23. Salam rindu

14.9K 1.1K 21
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🕊 Angin menelusuri arah sesuai porosnya. Tiap-tiap helai daun mulai bergerak di tempat ia berada. Cahaya-cahaya mencuri waktu untuk masuk melalu celah yang terbuka, lewat bata yang tergeser ataupun celah pintu sebelah kanan rumah.

Sekat penutup jendela pun telah ku buka. Memperjelas cahaya yang masuk, untuk menghangatkan seisi rumah. Ku tengok ke luar dan terlihat tanah yang basah. Semalam sepertinya hujan, yang membawa banyak ketenangan.

Ketenangan untuk segala air mata yang ku jatuhkan dengan rasa sakit, yang merubah semua menjadi tawa bahagia.

Lekaslah sembuh wahai hati. Kita akan memulai dari awal lagi. Sabar dan nikmatilah proses ini.

Tanam ku dalam hati.

Sudah lebih dari dua hari aku pergi meninggalkan Ardan. Meninggalkan kewajibanku sebagai seorang istri dan juga pemimpin butik.

Memutuskan pergi ke Malang untuk menenangkan diri adalah pilihanku saat ini.

Aku tidak tahu bagaimana keadaan mereka semua yang ku tinggalkan di sana. Karena sejak ku pergi, aku sudah menonaktifkan ponselku dan menggantinya dengan yang baru.

Rasa berdosa tentu ada didalam diriku. Aku meninggalkan Ardan begitu saja dan Ibu yang sudah membesarkan ku di sana. Tetapi mau bagaimana lagi, aku tidak mau berada diposisi yang rumit ini. Menjadi orang yang selalu terlihat bersalah atas sesuatu yang tidak ku ketahui sebenarnya.

Biarlah mereka hidup tentram tanpa kehadiranku. Dan aku disini, akan berusaha merangkai hidup yang baru.

Tok..tok..tok.

Suara ketukan pintu terdengar dari depan pintu rumah kontrakanku. Aku yang mendengarnya segera berjalan ke depan, dan memastikan siapa seseorang yang berada diluar.

Tubuhnya tegap tinggi, dia lelaki dan dari wajahnya ia seperti seumur denganku. Aku sempat ragu untuk membukakan pintu. Tetapi karena kelihatannya ia orang baik, aku pun membuka pintu itu perlahan dan menyapa dengan ramah.

"Iya, ada apa mas?" tanyaku saat sudah berhadapan dengannya.

Lelaki itu lantas menundukkan wajahnya ketika aku melihat ke arahnya. Ia sempat menggaruk tengkuknya pelan seperti salah tingkah.

"Ada apa ya, mas?" tanyaku lagi.

Dia tersenyum ramah, lalu berkata, "Maaf mbak, mbak penduduk baru ya di sini?" tanyanya, membuatku mengangguk kelu.

"I..iya, mas." jawabku agak takut.

"Oh, begitu. Nama saya Ali mbak, saya anak ketua Rt di sini. Tadi saya mendapat kabar dari warga, bahwa ada seorang wanita yang baru saja mengontrak di sini. Tetapi sepertinya mbak belum melapor ke ayah saya, ya?" jedanya sebentar. "Saya ke sini bukan maksud apa-apa ko mbak. Saya hanya ingin memberi tahu bahwa tamu atau penduduk baru di sini wajib melapor 1x24 jam demi keamanan dan ketertiban dilingkungan ini. Saya takut jika terjadi sesuatu, tetapi ayah saya tidak tahu dengan orang yang bersangkutan. Jadi, saya sarankan mbak cepat melapor ya, rumah saya tidak jauh dari sini. Hanya diujung gang lalu belok ke kanan." ucapnya dengan sangat ramah.

Aku sedikit meringis. "Maaf ya mas, kemarin saya memang belum sempat ke sana. Karena harus merapikan beberapa barang dirumah dan akhirnya jadi lupa."

"Iya, tidak apa-apa mbak. Kalau begitu saya pamit duluan ya mbak, tidak enak jika dilihat orang."

"Tunggu." ucapku spontan saat ia hendak melangkah pergi.

Dia memberhentikan langkahnya dan kembali menghadap ke arahku. "Ada apa, mbak?"

Terlatih ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat