Duapuluhsatu

2.1K 220 3
                                    

"Mama dan abangmu mau pergi ke rumahnya Nenek. Jaga rumah dengan baik. Jangan keluyuran" Ingat Mama dan gue ngangguk.

"Jangan pacaran sama Sehun. Mentang-mentang ini malam minggu" Sambung Bang Yeol membuat gue ancang-ancang mau nonjok ginjalnya.

"Idih, siapa juga yang pacaran sama dia" Bantah gue.

"Basi" Balas Bang Yeol.

"Udah-udah. Ayo, Yeol" Kata Mama melerai pertikaian gue dan Bang Yeol. Mama dan Bang Yeol keluar rumah dan masuk ke dalam mobil. Lalu gantian gue yang masuk ke dalam rumah.

Gue mendapati ponsel gue menyala karena sebuah notifikasi. Gue lihat dan baru deh menyesal.

Gue pikir apaan gitu.

Ternyata, cuman Kak Sehun yang chat gue. Belakangan ini, lebih tepatnya sudah 3 hari, gue gak peduli sama Kak Sehun. Gue masih marah. Biar dia ngerti aja. Ketemu di kampus, gue diemin. Jemput gue juga gue diemin. Kasih respon aja seadanya. Walaupun anak-anak kampus udah pada tau. Tapi gue gak peduli.

Gue males membuka room-chat gue dan Kak Sehun. Tapi, belum ada 5 detik, pesan baru terus muncul. Tumben banget dia nge-chat gue apalagi spam begini. Gue dengan malas pun akhirnya membuka chat dari Kak Sehun.


Kak Sehun

Na....
Isyanaaa...
Isyann.....

Aku mnta maaf :(
Ok. Aku tau aku salah.
Tp maafin, pls.

Yaampun dibaca doang
Yang...
Yangg...
Sayanggg

berisik.

Galak ih :(

gk suka? putus aja

Kok gitu ngomongnya
Na, aku minta maaf.
Ayo diomongin baik2

hm

Kok kmu yg dingin sih?!

kok lo ngegas sih?!!!

Ngaca bambankkk

Kok gitu sih??!

Aku ke rumah kamu.

Gak ada orang

Boong

Ngeyel
Percaya gak?

Pokoknya aku udh otw.

Bangsat. Umpat gue.

🐺🐺🐺

Bel rumah berbunyi berkali-kali dan bikin gue males aja rasanya. Gue mau keluar, takut itu Kak Sehun. Males banget. Baru aja gue batin, HP gue bunyi dan terpampang nama Kak Sehun yang menelepon. Mampus, batin gue. Gue lagi di dapur buat menjauh sejenak.

HP bunyi mulu. Gue yang lagi pegang HP, gak sengaja geser tombol hijau dalam layar terus muncul suara berat khas banget dari seberang sana. Mau gak mau gue harus jawab juga.

"Haloo" Panggilnya.

Gue menempelkan ponsel ke telinga lalu gue berdeham.

"Kamu di mana?" Tanyanya dari seberang sana.

"Di hatimu" Jawab gue dan mendengar suaranya yang menghela nafas kasar karena frustasi meladeni orang kayak gue.

"Isyanaa..." Panggilnya.

"Apa sayang?" Balas gue iseng.

"Emang aku udah dimaafin?" Tanyanya.

"Belum" Jawab gue singkat.

"Na, buka dong pintunya. Aku bawa sesuatu nih"

"Kamu lihat gak ada mobil di garasi?"

"Enggak ada"

"Ya udah, berarti gak ada orang"

"Bohong"

"Kok bohong?"

"Sendal kesayangan kamu aja masih di rak sepatu. Gak usah bohongin aku, buruan buka pintunya"

Gue menjauhkan ponsel dari telinga sejenak. Edyann kamu mas. Udah deh, stalker bener ini orang. Gue jalan ke arah pintu masih sambil telponan dengan Kak Sehun.

Gue membuka pintu.

"Udah?" Tanya gue.

"Udah"

Pip.

Gue menatap Kak Sehun dengan alis yang terangkat sebelah.

"Gak disuruh masuk, nih?" Tanya Kak Sehun.

"Di teras" Jawab gue singkat.

Seakan dia tau alasan gue, dia mengiyakan permintaan gue. Dia duduk di kursi yang ada di teras. Gue pun ikutan duduk di kursi sebelahnya.

"Ngapain?" Tanya gue sinis.

"Minta maaf" Jawabnya gak kalah dingin dan ini mah bisa bikin gue menciut sialan.

"Oh"

"Nih, aku bawain makanan buat kamu" Ujarnya sambil ngasih gue sekantong makanan yang gak tau isinya apaan. Tau aja gue belum sarapan.

"Bubur ayam langganan aku. Coba deh, enak" Lanjutnya.

"Makasih" Ujar gue singkat.

"Kamu masih marah, Na?" Gue menggeleng. "Kok, masih jutek gitu?" Tanyanya lagi. Gue tersenyum lebar.

"Udah kan? Udah gak keliatan jutek?" Tanya gue sambil senyum.

"Jangan gitu. Serem. Gak tulus" Emang sih ini orang, kalo gak suka asal ceplos aja.

"Ya udah. Masuk aja ke dalam" Kata gue.

"Gak masalah?" Tanyanya dan gue angguki.

"Gak takut aku apa-apain?" Tanyanya dengan smirk gak jelasnya.

"Kamu berani macem-macem, aku gampar kenceng" Jawab gue asal. Dia terkekeh lalu masuk ke dalam rumah.

Gue sama dia jadi sarapan bareng. Di sela-sela sarapan, Kak Sehun nanya, "Kamu diundang?".

"Diundang acara apa?" Balas gue balik bertanya.

"Ulang tahun Yeri" Jawabnya.

"Oh, enggak. Kenal aja enggak" Balas gue.

"Mau ikut?" Tanyanya dan gue menggeleng. "Kenapa?"

"Nanti sakit hati" Jawab gue.

"Enggak lah"

"Iya, kamu ngomongnya gitu. Tapi bisa aja ntar berubah"

"Na, kamu masih gak—"

"Aku percaya sama kamu. Tapi, kalo aku disuruh ngeliat langsung sih ogah. Masih mending aku gak posesif" Potong gue nyindir.

"Maaf, Na"

"Jangan bilang maaf mulu deh. Aku udah maafin kamu. Lain kali, jangan posesif gitu lagi" Balas gue.

"Tapi jangan deket-deket sama Eunwoo" Ujarnya tiba-tiba.

"Kenapa?" Tanya gue.

"Enggak. Pokoknya jangan aja" Jawabnya.

"Kalo kamu gak cerita sama aku ya aku gak bakal tau alasannya. Dan aku juga gak bisa asal jaga jarak sama Kak Eunwoo" Balas gue.

"Tapi tolong, Na. Jauhin dia, tolong" Ujarnya memohon.

"Ya, aku usahain. Tapi aku gak bisa janji. Udah, lanjut makan lagi"

Waktu dia minta gue buat jauhin Kak Eunwoo, tatapannya tulus bener-bener dia pengen gue jauh-jauh dari Kak Eunwoo. Ada apa sih sebenernya?

Kak SehunWhere stories live. Discover now