17. One Night in The Strange Circumstance

6.6K 973 133
                                    

What will tomorrow be like?

a: Life isn’t about living along but living through

-ˏˋ ⠀⠀♡⠀⠀ ˊˎ-

Aku segera keluar dari lab setelah sebelumnya izin pada pak Xiumin. Aku sudah berjanji dengan ketiga anggota kelompokku untuk tidak membolos dengan Soobin lagi. Tapi karena ada suatu kepentingan yang aku sendiri tidak tahu apa. Sudah tau tidak jelas, tapi aku masih saja menurutinya.

Bucin.

Tapi, rasanya aku menyesal sekali karena sudah menghampirinya kali ini. Sepertinya, aku memang hanya pengisi kekosongan untuk Soobin karena di depan sana, di lima meter dari tempatku berdiri, aku melihat Seoyeon yang sedang mengobrol dengan Soobin yang duduk di kursi koridor terdekat dari toilet laki-laki. Keduanya tersenyum.

Aku terdiam di tempatku dengan perasaan dongkol dan rasa ingin memenyetkan kepalanya. Jadi, apa tujuan Soobin memanggilku?! Menyuruhku untuk melihat ini?!

Aku kesal sekali. Untuk kesekian kalinya, aku merasa dipermainkan. Soobin memang diam-diam brengsek.

"Ten days to your day, bang!!"seru Seoyeon.

Bang? Dia memanggil Soobin dengan pangilan Abang? Menjijikkan sekali.

Soobin terkekeh dan rasanya aku semakin kesal melihatnya. Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Apa aku benar-benar akan berakhir seperti Nako? Tidak boleh. Aku tidak akan membiarkannya.

Aku segera membalik tubuhku untuk menjauh dari tempat itu. Terserah ke mana. Asal Soobin dan Seoyeon dalam satu bingkai tidak terlihat olehku.

"Jihan!"

Sialan, Soobin sudah menyadari kehadiranku ternyata. Lantas, aku mempercepat langkahku. Tapi, sepertinya aku sudah terlambat karena ia sudah memegang tanganku, mencegahku untuk lanjut jalan.

"Apa?"tanyaku dengan nada sewot.

"Kok kamu di sini?"

"Kok kamu di sini? DIA NANYA KOK AKU DI SINI? Emang brengsek kamu, Soobin."

Aku berani bertaruh Soobin sedang berakting agar Seoyeon tidak mengira Soobin menyuruhku ke situ. Ingin aku caci maki rasanya.

Aku lepaskan pegangan tangannya kemudian melanjutkan jalanku begitu saja, meninggalkan Soobin di belakang setelah sebelumnya aku melirik Seoyeon sekilas yang ternyata sedang tertawa.

"ANJINGGGGGGGGGG!"

"Jihan!" Soobin mengejarku. "Maaf.. Iya tadi aku nyuruh kamu ke situ. Sekarang yuk ke kelas.."

Soobin memang benar-benar brengsek. Giliran Seoyeon sudah tidak terlihat, ia baru mau mengaku. Aku tidak mau menggubrisnya. Aku tidak ingin bicara padanya.

"Kamu mau ke mana? Ayok ke kelas.. Kita lagi praktek, kan?"

Sudah sepuluh menit berlalu, aku hanya berjalan tanpa tujuan yang jelas.

"Bodo amat. Ke kelas aja sendiri sana."

"Ga mau. Maunya sama kamu."

"Simpen omongan buaya kamu itu Soobin. Telen aja sendiri. Biar usus kamu aja yang mengolahnya jadi tai."

Aku sungguh kesal. Sangat amat kesal.

"Kamu marah? Kenapa? Kok marah?"

Benar juga. Untuk apa aku harus marah?! Aku benci sekali tidak ada status begini. Aku tidak memiliki hak untuk marah. Aku hanya flatshoes. Terserah.

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang