"Sejak kapan? Dia aja belum kenal sama lo. Gimana bisa jadi milik lo. Dan gue belum denger berita kalo Gilang nembak lo tuh." giliran Nayla bersuara.

Skakmat.

Anita diam.

Kayla hanya diam memperhatikan kedua temannya membela dirinya.

"Eh, yang ditanya itu Kayla ya bukan lo, lo pada." ucap Syila teman Anita sambil menunjuk-nunjuk Zahra dan Nayla.

"Lo bisu? Atau nggak ngerti cara orang ngomong? Perlu gue ajarin?" Anita kembali bersuara.

"Nggak perlu." jawab Kayla.

Anita tertawa sinis, "oh sorry, ternyata lo bisa ngomong. Gue kira bisu."

"Gue nggak ada urusan sama lo." ucap Kayla dengan nada dingin dan wajah datarnya.

"Tapi, gue ada urusan sama lo."

"Apa?"

"Jangan pernah deket sama Gilang."

"Gue nggak pernah deketin dia. Dia nya aja yang deketin dan satu lagi, gue nggak ada perasaan sama dia."

Untung saja sekarang sekolah sepi karena semua murid sudah pulang kerumah dan guru-guru yang lain juga sudah pada pulang. Jadi, sekencang apapun suaranya tak akan ada yang mendengar.

"Kalo gitu lo menjauh." suruh Anita dengan tatapan tajam nya.

"Tanpa lo suruh pun, gue juga bakal ngejauh dari dia."

"Oke. Bagus kalo gitu. Awas aja sampe gue liat lo deket-deket sama Gilang, hidup lo nggak bakal tenang."

Setelah mengucapkan itu, Anita and the geng pergi. Kayla menutup matanya perlahan, apa yang barusan dia katakan?

Menjauh?

Dari Gilang?

Mungkin sulit. Karena jujur saja, Kayla sudah mulai nyaman berada didekat Gilang.

"Kay, lo barusan ngomong apa?" tanya Zahra tak terima dengan ucapan Kayla untuk menjauh dari Gilang.

"Gue nggak mau lo jauh dari Gilang. Dia suka sama lo, Kay. Karena cuma dia yang bisa bikin lo kaya dulu lagi." Nayla menasihati.

"Biar urusannya cepet. Gue nggak mau punya masalah sama dia."

"Jadi lo beneran mau ngejauh dari Gilang?"

"Nggak ada pilihan."

Zahra memegang pelipisnya sambil mengedarkan matanya kesana kemari, "jalan pikiran lo kemana sih, Kay?"

"Lo udah nyaman kan sama Gilang? Jujur aja sama kita."

"Udahlah, kok kalian yang ribet."

"Yang ngejalanin gue, bukan kalian." sambung Kayla.

"Pulang."

••••

Pikiran Kayla sekarang sudah berkecamuk. Dia tak habis pikir apa yang dikatakannya tadi disekolah. Kayla menghempaskan tubuhnya ke kasurnya. Memandang langit-langit kamarnya yang berwarna hitam, sama seperti pikirannya sekarang, gelap, tak ada celah sedikit pun.

Mungkin kemarin malam adalah yang terakhir dia pergi makan dengan Gilang. Setelah itu, dia akan menjauh darinya.

Berurusan dengan Anita adalah hal yang buruk. Kalimat yang diucapkannya tidak main-main. Semua yang diinginkannya harus didapatkannya dan tak segan-segan untuk melakukan kekerasan ketika miliknya diganggu.

Maka dari itu, Kayla malas dengan nya. Itu sama saja z diri azeez buaya. Membahayakan.

Ringtone handphone Kayla berdering dan tertera sangat jelas nama Gilang disana. Ketika tau siapa yang menelponnya, Kayla kembali meletakkan handphonenya disampingnya.

Beberapa menit kemudian, handphone nya kembali berdering dan lagi-lagi nama Gilang yang muncul.

Dengan sangat terpaksa Kayla menggeser tombol hijau dan tersambunglah sekarang.
"Hallo."

Suara Gilang terdengar jelas dari seberang sana.

"Hmm."

"Kok males gitu jawabnya."

"Ada perlu apa?"

"Cuma mau nelpon lo aja."

"Nggak ada yang penting kan? Gue tutup."

"Jangan! Lo sibuk?"

"Iya sibuk. Udah ya."

"Yaudah deh."

Tut.

Panggilan terputus dan Kayla langsung melempar handphone nya ke sembarang tempat. Menarik selimutnya dan memejamkan matanya, dia akan memaksa dirinya untuk tidur.

••••

Dikelas XII IPA 2 sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar yang diisi oleh pelajaran sejarah. Semuanya tengah sibuk mencatat apa yang ditulis oleh sekretaris dipapan tulis.

Tapi, tidak semuanya yang menulis. Contohnya Gilang, dia tengah sibuk memandangi Kayla dari samping. Karena dia tak mengerti mengapa Kayla cuek kepadanya, bahkan saat tadi pagi Gilang menyapa Kayla, Kayla hanya diam saja. Tidak seperti biasanya.

Kayla yang tahu bahwa Gilang sedang memandanginya hanya cuek saja.

"Nggak usah dipandangin mulu, orangnya juga nggak bakal ilang." celetuk Rio dengan suara sedikit dipelankan agar guru didepan tidak mendengar.

Gilang berdecak pelan, "ngagetin aja lo."

"Lo nggak nulis?" tanya Rio sambil menulis.

"Nggak ah males. Nanti gue pinjem punya lo aja."

"Kebiasaan."

Nayla menoleh ke arah Kayla, "Kay, dari tadi gue perhatiin. Si Gilang ngeliatin lo mulu."

"Biarin aja, nanti juga cape sendiri." jawab Kayla santai.

"Ishh lo tuh. Lo beneran mau ngejauh dari dia?" tanya Nayla dengan suara pelan.

"Ngapain diomongin lagi sih. Kan udah jelas."

"Jadi beneran?"

"Males ah."

Kayla berdiri, lalu pergi kedepan dan meminta izin untuk ke toilet sebentar. Padahal dia tidak ingin ke sana, hanya alasan saja.

••••

NEXTGUYSSS!!!





My Ice GirlTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon