"Angkatan 18! Kalian itu anak baru yang paling tidak tahu diri! Tahu?! Berlutut semua!"

Semua anak kebingungan. Jongdae sudah mengangkat tangan hendak memukul anak laki-laki yang berada paling dekat dengannya, "Kubilang berlutut! Brengsek!"

"Kak, tenang! Kalau sampai ada yang upload ke media sosial bagaimana?" ujar salah satu antek-antek Jongdae yang membuat lelaki beringas itu mengarahkan matanya ke segala arah untuk melihat kondisi.

"Kalian angkatan 18 masuk ke dalam!" Jongdae menunjuk toilet laki-laki dominan yang ada di belakangnya. Anak perempuan dan laki-laki submisif tidak menyangka bahwa senior mereka akan setega ini.

"Masuk semua dalam 10 detik! Semuanya kumpulkan ponsel!" Jongdae membalikkan tubuhnya ke arah antek-anteknya, "Kalian perhatikan mereka!"

Terdengar gerutuan dari anak-anak angkatan 18 yang mengatai Jongdae gila dan sebagainya. Jantung Jaemin berdegup kencang saat harus masuk ke dalam toilet yang bukan untuk dirinya lagi. Ia juga merasa bersalah karena sepertinya Jongdae seperti ini karena dirinya yang memukul senior itu menggunakan tas.

"Jeno. Ke mana bajingan itu?"

"Tadi ada, tapi tidak bisa dihubungi."

Jongdae mengarahkan perhatiannya pada anak-anak yang berada di dalam toilet, "Sudah kubilang kalian akan kena semua. Bersiaplah hari ini mendapat hukuman."

Tiba-tiba saja, Jongdae menarik tangan Renjun dan membawanya ke tempat yang agak jauh, "Renjun, kau boleh pergi."

"Eh?" Renjun yang masih kebingungan pun tidak dapat menangkap maksud Jongdae.

"Sudah pergi saja. Aku hanya akan bicara seadanya."

Renjun melirik ke arah teman-temannya, "Tidak, kak. Aku tidak bisa pergi sendiri. Jika mau dimarahi, aku juga harus ikut."

Jongdae menggeram menahan amarah, "Anak perempuan dan laki-laki submisif semua keluar! Aku memang tidak ada urusan dengan kalian! Cepat pergi sebelum aku berubah pikiran! Cepat!"

Semua langsung bergegas keluar daripada menyesal. Renjun sempat menoleh ke arah Woojin dan Jinyoung sebelum pergi.

"Renjun, kau juga cepat pergi!" bisik Woojin.

"Maaf..."

"Dia gila ya? Memangnya dia mau memberi hukuman apa?" gerutu Tzuyu. Jaemin yang berdiri di sebelahnya hanya terdiam dengan jantung yang berdegup kencang dan keringat dingin yang membasahi dahinya. Degup jantungnya bertambah cepat saat tangannya dicengkeram tiba-tiba.

"Mau kabur ke mana? Yang jenis dan rupanya tidak jelas merupakan pengecualian." Jongdae tersenyum sinis.

🦄

"Jeno."

Yang dipanggil hanya menolehkan kepalanya sedikit. Seorang perempuan bergigi kelinci yang merupakan salah satu penggemar pria paling tampan seangkatan itu tersenyum.

"Mengapa kau sulit dihubungi? Mau pulang ya? Tidak mau minum bersama?"

Jeno menatapnya tajam lalu membuang wajah dan berjalan meninggalkan Nayeon. Hal itu membuat perempuan bermarga Im itu kesal karena Jeno merupakan tipe idealnya tetapi lelaki itu sangat sulit untuk didekati.

Nayeon menemukan sebuah strategi agar Jeno tidak mengabaikannya. Ia mengambil ponselnya dan membuka grup komite siswa, "Sepertinya Jongdae membuat masalah lagi. Angkatan 18 disuruh berkumpul."

[✓] my id is gangnam beauty | nominTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon