Percaya.

8.3K 547 0
                                    

Terlahir sebagai perempuan yang keras kepala, membuatku jadi sedikit tidak ingin disela, ataupun dikalahkan;egoisme dalam diri yang begitu tinggi.

Semasa sekolah dulu, tak jarang namaku jadi pembicaraan di ruang guru, bahkan ruangan Bimbingan Konseling jadi tempat dimana paling mudah menemukanku. Tak lain tak bukan, aku terlalu sering berkelahi dengan lawan jenis yang menyebabkan mereka babak belur.
Beberapa, menyelesaikannya diluar sekolah.
Beberapa, mengadu pada orang tua. Itulah yang menjadi sebab aku sering menghuni ruang bimbingan konseling.

Tubuh tinggi,dan cukup berotot untuk seorang gadis seusiaku, membuatku cukup mendapat gelar " preman " oleh sejawat.
Tapi jangan salah,
" preman " satu ini, sudah berhasil menaklukkan hati seorang Aristio, Bintang sekolah yang cerdas, berkharisma dan tampan.

Katanya, " Rindu tak seperti gadis pada umumnya yang hanya sibuk mengepang rambut, dan bermain dengan aksesoris yang aku tak mengerti fungsinya itu. Rindu, beda. "

Kalimat itu kadang membuat Aristio hanya jadi bahan lawakan teman-teman nya.

" kaya ga ada perempuan lain aja yo, yo.. "

Lagi,lagi..
Tak satupun dari ucapan mereka dapat melunturkan renjana dalam hati Aristio untuk Rindu.

Waktu itu,Setiap pagi nya..
Aku selalu menyaksikan Ayah yang senang mencium kening Ibuku sebelum bergegas ke kantor.

" Ayah pergi ya, bu. Nanti ayah usahakan pulang cepet.. "

" nanti ibu bikinin lodeh kesukaan ayah, hati-hati ya sayang "

Salim, peluk, dan cium.
Tak pernah dilupakan Ayahku setiap kali ia hendak berangkat dari rumah.

" ayah tu ya.. udah tua masih genit sama ibu. Kaya ga inget umur aja " ucapku sambil mengikat tali sepatu.

" Rin, kamu itu jadi perempuan keras sekali. Nanti deh kamu mengerti kalo udah nemuin suami yang romantisnya seperti ayah. Pasti nanti kamu ga ngizinin suamimu pergi kerja saking ga mau pisahnya.. hahaha "

Aku hanya tersenyum geli mendengar itu.
Tentu tidak, aku tidak ingin terperangkap dirumah ,menghabiskan waktuku hanya dirumah.

" ooh, tidak bisaa.. Rindu mungkin akan tetap punya suami. Tapi kalo dia mau kerja ya kerja aja.. Rindu kan juga mau kerja..mau punya Lawfirm sendiri."

Ayah hanya menggeleng mendengar jawaban dari putri sulungnya yang amat ambisius menjadi seorang pengacara. Cita-cita amat mendorong dirinya lebih maju setiap hari.

Aku ingat betul percakapan itu.
Dan semenjak aku bertemu Aristio.
Aku percaya ucapan Ayahku.
Meski memang kami belum menjadi suami isteri, dapat kurasakan seutuhnya dicintai seorang kekasih.

Kemudian, nama Aristio masuk dalam daftar cita-cita yang harus ku wujudkan.

Luruh [ FINISH] Where stories live. Discover now