🍋28🍋

4.8K 937 228
                                    

Siang ini matahari bersinar terik. Rasa panas yang menyengat membuat siapa saja malas untuk keluar dari rumah.

Tetapi hal tersebut rupanya tak bisa membuat Thania dan Bianca melakukan hal yang sama. Mereka malah betah duduk di dalam mobil sambil memperhatikan bangunan yang ditutupi pagar cukup tinggi di hadapan mereka.

"Benar ini rumahnya, Bi?"

Bianca terkekeh senang. Wajahnya maju hingga mengikis jarak yang ada diantara dirinya dan Thania, lalu mengecup sensual leher wanita yang sudah tak menolak lagi kapanpun ia ajak bercinta. "Aku nggak mungkin salah, Than. Pas ngikutin kedua pembantu kamu yang pengkhianat itu, aku yakin ngeliat mereka masuk ke dalam pagar tinggi itu." jawabnya seraya melingkarkan kedua tangannya memeluk tubuh Thania yang masih menyisakan aroma percintaan mereka tadi pagi.

Ya, baik Bianca dan Thania belum membersihkan dirinya saat memutuskan untuk menyambangi rumah ini. Walau begitu, Bianca senang mencium aroma tubuh Thania yang mana terdapat wangi parfumnya di tubuh wanita itu.

Kesal karena temannya yang belum puas juga menggerayanginya, Thania melepas paksa belitan kedua tangan Bianca di pinggangnya. Ia tatap kesal wanita yang duduk di balik kemudi tersebut. "Udahan dulu, kenapa sih, Bi? Sekarang itu, aku benar-benar pengen ngeliat perempuan yang udah ngerebut Malik dari aku."

Mengangkat kedua tangan seolah menyerah, Bianca menghela napas pasrah. Niatnya yang ingin mewujudkan angan untuk bercintaa dengan Thania di dalam mobil dengan terpaksa harus ia urungkan kalau tidak ingin merusak mood Thania dan membuat temannya itu tidak mau lagi disentuh olehnya.

Saat kemarin malam mendapat pesan dari Thania untuk mengikuti kedua pembantunya yang pengkhianat, kebetulan sekali mobil yang Bianca kendarai hampir sampai di rumah temannya itu.

Tanpa kesulitan, Bianca berhasil mengejar motor yang dikemudikan Seno dan mengikuti kemana perginya motor butut tersebut.

                                                                
"Ayo Bi, buruan kita masuk. Moga aja pagarnya nggak digembok."

Melihat sikap Thania yang tampak antusias untuk melabrak wanita yang katanya telah dinikahi Malik bahkan sebelum pria itu resmi bercerai dari temannya, Bianca menghela napas tak kentara. Dalam diam ia ikut keluar dari mobil dan berjalan mengekori langkah Thania.

Kemudian, seakan semesta merestui niat Thania yang ingin memberikan pelajaran untuk wanita yang telah merampas kebahagiaan serta statusnya sebagai istri, pagar besi yang ada di hadapannya ternyata memang tidak digembok. Malah pagar besi tersebut menyisakan sedikit cela, hingga Thania dan Bianca bisa melewatinya dengan mudah.

Wanita yang sudah tidak memikirkan apapun lagi selain membalas sakit hatinya tersebut memindai seluruh taman yang terhampar luas di depan mataanya.

Seketika mata Thania memincing tajam saat ia bisa melihat dengan jelas dua orang wanita berbeda generasi saling tertawa di sela aktifitas mereka menanam bunga dengan posisi membelakangi dirinya.

Hembusan napas yang memburu serta panas yang menjalar ke seluruh tubuh karena amarah tak tertahankan membuat Thania melangkah cepat menuju kedua wanita yang belum menyadari kehadirannya itu.

Kemudian, dengan amarah yang tak terkontrol, Thania merenggut bahu wanita yang berjongkok di samping mbok Isa dan menghempaskannya tanpa perasaan. "Perempuan jalang, beraninya kau mere... NAULA." mata Thania membelalak kala wajah wanita yang tubuhnya dihempaskan ke tanah sesaat lalu bisa dilihat jelas olehnya.

Mbok Isa yang awalnya terkejut dengan cepat bisa mengendalikan dirinya. Segera ia hampiri istri baru majikannya dan menyanggah tubuh wanita hamil yang tampak meringis sambil memegang perutnya itu. "Kamu nggak apa-apa, La?" tanyanya syarat akan kekhawatiran.

Merangkai Angan Cinta [TAMAT]Where stories live. Discover now