Duapuluhsembilan

1.9K 211 3
                                    

Gue yang lagi siap-siap, terganggu dengan adanya mahkluk astral satu bernama Chanyeol Wibawa. Gue menatapnya sinis.

"Gimana pengalaman kerja lo kemarin?" Tanya Bang Yeol.

"Ya gitu. Capek" Jawab gue.

"Halah kamu, Na. Baru juga kerja, udah sambat duluan" Timpal Papa.

"Ya habis, Pa. Baru masuk kerja aja udah numpuk kerjaannya" Jawab gue makin ngeluh.

"Kalo kerja itu, dilakoni dengan baik dan penuh rasa bersyukur. Bukannya sambat melulu" Balas Papa.

"Sambat i opo to, Pa?" Tanya Bang Yeol pakai bahasa Jawa. Tumben banget.

"Ngeluh, Yeol" Jawab Papa.

"Kerja dengan penuh sukacita" Lanjut Papa ke gue.

"Ya udah, Isyana pamit. Keburu telat" Kata gue lalu salim sama Papa.

"Sudahkan kamu bersyukur pagi ini?" Tanya Papa lalu gue mengangguk.

"Udah, sana. Bareng Chanyeol aja" Kata Papa.

"Duluan, Pa!" Ujar Bang Yeol lalu kami masuk ke dalam mobil dan melesat.

Sampai di depan kantor, gue segera melepas sabuk pengaman dan sebagai adik yang baik, gue salim sama Bang Yeol lalu keluar mobil. Jendela mobil dibuka sama Bang Yeol.

"Kerja yang bener" Ujar Bang Yeol.

"Hati-hati, Bang!" Kata gue lalu masuk ke dalam kawasan kantor. Jam segini, masih cukup pagi untuk perusahaan Halim Company ini.

Pantesan sih, perusahaannya perkembangannya cukup pesat karena emang karyawannya bekerja dengan sepenuh hati. Sayangnya, gue enggak. Gue merasa jadi babu. Tapi tenang, ini masih baru. Belum lama kok. Wajar aja.

Gue melangkah menuju lift yang bisa dibilang antre. Telat gak ya gue?

🐺🐺🐺

Dunia memang terasa sempit apabila Tuhan memang berkehendak mempertemukan dua orang sebagai takdir.

Itu yang terjadi pada Isyana dan Sehun. Tanpa disadari oleh kedua insan, mereka selalu memiliki garis hidup yang berkaitan. Walaupun Isyana secara pribadi masih menolak kehadiran Sehun.

Ting!

Bel lift berbunyi menandakan lift telah sampai di lantai yang dituju. Pintu lift terbuka. Isyana segera bergegas keluar. Karena berdesakkan, ponselnya terjatuh. Ia sulit mengambilnya karena banyak orang berlalu-lalang dan keluar-masuk lift. Namun akhirnya, Isyana mendapatkan ponselnya.

"Untung enggak rusak!" Seru Isyana.

Isyana beranjak dari tempat itu.

Tepat saat Isyana beranjak pergi, lift di belakangnya tadi yang khusus untuk staff penting serta pimpinan, terbuka dan menampakkan gerombolan pria berjas rapi dan menggenggam berkas sekaligus gadget.

Di dalam gerombolan itu terdapat Sehun Halim Perdanakusuma. Sang wakil pimpinan di perusahaan ini. Orang yang masih mengejar cintanya. Orang yang masih mencintai Isyana.

Mereka berdua belum sadar, akan pertemuan selanjutnya yang akan terjadi kembali.

Sehun mungkin akan menyukai pertemuan berikutnya. Tapi tidak dengan Isyana.

Sehun mungkin akan berusaha.
Tapi Isyana terus menolak.

Saat ini, mereka masih sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Mereka belum saling menyadari pertemuan mereka selanjutnya. Menunggu adalah hal yang pasti bagi mereka menanti takdir.

Kak SehunWhere stories live. Discover now