8. Tanpa Sengaja Salah Paham

Start from the beginning
                                    

"Kalau begitu bisa jadi ketua?"

"I, itu..."

"Tulis saja namaku. Aku saja yang jadi ketua." Jeno yang sedari tadi diam tiba-tiba saja membuka suara.

"Mau seperti itu?"

"Tidak masalah." jawab Jeno. Aku merasa beruntung sekali karena akhirnya ialah yang maju.

Renjun mengangkat tangannya, "Kalau begitu, biar aku yang jadi sekretaris! Kalau cuma seperti itu, aku bisa." Setelah berkata seperti itu, Renjun mulai menulis di kertas print yang tadi diberikan.

" Setelah berkata seperti itu, Renjun mulai menulis di kertas print yang tadi diberikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Renjun, kau... Serius itu tulisanmu?"

"Kenapa, Woojin? Aneh ya?" Renjun tampak terkejut.

"Lebih baik aku saja yang tulis. Tulisan apa ini?" Woojin tertawa.

"Eh? Aku menulisnya sepenuh hati kok."

Woojin kembali menggoda Renjun, "Lihat. Mending aku yang tulis, kan?"

"Iya!" Jinyoung ikut-ikutan.

"Jahat! Iya deh, tulisanku jelek."

Mereka semua bercanda dan tertawa sedangkan aku dan Jeno hanya diam saja. Aku merasa benar-benar canggung dan tidak nyaman. Kulirik Jeno yang sibuk dengan ponselnya.

Selama satu semester aku akan satu kelompok dengannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selama satu semester aku akan satu kelompok dengannya. Bagaimana ini? Aku harus bagaimana? Terus canggung atau mencoba jadi lebih dekat? Ia sudah maju menjadi ketua, pasti aku salah paham. Bisa jadi sebenarnya ia adalah orang yang baik.

Iya, mungkin bisa lebih dekat! Jangan berprasangka buruk sebelum terjadi apa pun. Lebih baik mencoba lebih dekat dengan mengajaknya berbicara.

Aku berusaha tersenyum ramah walaupun dalam hati ingin rasanya mengutuk diri sendiri, "Anu..."

Jeno masih saja fokus pada ponselnya tanpa menjawab perkataanku. Percobaanku agar lebih dekat dengannya ternyata berakhir buruk. Aku diabaikan begitu saja. Tapi, aku tidak boleh menyerah.

"Jeno!"

"Kenapa?" jawabnya dengan mata yang masih fokus pada ponsel.

"Tadi pagi itu... Terima kasih." ujarku gugup.

Ia melirikku, "Apanya?"

Aku bingung harus menjawab bagaimana. Jantungku berdegup dengan kencang saking gugupnya, "Itu, jadi..."

"Apa? Barbary Budy? Sudahlah."

"Apa kau tahu parfum itu?" tanyaku sedikit heran.

"Tahu."

Apakah aku baru saja menemukan persamaan ketertarikan?

"Yang benar? Padahal anak seusia kita jika memang tidak tertarik, tidak akan tahu."

"Kau tahu."

"Aku suka sekali parfum. Aku ingin menjadi perfumer. Apa kau juga suka parfum?" Aku berusaha bersikap lebih ramah dengan menanyakan kesukaannya.

"Tidak. Aku benci parfum."

Jawabannya membuatku terngaga. Aku kalah telak! Bahkan, bukannya tidak tertarik lagi, ia membencinya. Memang aku tidak akan bisa dekat dengannya.

Sementara itu, Renjun tampak tersenyum di sebelah Jaemin.

"Sekarang tolong kumpulkan kertas print-nya." Suara adsos mengejutkanku. Aku segara bangkit berdiri dan mengambil kertas print.

"A, aku! Biar aku kumpulkan!" Aku berjalan dengan terburu-buru agar bisa menjauh dari Jeno.

🦄

Author's POV

Sepeninggalnya Jaemin dari sana, Jeno terus menatapnya dari kejauhan. Laki-laki itu tidak percaya jika Jaemin ingin menjadi seorang perfumer. Perhatiannya baru teralihkan saat Bae Jinyoung membicarakan Jaemin dengan Woojin.

"Gila ya?"

Woojin mengangguk-angguk, "Wah, benar. Itu baru namanya Gangnam beauty."

"Gila. Parah sekali. Sampai tidak bisa berkata-kata."

"Sampai terasa berbeda saat berada satu tempat dengannya." Yeeun ikut menanggapi. Renjun dan Jeno hanya diam menatap mereka.

"Aku baru pertama kali melihat Gangnam beauty yang sampai seperti itu." Jinyoung tertawa.

"Gangnam beauty?" Lelaki tertampan angkatan 18 membuka suara.

"Betul, kan? Benar-benar Gangnam..." kata-kata Jinyoung terhenti saat Jaemin tiba-tiba saja muncul.

"Kata adsos kalau sudah kumpul boleh pergi."

"Apa itu?"

Jaemin menatap bingung ke arah Jeno.

"Memangnya kau tinggal di Gangnam?"

Pertanyaan itu membuat lelaki manis yang ditanya terdiam. Semua orang di sana juga ikut terkejut mendengarnya.

"Oh..." Jaemin hendak membuka suara tetapi perkataan Jongdae yang mengatainya Gangnam beauty kembali terputar di otaknya sehingga lelaki manis itu kembali mengatupkan mulutnya dengan wajah yang memerah.

🦄

nanapoo

[✓] my id is gangnam beauty | nominWhere stories live. Discover now