🍋16🍋

7.4K 848 127
                                    

Sebelum baca, saya mau buat pengumuman dikit nih. Sekarang semua cerita saya yang sudah tamat juga tersedia dalam bentuk pdf. Mengenai harganya, sama dengan yang ada di google play setelah didiskon. Nggak ada yang ditambah ataupun dikurang.

Buat yang mau beli (saya nggak maksa) bisa beli lewat email di bawah ini 👇
snowdropcreativepartner@gmail.com, trus pake subjek MAU PDF ERIA90_JUDUL PDF

Pemberitahuan di atas buat yang emang pengen beli aja. Nggak ada niat maksa ataupun gimana. Soalnya, awalnya saya nggak jual versi pdf, cuma ada beberapa pembaca yang katanya nggak bisa beli di google play biarpun udah berulang kali dicoba, jadi mereka nanya soal pdf sama saya.

Udah sih, nggak usah banyak-banyak cuap-cuapnya. Pokoknya yang minat beli, kirim aja email ke alamat email yang ada di atas☝. Tapi, beli yang ASLI LOH YA, JANGAN YANG BAJAKAN! Selamat membaca, dan semoga Malik-Naula makin banyak penggemarnya.

🍑🍑🍑

                                              

Sesuai dengan perkataannya, begitu istirahat makan siang tiba, Malik sudah muncur ke rumah sakit untuk menemui anaknya, Aruna Sachi Malik. Selain karena desakan Naula yang tak henti membujuknya untuk tidak mengabaikan sang buah hati, Malik juga merasa bahwa tidak adil bagi Runa jika ia terus mengabaikannya.

Yang bersalah di sini hanyalah istrinya, jadi tidak sepatutnya kesalahan tersebut ia limpahkan kepada sosok remaja yang bahkan tidak mengerti masalah orang dewasa yang ada di sekitarnya.

Saat waktu terus bergulir, dan setelah memastikan Runa kembali terlelap dalam tidurnya setelah lelah bercerita mengenai betapa bosannya dia selama berada di rumah sakit, Malik merasa ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara empat mata dengan sang ibu mertua yang tak henti meminta maaf padanya sedari awal ia masuk ke ruang perawatan ini.

Memastikan selimut sudah membungkus tubuh mungil anaknya, barulah Malik beranjak dari tempat duduknya di sisi ranjang. Melangkah perlahan, hingga akhirnya ia mendudukan dirinya di samping wanita paruh baya yang sedikitnya sudah menumbuhkan rasa kecewa dalam hatinya.

Meski begitu, sebesar apa pun kecewa yang ia rasakan, Malik tak bisa bersikap tak sopan terhadap mertuanya itu. Rasa hormat itu masih ada, dan Malik tidak akan melakukan apapun untuk menghilangkan rasa itu dalam dirinya.

"Saya akan menceraikan Thania, bunda." ucap Malik langsung, tidak ingin lagi menunda keputusan yang sudah bulat ia tetapkan.

Padma sendiri hanya bisa menghela napas panjang. Kedua bahunya lunglai setelah mendengar perkataan sang menantu yang diucapkan tanpa keraguan itu.

Memang Padma pernah menyarankan pria itu untuk melepaskan anaknya jikalau pria itu sudah tidak lagi sanggup bertahan dalam bahtera rumah tangga yang hampir karam tersebut. Tetapi, saat sang menantu benar-benar ingin mengakhiri semuanya, Padma merasakan ada setitik rasa tidak rela saat membayang saat pria baik itu tidak lagi menjadi menantunya.

                                                        
Tetapi, biarpun rasa tak rela itu sangat besar ia rasakan, Padma tidak mungkin memaksa Malik untuk tetap bertahan.

Merangkai Angan Cinta [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang