🍋27🍋

4.5K 924 151
                                    

Bibir Malik tak henti-hentinya merekahkan senyuman. Walau sempat panik saat mendapat telfon dari Runa yang sambil menangis mengatakan bundanya pingsan, kini rasa cemas tersebut telah berubah menjadi bahagia.

Malik terus mengucap syukur atas hadiah yang diberikan oleh Tuhan yang selama ini begitu ia idam-idamkan.

Tangan Malik yang sedari tadi berada di atas perut Naula yang masih rata terus memberikan elusan lembut di sana, dimana terdapat sang buah hati yang akhirnya dipercayakan oleh yang maha kuasa untuk ia miliki.

Pernyataan dari dokter beberapa waktu yang lalu masih terngiang jelas di telinganya. Bagaimana bibir sang dokter melengkungkan senyuman seraya mengucapkan selamat dan mengatakan tak lama lagi ia akan menjadii seorang ayah. Saat mendengar hal tersebut, hati Malik mengembang bahagia.

Saking girangnya suami dari Naula Pradita itu berteriak di koridor rumah sakit hingga ia meringis malu karena mendapat teguran dari beberapa orang yang melewatinya.

Kemudian tatapan Malik yang semula menatap wajah Naula yang tampak pulas tidur di ranjang pasien bergeser ke arah putri cantiknya. Gadis remaja itu juga mengikuti jejak bundanya, tertidur lelap seraya memeluk tubuh Naula.

Saat mengetahui bahwa dirinya akan segera punya adik, tak sedikitpun Runa mau beranjak dari sisi bundanya. Dia tetap ngotot menemani, bahkan memaksa tidur berdempetan di atas ranjang pasien yang tak seberapa luas itu.

Kini, saat menyaksikan kedua bidadarinya yang tertidur lelap dengan tangan Runa yang berbaring miring menghadap bundanya, Malik merasa bahagianya bertambah berkali-kali lipat. Rasa lelahnya terbayar hanya dengan melihat wajah damai kedua bidadarinya itu.

"Mas... "

Suara kecil nan lirih tersebut membuat jantung Malik terpompa dengan cepat. Matanya berbinar senang saat melihat kelopak mata Naula terbuka dan menatap sayu padanya.

"Ya?" tanya Malik seraya menyeka keringat di kening Naula menggunakan tangannya. "Kamu mau minum?" tanyanya lagi dengan menatap lurus tepat ke kedua bola mata istrinya.

Naula menggeleng pelan. Pusing yang ia rasa membuat keningnya berkerut tak nyaman. Namun begitu, Naula masih dapat menahannya. Hal kecil seperti ini tidak akan membuatnya merengek bagaikan anak kecil.

"Pusing?" suara Malik terdengar khawatir.

"Sedikit." jawab Naula yang dengan cepat memegang tangan suaminya saat pria akan beranjak entah hendak pergi kemana. "Jangan kemana-mana, di sini aja temanin aku."

"Sebentar, sayang, aku cuma mau mang... "

Naula menggeleng keras kepala. "Nggak usah, di sini aja."

Setelah menghembuskan napas karena mendapati sikap Naula yang keras kepala, Malik akhirnya mengurungkan niatnya untuk memanggil dokter. Sebagai gantinya ia mencubit gemas pipi Naula yang masih terlihat sedikit pucat. "Kamu ini, lagi sakit tapi sifat keras kepalanya malah tambah jadi."

Naula hanya menanggapi kata-kata suaminya dengan senyuman tanpa rasa bersalah. Wanita muda itu menatap keluar jendela dan dengan jelas bisa melihat hari telah berganti malam.

Keningnya berkerut saat memikirkan sudah berapa lama ia tertidur? Begitu matanya memindai ke seluruh ruangan, barulah Naula tahu jika saat ini ia tidak sedang berada di rumahnya.

Kamar utama yang ia dan suaminya tempati di rumah warna catnya tidak sekaku di ruangan ini. "Kita ada di mana, mas?" tanya Naula begitu selesai dengan pengamatan singkatnya.

Malik terkekeh kecil, lalu mendesah pelan saat pertanyaan yang sudah ditunggunya sedari tadi terucap juga dari bibir istrinya.

Wanitanya yang semakin cantik saja di setiap harinya di matanya itu tampak sangat menggemaskan dengan ekspresi bingungnya. Hingga karena gemas, Malik mengecup beberapa kali bibir wanita yang memberikan banyak sekali kebahagiaan padanya itu.

Merangkai Angan Cinta [TAMAT]Where stories live. Discover now