18. Cemburu dan canggung

17.2K 1.2K 44
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🕊 Terasa ada sesuatu yang tiba-tiba saja menyentuh pipiku. Sentuhannya terasa begitu dingin membuatku segera berpaling. Menarik selimut hingga menutupi sekujur tubuh. Detik berikutnya, ada sesuatu yang bermain-main dengan rambutku. Aku begitu terganggu, akhirnya kembali membalikkan tubuh.

"Kenapa Ardan?" tanyaku saat melihatnya tersenyum manis dengan mata yang sudah segar.

Malam ini, malam pertama kami tidur bersama. Setelah sebelumnya aku merasa kesulitan untuk terlelap, kini ia membangunkan ku di saat sedang enak-enaknya tidur.

"Apa kamu tidak mau sholat malam bersamaku? Mari ambil wudhu." ajak Ardan yang sudah bangkit dari tidurnya.

"Aku sedang halangan." balasku pelan.

"Halangan?"

Aku mengangguk pelan membuatnya berdecak kesal. "Kenapa?" tanya ku heran.

"Gak!" balasnya cepat.

"Ko gitu balasnya."

"Gakpapa."

"Ardan."

"Hm."

"Yasudah sholat, kenapa masih di sini."

Ia hanya berdecak pelan, lalu berjalan ke kamar dengan langkah yang gontai.

Tak berselang lama ia kembali dan memakai kain sarung serta peci yang sudah aku siapkan. Tangannya membentangkan sajadah dan berdiri tegak di atasnya.

Hatiku bergetar seketika saat mendengar secara dekat takbir yang baru saja ia ucap. Berjuta syukur aku lantunkan, kini dia benar-benar menjadi imamaku sekarang. Imam yang sesungguhnya. Meski di hari ini aku belum bisa berdiri satu shaf di belakangnya, tapi dia suamiku, imam rumah tangga ku.

°°°

Pagi telah tiba, Ardan dan Khaila turun ke bawah lalu sarapan berdua, karena bi Ratih dan pak Ahmad menolak makan bersama mereka. Khaila menyendok nasi serta beberapa lauk yang Ardan inginkan. Setelahnya mereka makan bersama tanpa sedikitpun bersuara.

"Assalamualaikum." suara anak kecil tiba-tiba terdengar ditengah keheningan meja makan. Ardan dan Khaila yang sedang fokus makan langsung bertatapan saling bertanya siapa yang datang.

"Tante, om." Rafka berlari kecil menghampiri Ardan dan Khaila.

Khaila menyambutnya dengan kasih sayang, lalu membawanya ke dalam pangkuannya.

"Kamu sama siapa?" tanya Khaila.

"Sendiri." balasnya polos.

"Om kamu kemana?"

"Om Rama sedang bersama tante jahat, aku tidak mau tinggal bersama tante jahat, tante." Rafka mengeratkan pelukannya di dalam dekapan Khaila.

"Memangnya siapa tante jahat itu?"

"Kata tante Bianca, dia calon istri om Rama." balas Rafka.

"Oh, jadi om mu itu sudah move on dari istri om. Baguslah, Rafka main saja bersama om dan tante Khai di sini." ucap Ardan yang tersenyum manis padanya.

"Sudah makan belum?" sambung Ardan lagi.

Rafka menggeleng pelan.

"Yasudah, ayo ikut makan. Mau di suapin om atau tante?" tanya Ardan.

"Om." balas Rafka semangat.

"Ayo sini."

Rafka turun dari pangkuan Khaila dan langsung mendekat ke Ardan. Mereka akhirnya makan bersama secara bergantian.

Terlatih ✓Where stories live. Discover now