🍋17🍋

9K 990 134
                                    

"Nyuci piringnya udah selesai belum, La?"

Naula terkesiap saat sepasang tangan tahu-tahu sudah melingkar di perutnya. Untung saja piring penuh busa yang ada di tangannya tidak terjatuh ke lantai. Kalau sampai piring itu pecah, 'kan sayang.

"Kamu lama amat, saya sampai lumutan nunggu kamu di ruang tamu."

Naula menghela napas panjang untuk menenangkan debaran jantungnya yang menggila. Pria yang sedang memeluknya dari belakang itu, seharian ini selalu membuat jantungnya berdetak tak normal. Detakannya itu seolah-olah Naula baru saja habis berlari mengililingi lapangan di dekat rumahnya. Napasnya jadi ngos-ngosan namun memberikan rasa menyenangkan dalam dirinya.

"Kamu ini, melamun saja kerjaannya." suara pria itu teredam karena si pemilik suara membenamkan hidungnya di tengkuk Naula dan menghirup aroma menyenangkan dari sana.

"Bapak nggak pulang?" akhirnya Naula bersuara setelah bisa sedikit menenangkan dirinya, serta piring yang ada di tangannya juga telah ia letakakan di wastafel.

"Kamu ngusir saya?" tanya si pria yang tak lain adalah Azam Malik, yang merasa lebih tenang jika berada di rumah kontrakan sederhana Naula.

Setelah mereka makan malam, Naula mengatakan ingin membereskan meja makan serta mencuci piring serta peralatan masak yang dia gunakan untuk memasak tadi, gadis itu meminta ia menunggu di ruang tamu. Namun setelah menunggu untuk waktu yang cukup lama, gadis itu tak jua menghampirinya.

Karena tak sabar, Malik pun menyusul gadis itu ke dapur. Dan melihat Naula yang tengah membelakanginya, tiba-tiba saja timbul keinginan dalam hati Malik untuk memeluknya. Sebelum ia sempat menelaah apa yang ia rasakan, kakinya sudah melangkah lebih dulu, lalu dalam sekejap tubuh lembut gadis itu telah berada dalam rengkuhan kedua lengannya.

Terasa sangat pas... itulah yang Malik ucapkan dalam hati kala memeluk erat si pemilik tubuh kecil itu. Hingga rasa-rasa Malik ingin seperti ini selamanya.

                                                              
"Saya nggak ngusir bapak. Cuma, mbak Clara mungkin aja udah pulang ke rumah. Kan ada masalah yang harus bapak selesaikan sama dia."

Suara Naula menarik pria yang sedang memeluknya itu dari lamunan. Sehingga si pria yang sedang asyik menghirup aroma tengkuk Naula yang menenangkan mendengus kesal karenanya.

"Kamu itu bisanya cuma ganggu kesenangan orang, La. Sekarang 'kan saya lagi sama kamu, jadi jangan bawa-bawa nama orang lain saat kita sedang berduaan."

"Tapi, bapak yang bilang sendiri loh, katanya ada masalah yang mau diselesaiin sama mbak Clara."

"Memang iya." Malik membenarkan tanpa keraguan. "Kalau pun memang benar dia ada di rumah sekarang, biarkan saja. Malam ini saya nggak mau kemana-mana. Pengennya berdua aja sama kamu. Sambil pelukan, atau juga saling melumat bibir, seperti malam kemarin." setelah mengatakan apa yang ingin dikatakan, Malik tak segan lagi mengecupi tengkuk putih mulus itu. Diamnya Naula, Malik anggap bahwa gadis itu juga merasakan hal yang serupa dengannya.

Naula sendiri tidak bisa memungkiri bahwa ia menikmati apa yang dilakukan pria di belakangnya itu terhadapnya. Ia merasa senang saat dipeluk. Bahkan ia sampai menutup mata demi menikmati kecupan dari bibir panas itu di salah satu area sensitif untuknya.

Sebagai wanita biasa, serta tidak pernah sekalipun merasakan romansa antar lawan jenis, Naula bingung harus melakukan apa. Ia merasa senang sekaligus bersalah di waktu yang bersamaan.

Tidak bisa dipungkiri, sebesar apapun masalah yang sedang dihadapi oleh sang atas dalam rumah tangganya, pria itu saja statusnya masih suami orang. Yang lebih parahnya lagi, istri dari pria yang kini tengah menjilati lehernya ini adalah suami dari kakak sepupunya sendiri.

Merangkai Angan Cinta [TAMAT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon