3. Langit malam

131 10 5
                                    

Kailand memberhentikan motornya ditepi jalan, hujan deras mengguyur kota jakarta sore ini. Kailand menuntun lengan Sheila ketepi jalan. Mereka berteduh dihalte bus, gadis itu hanya diam. Memeluk dirinya dengan sebelah tangan.

Kailand melepaskan genggaman tangannya, dia melirik Sheila yang sedang diam, dengan tatapan fokus kedepan. Gadis itu tidak tersenyum, atau merasa kedinginan, berbeda dengan dirinya. Kailand mengusap ngusap tangannya, agar mendapatkan kehangatan.

Sheila duduk, dikursi halte bus itu. Kailand cowok itu ikut duduk disamping Sheila, keduanya sama sama diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan terlebih dahulu, baik Sheila maupun Kailand. Kailand yang suasana canggung seperti ini, otaknya berpikir untuk memulai pembicaraan dengan Sheila darimana.

Kailand duduk mendekati Sheila. Posisi mereka kini, sangat dekat. Sheila yang merasakan itu, dia agak menjauh dari Kailand, bergeser sedikit duduknya. Kailand kembali mendekati Sheila, Sheila kembali bergeser.

Kailand tersenyum kikuk.“Gak usah, jauh jauh gitu dong. Shei.”Ucap, Kailand.

Sheila tidak menjawab, dia diam dengan mulut terkunci rapat.

Kailand menghembuskan nafas pelan.“Shei, lo tau gak persamaan lo sama hujan?”

Sheila menoleh, ia menaikan satu alisnya.

Kailand tersenyum lebar.“Sama sama, dingin.”

Sheila berdecak, ia memalingkan wajahnya. Menatap kembali gemercik hujan yang turun dari langit sana. Menyesal karena telah mendengarkan ucapan Kailand. Sheila mengeluarkan headsheat dari dalam tasnya. Lalu menyambungkannya ke ponselnya.

Kailand sedari tadi menatap Sheila, dia tidak menyangka akan dicuekan seperti ini, dan sekarang cewek itu malah mendengarkan musik lewat headshet. Benar-benar keterlaluan, pikir Kailand saat itu.

Kailand menarik headshet Sheila, Sheila menoleh. Alisnya terangkat satu, mata sayu nya menatap Kailand dingin.“Diem.”

Hanya kata itu, yang keluar dari mulut Sheila. Satu kata saja, rasanya mendengar suara Sheila itu sangat langka sekali. Suara lembut itu masih terngiang ditelinga Kailand, Kailand terus menatap Sheila dari samping, kenapa cewek secantik Sheila dingin seperti ini?

Sheila berdiri, dia memasukan ponselnya kedalam tasnya. Sheila menoleh pada Kailand, cowok itu masih diam. Dengan mata menatap kearah dirinya, Sheila melambaikan tangan tepat didepan wajah Kailand.“Pulang.”

Kailand yang kembali mendengar suara Sheila, ia terpelonjak. Tangannya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, ia tersenyum kikuk.“Hah? Udah berhenti hujannya?”

Sheila tidak menjawab, ia malah pergi meninggalkan Kailand. Yang masih diam, menatap lurus kedepan, dia tidak sadar bahwa hujan telah berhenti. Saking lamanya menatap gadis dingin itu, Kailand sampai tidak sadar bahwa hujan memang telah berhenti? Dia jatuh cinta atau memang penasaran?

•••

Sheila turun dari motor Kailand. Gadis itu melepaskan helmnya, lalu menatap Kailand dengan tatapan dinginnya.“Thanks.

Kailand yang sedang membenarkan helmnya. Dia menoleh, lalu tersenyum lebar, gaya tengilnya mulai keluar.“Malem ini, lo harus syukuran Shei.”Ujarnya.“Karena, lo udah dianterin pulang sama idol sekolah. Cogan sekolah SMA kencana.”Ucapnya, membanggakan dirinya.

Sheila menatap kembali Kailand. Kali ini tatapannya seperti ingin membunuh Kailand ditempat.“Gak, penting!”Ucapnya, pergi meninggalkan Kailand yang masih diam.

Cowok itu menatap dirinya dicermin, motornya. Membenarkan rambutnya sembari berkata.“Kurang, ganteng apa gue dimata tuh cewek?!”Ujarnya, sok dramatis. Lalu pergi meninggalkan rumah Sheila.

SHEIKAI [On going]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن