduli lagi seandainya pertanyaan sensitif ini didengar anak-anak.

Alih-alih mendapatkan kerutan di dahi, aku mendapatkan senyuman. "Inget kok, sayang"

Aku menghembuskan nafasku perlahan.

Sungguh, aku lega sekali.

Aku pikir dia melupakanku. Rasanya aku ingin menangis. Aku masih diingat di antara orang-orang yang kemarin ia lupakan. Aku merasa seperti baru saja lolos dari seleksi. Apa ini artinya aku adalah orang penting?

Semoga posisiku dalam hidupmu itu penting sekali ya, Bin. Agar aku menjadi orang terakhir yang kamu lupakan.

Kalau bisa, kamu jangan pernah melupakan aku, ya? Tidak akan pernah. Ya, kan?

Soobin melanjutkan langkahnya menuju bangkunya, kemudian berusaha untuk mengobrol dengan teman-teman yang ada di sekitarnya. Entah dia memang mengingatnya atau berpura-pura mengingatnya. Melihat itu, perasaanku semakin campur aduk.

Melihatnya berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang sebenarnya sudah lama ia kenal itu.. uh, aku tidak tahan lagi.

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat menuju samping kelas depan pepohonan lalu mendudukkan diri menyandar pada dinding. Tepat satu baris dengan bangku belakang sekali. Aku benci menangis. Tapi air mataku selalu saja menetes tanpa diundang seperti jelangkung. Cengeng sekali, sih!

Selang beberapa menit, tiba-tiba Soobin mendatangiku. Dia tahu saja sih aku di sini!

"Hey, kenapa nangis?"tanyanya yang bergabung duduk di sebelahku.

Aku mengusap air mataku. "Kok tau aku di sini?"

"Aku dikasih tau orang yang namanya Beomgyu." Soobin menunjuk jendela di atasku.

Aku mendongak dan mendapati rambut Beomgyu yang mengintip sedikit dari dalam. Sepertinya ia sedang duduk bersandar pula. Terima kasih, Beomgyu. Walaupun aku sakiti, ia masih ingin berbaik hati.

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang