Part 7

27.2K 4.3K 747
                                    

TAEYONG tertegun ketika baru saja membuka mata. Ia tidak berada di dalam kamar, melainkan di sebuah ruangan yang terlihat begitu Indah. Dinding ruangan itu terbuat dari kaca; ada cahaya berwarna kebiruan berpendar dari kaca tersebut. Seperti berlian.

"W-woah." bibir Taeyong terbuka. Cukup terkejut saat melihat ada sungai kecil di samping tubuhnya. Air di dalam sana berwarna biru terang, terlihat tidak nyata.

Taeyong menggerakan kaki dan terkesiap ketika tidak merasakan sakit. Bukankah kakinya terluka? Namun kenapa kini tidak ada satu pun luka di betisnya? Apakah saat ini Taeyong sedang bermimpi?

"Taeyong.."

Kepala Taeyong terdongak ketika namanya di panggil. Ia menemukan seorang wanita berpakaian serba putih yang melayang tepat di hadapannya; terdapat liontin bulan yang terpasang di dahi wanita tersebut. Wajah serta tubuhnya seputih porselen; begitu cantik dan bersinar.

"S-siapa?" tanya Taeyong gugup. Ia tidak pernah menemukan wanita secantik itu di dunia nyata.

Wanita tersebut tersenyum lembut lalu mulai memijakkan kaki pada lantai. Ia mendekati Taeyong secara perlahan hingga keduanya saling berhadapan.

"Taeyong, apa kau lelah?" nada suara wanita itu terdengar sangat lembut bagai nyanyian Dewi surga. Ia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Taeyong.

Beberapa kali Taeyong mengerjapkan mata sebelum akhirnya mengangguk pelan. Apakah ia lelah? Tentu saja, Taeyong sangat lelah dengan hidup yang ia jalani selama ini. Taeyong selalu mengharapkan kebahagiaan yang sialnya tidak pernah datang. Bukan hanya fisik, namun mental serta hati Taeyong pun begitu lelah.

Jemari lentik wanita itu membelai pipi Taeyong dengan lembut. "Taeyong sayang, puteraku tercinta. Aku sudah menyiapkan kebahagiaan untukmu di depan sana. Namun mendapatkannya tidaklah mudah, kau harus berusaha."

"P-putera?" pupil mata Taeyong membesar, tidak percaya dengan apa yang baru saja di katakan oleh wanita cantik di hadapannya itu.

Apa katanya? Putra? Taeyong terlahir di dalam rahim seorang wanita yang bekerja di ladang, bukan Dewi seperti wanita di hadapannya. Lagi pula Taeyong tidak akan percaya akan hal ini.

Wanita itu tersenyum kecil. "Tentu, kau anakku Taeyong. Puteraku tersayang. Apa kau tahu jika kau begitu spesial Taeyong?"

Kedua tangan Taeyong mengepal kuat. Ia memang sering sekali menerima kebohongan, namun kali ini sepertinya sudah kelewatan. Putera? Spesial? Demi Moon Goddess, memang apa yang spesial dari seorang Lee Taeyong? Bahkan ia menerima penolakan dari Mate nya dulu.

"K-kau tidak perlu berbohong sejauh ini. Cukup katakan siapa kau dan kenapa aku berada disini?"

"Karena aku ingin bertemu denganmu dan menjelaskan sedikit masalah yang ada disini. Tolong Taeyong, jangan putus asa. Kau tidak boleh memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupmu sendirㅡ"

"Kenapa?" potong Taeyong cepat. Kedua bola matanya sudah berkaca-kaca.

Jika Taeyong hidup pun, ia selalu menderita. Kenapa Taeyong tidak boleh mati? Ia hanya ingin ketenangan, dan sepertinya mengakhiri hidup adalah pilihan terakhir yang bisa Taeyong ambil.

"Tidak," ujar wanita itu tegas, bola mata yang semula berwarna biru terang kini berganti menjadi putih. "Kau memiliki tanggung jawab besar di dunia ini sayang. Sungguh, kau begitu spesial. Tolong bersabarlah sedikit lagi, maka kau akan mendapatkan kebahagiaan yang abadi."

Only Hope《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang