derap.

5.7K 313 7
                                    

2006,Kaliurang, Jogjakarta.

" lokasinya masih jauh ga, bob? Gue pegel "

" engga sih, harusnya deket deket sini. "

Aku dan Bobby, masih berjalan menyusuri perkomplekan tempat yang kami pilih untuk jadi naungan kami.

" nomor 27, kan? "

" iya, 27 a atau b yah..ini yang nulis alamat kaya ga niat ya..susah banget dibaca "

Hanya aku, Bobby, kertas alamat dan terik matahari yang menemani.

" kalo kita gini terus, palingan sampe lusa juga ga bakal nemu. Kita tanya aja,yuk! "

Aku melihat seorang gadis muda berdaster kuning dengan plastik sampah ditangannya, kemudian aku hampiri.

" permisi mbak, saya mau nanya, kost " Perdamaian " dimana ya mba? "

" oh ngeh mba, itu mbaknya bisa lurus lalu rumahnya yang sebelah kanan, tingkat 2, ada dua gedung disitu, nmr 27D. "

" oalah, terimakasih ya mba. Mari"

Aku dan Bobby bergegas menuju rumah seperti yang diarahkan gadis tadi.

" astagfirullah, bibi begimana sih Rin, gue kirain itu 27 A, atau 27B... Ternyata 27 D, tulisannya ya Allah "

" udah maafin aja, namanya juga udah sepuh"

Tibalah kami, di kost-kostan yang kami pilih. Tempatnya bersih, ada fasilitas internet, ada toilet dikamar, ada dapur bersama, taman, juga mushola yang cukup besar.

Kami disambut hangat oleh pihak pengelola. Disana adalah kost-kostan yang bebas untuk semua, dengan catatan harus menjaga ketertiban dan kebersihan.

Aku, langsung menilik kamar, membersihkannya, dan mulai menata pojok demi pojok, agar senyaman mungkin untuk kutempati.

Tidak, aku tidak sendirian.
Ada Bobby, yang turut membantuku walau kamarnya sendiri belum ia sentuh.
Tentu. Aku juga akan membantunya merapihkan kamarnya setelah ini semua rampung.

Ggggrrrr.

Gggrrrr...

Aristio calling.

" eh, aristio nelfon! Udah lama dia mogok nelfon gue. Gue angkat ya, Bob. Gapapa kan ini lu lanjutin dulu? "

" iya gue aja yg lanjutin ngepelnya "

" hehe jangan cemberutt!"

" hm "

Aku bergegas keluar dan segera mengangkat telfon Aristio.

" Assalamualaikum"

" Waalaikumsalam. Yo? Kamu sehat? Gimana kabarnya, bagaimana jakarta? "

" bagaimana Jogja, Rin? Bagaimana rasanya akan selalu bersama Bobby? "

" yo, aku kira, kita udah cukup ngomongin itu.. Yo, he's my bestfriend, Yo.. "

" aku tau dari temennya Bobby. Bukan dari mulutmu langsung. Kenapa ga ngomong? "

" gimana mau ngomong? Sedangkan kamu masih ga bisa terima ketika aku harus keterima di Jogja bareng Bobby. Aku ga dikasih kesempatan untuk bicara "

" aku ga ngerti, Rin. Harusnya kamu paham rasanya tak ingin tergantikan "

" siapa yang mau gantiin kamu, Bobby? Engga mungkin lah, Yo! He's my bestfriend, Yo! Sahabat aku!"

" gimana kalau aku satu kost sama sahabatku yang perempuan? "

" urusanmu "

Ku tutup telfon. Oh, maaf. Langsung ku matikan saja telfonku. Agar tak perlulah Aristio menelfonku, apabila hanya untuk marah marah saja, dan membalikkan situasi.

" Bob? "

" hm "

" ham hem ham hem. Sini gue lanjutin. Lu duduk aja sana. "

" ga usah. Udah mau beres kok ini "

" hm, yaudah. Gue aja yg duduk "

Bobby menoleh, ia mungkin sedikit kaget, menemukanku dengan air mata.

Ia menghentikan kegiatannya.

" hey.. Kenapa? "

" engga "

" tampang gue sebegitu bego nya ya, Rin? Sampe lu nyangka nya gue sebego itu ga bisa bedain lu lagi baik baik aja apa engga "

" iya lu emang bego. Udah tau kaya gini masih nanya "

Aku menangis, menangis karna rinduku pada aristio seakan tak disambut baik. Perpisahan pun tak berjalan baik. Sesampainya disini, aku tak mendengar hal baik terucap darinya.

Isak terus memenuhi dadaku.
Aku hanya mampu menekan mataku agar air tak terus berkucuran dari situ.

Kemudian aku memeluk Bobby, dengan segala peluh dan lelah, ia bersimpuh dan menenangkanku, dalam peluknya.

Ya, Bobby memelukku,

Bobby menenangkanku,

Dari luka yang dihadiahi kekasihku.

Luruh [ FINISH] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang