Limapuluhempat

2.4K 197 19
                                    

Pukul 8 pagi, Isyana sudah siap untuk berangkat menuju kantor. Seperti biasanya, ia harus membawa Guanlin dan menitipkannya di tempat penitipan anak yang tidak jauh dari kantornya. Baru saja ia ingin mengunci pintu, ada suara mesin mobil baru tiba di dekatnya.

"Bunda, itu siapa?" Tanya Guanlin yang menatap mobil itu bingung. Isyana menoleh dan mengerutkan keningnya. Sehun?

"Itu ayah?—AYAH!!" Seru Guanlin saat mendapati Sehun keluar dari mobil dan mendekat ke arah mereka.

Sehun dengan cepat langsung mendekap dan menggendong Guanlin. Isyana hanya mendesah pelan. Sehun menghampiri Isyana. "Kamu mau kerja?" Tanya Sehun.

"Iya" Jawab Isyana dingin.

"Aku anterin, ya? Motormu kan masih di kantor"

"Gak usah"

"Isyana..."

"Angkot tuh banyak"

Sehun terlihat frustasi meladeni Isyana. "Lin, coba suruh Bunda biar mau Ayah anterin" Ujar Sehun kepada Guanlin.

"Hah?" Balas Guanlin karena tidak paham.

"Coba bilang ke Bunda, 'Bun, ayo dianter Ayah' begitu" Jelas Sehun lalu ditiru Guanlin. "Bun, ayo Ayah anter" Entah Guanlin salah dengar atau salah pelafalan. Sehun terkekeh dan gemas melihat putranya yang lucu.

"Ya udah, Bunda mau" Balas Isyana pasrah. Ada senyum yang terukir di wajah Sehun.

Mereka masuk ke dalam mobil bersama.

"Eitss! Ngapain kamu ke belakang? Duduk di depan, pangku Guanlin" Ujar Sehun. Isyana hanya memutar bola mata malas lalu masuk ke dalam mobil bersamaan dengan Sehun. Mereka duduk bersebalahan.

🐺🐺🐺

"Kunci rumahnya kasih ke aku aja. Guanlin biar aku temenin dari pada dititipin" Ujar Sehun.

"Guanlin dan rumahku aman kan kalo sama kamu?" Tanya Isyana ragu.

"Percaya sama aku, pasti aman" Jawab Sehun.

"Guanlin jangan sampai lecet. Awas aja" Balas Isyana.

Sehun tersenyum, "Iya iya. Dia juga anak aku, loh" Ujar Sehun.

"Terus, jangan ke mana-mana apalagi pas aku pulang"

"Iya, ndoro"

"Bacot ah" Desis Isyana kesal.

"Heh! Ada anak kecil ini, asal aja kalo ngomong" Omel Sehun.

"Habisnya, ngeselin sih" Balas Isyana.

"Ya udah, buruan kerja sana"

"Apaan banget sih" Celetuk Isyana lalu menutup pintu mobil langsung.

"Sekarang, kita mau jalan-jalan. Guanlin mau ke mana, nih?" Tanya Sehun.

"Indomaret" Jawab Guanlin asal.

"Gak level, Nak. Supermarket, yuk!"

Sehun mulai menancapkan gasnya sambil memangku Guanlin. Memang sih, kurang aman dan nyaman. Tapi, bagi Sehun, ini yang paling aman.

Di tempat lain, Isyana mulai masuk ke area kantor dan siap bekerja. Banyak keluhan yang ingin ia lontarkan karena hari ini cukup sibuk.

Ia juga memikirkan Guanlin yang pergi bersama Sehun. Ada rasa gelisahnya entah kenapa. Sejak awal, sebenarnya ia belum sepenuhnya rela kalau Sehun bisa bertemu dengan Guanlin dengan cepat. Perlakuan Sehun sebelumnya sehingga muncul Guanlin di tengah-tengah mereka masih membekas dalam memori Isyana. Walaupun ia bersyukur karena Sehun masih berniat memperbaiki dan Guanlin menerima kedatangan Sehun dengan baik, tetap saja ia ragu dengan kedepannya. Ia tahu, Sehun tidak mungkin membiarkan tanggung jawabnya begitu saja. Sehun bisa saja menikahinya dan siap hidup bersama. Tapi ada yang ditakuti Isyana. Ia tahu seperti apa Sehun itu sejak dulu. Misterius dan mengejutkan. Ada trauma tersendiri dalam dirinya. Setelah putus dari Sehun, Isyana benar-benar tidak pernah memiliki teman laki-laki atau bahkan seseorang yang dekat dengannya. Ia benar-benar menutup pintu hatinya.

Kak Sehunजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें