September

140 3 7
                                    

Jelas aku kaget mengetahui Jimin berantem dengan Jungkook hanya karena aku.

Aku tidak tahu mereka mempersoalkan apa, tapi sepertinya membuat Jungkook begitu emosi.

"Jimin, hari ini masih ulang tahunnya Jungkook."
Aku menduduk, sejujurnya aku ingin mengucapkannya tapi rasa sakit hatiku membuatku gagal mengucapkannya.

"Nanti akan aku sampaikan." Jimin tersenyum, untuk kesekian kalinya.

"Tidak perlu Jimin. Biarkan saja, dia juga pasti tidak berharap aku mengucapkannya."

"Sunie, yang ada di hati Jungkook hanya kamu, percayalah itu Sunie." Jimin mengangkat daguku, agar bisa bertatapan dengannya.

Aku menggeleng mantap,
Sudah tidak ada lagi cintanya untukku.

"Tidak Jimin, kenapa dia begitu dingin saat aku bertemu di backstage tadi? Kenapa dia tidak menanyakan kabarku, kenapa dia justru menjauhiku?"

Air mataku pecah, aku sungguh tidak sanggup membayangkan wajah tampannya Jeon Jungkook.

"Sunie, Jungkook seperti itu karena dia sangat mencintaimu."

Aku terdiam, aku tidak tahu harus percaya kepada siapa saat ini.

"Kamu mau tidur dikamarku Jimin?" Aku langsung mengalihkan topik, jelas tidak sanggup jika terus berbicara tentang Jungkook.

"Aku balik ke kamarku saja, tidak baik berduaan bersama wanita cantik didalam kamar begini. Nanti muncul gosip yang iya iya tentang kita."

Jimin tertawa, akupun juga tertawa. Jelas kami sudah sering tidur bareng, itu bukan hal yang aneh untuk kami berdua. Tapi benar, jika sampai terlihat oleh para staff atau wartawan bisa bahaya.

"Baiklah, hati-hati ya. Aku tidak akan menanyakan kenapa kau berantem dengan Jungkook, aku akan menunggu kamu yang bercerita."

Jimin mengangguk,
"Terima kasih, Sunie. Maaf sudah menganggu waktu tidurmu."

"Tidak apa-apa Jim, selamat malam Jimin."

Jimin keluar kamar, tapi kenapa hatiku terasa sakit saat dia keluar kamar?
Hatiku terasa ada yang kurang jika belum dipeluknya dan dikecup kening olehnya.

Sebelum Jimin keluar kamar, aku memeluknya dari belakang,
"Terima kasih Jimin. Saranghae"

Jimin jelas kaget menerima pelukanku dari belakang. Saat itu pintunya sudah dibuka oleh Jimin.

Jimin berdiri didepan pintu, sebelum tertutup maka aku memeluknya.

"Sunie?"
Jimin membalikkan badannya agar bisa menatapku.

Sekarang posisiku dan Jimin sudah diluar kamar, kami berada di lorong hotel depan kamarku.

Jimin menyadari sesuatu, dia memelukku lagi, dan mencium rambutku.

"Sudah ya? Aku balik ke kamarku, besok aku jemput untuk sarapan, okay?"

Aku mengangguk, kepalaku masih berada didadanya, aku tidak ingin melepaskan pelukan ini, rasanya hanya seperti inilah kekuatanku sekarang. Rasa nyaman dan hangat yang diberikannya cukup membuatku tenang sejenak.

Kurang lebih 10 menit kami berpelukan didepan kamarku, dan tidak berbicara apapun, hingga ada seseorang yang bicara.

"Sunie?"

Suara itu, suara yang seharusnya tidak aku dengar, suara yang tidak boleh aku dengarkan lagi.

Aku dan Jimin menoleh kearah sumber suara itu, tapi masih dalam pelukan.

my happiness 💜Where stories live. Discover now