2

104 19 1
                                    

TINGGALKAN JEJAK IYA😊🖤⭐

Bel masuk pun berbunyi, aku dan yang lainnya segera menuju kelas kami masing-masing dan kembali mengikuti pelajaran, tak terasa bel pulangpun sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, aku bergegas menuju parkiran dan segera pulang karena ku lihat akan segera turun hujan.

Aku sampai di depan pintu gerbang rumahku, satpam membukakan pintu dan segera aku masukkan motorku ke dalam garasi, ku lihat motor kakakku belum ada di garasi itu artinya kakakku belum sampai di rumah.

"Gimana sekolah barunya kak?" tanya Yuna dari ruang tv, akupun menghampirinya sembari mencium pucuk kepalanya.

"Hm, iya gitu-gitu ajasih gak ada yang menarik, kamu pulang sama siapa?" tanyaku sembari duduk di sampingnya.

"Sama supir tadi"jawabnya masih fokus melihat tv

"Where's papa?"tanyaku

"I don't know" balasnya sambil menggeleng, aku mencium pipinya sembari berdiri dan berjalan menuju kamar

"Where are you going?" tanyanya kembali

"Take a bath" jawabku singkat

"Oh, Arraseo"jawabnya singkat dan fokus kembali melihat tv, aku hanya menggeleng pelan.

Beginilah keluargaku, karena kami semua tidak murni berdarah Indonesia, keluarga dari Mamaku adalah orang Belanda, mengharuskan kami semua bisa menguasai bahasa Belanda, dan karena Papa tiriku adalah orang Korea, kami juga harus bisa menguasai bahasa Korea, sedangkan kami tinggal di Indonesia yang pastinya kami juga menguasai bahasa Indonesia dan Inggris sebagai bahasa internasional.

Saat makan malam...

"Ada apa dengan kalian berempat?" tanya Mamaku membuka suara, karena melihat aura dingin yang kami berempat pancarkan

"Apa maksudmu sayang?" tanya Papaku tak mengerti

Aku, kakakku dan adikku hanya saling melempar pandangan satu sama lain tak mengerti maksud dari Mama.

"Bisakah kalian makan dengan senyuman? Atau setidaknya dengan aura yang hangat, kalau makanan itu bisa berbicara mungkin mereka sudah lari ketakutan melihat wajah dingin kalian" celoteh Mama panjang lebar.

Kami berempat memang terkenal dengan aura kami yang dingin, tatapan mata yang dingin, dan ekspresi wajah serta sikap yang dingin, tetapi itu semua hilang ketika sudah bersama keluarga, semua lebur tergantikan dengan aura hangat.

"Mianhae sayang" jawab Papa lirih

"Sorry Mom" jawab kami bertiga serempak sembari tersenyum

"Ma,,, Pa habis ini Kian mau izin pergi ya"

"Kemana sayang" tanya Mama lembut

"Pergi sama Irene, boleh?" tanya Kian

"Oke, tapi jangan pulang malam-malam" jawab Papa

"Thanks Ma, Pa" jawab Kian sambil tersenyum

Setelah makan malam selesai, aku berlalu ke kamarku dan segera tidur karena badanku sangat pegal.

Hari-hariku di sekolah berlalu dengan biasa-biasa saja, tidak ada yang menarik (bagiku). Setiap hari tak sedikit cewek-cewek di sekolah yang menyatakan cinta padaku, tetapi aku tidak pernah tertarik dengan salah satu dari mereka, aku yang mendapatkan julukan "Prince Ice" di sekolahku karena sikapku yang dingin dengan semua orang terkecuali dengan kakak dan gengku sendiri.

Aku memiliki masalah dalam mengontrol emosi, aku adalah seorang atlet taekwondo sedari kecil aku dilatih agar menyerang tanpa emosi dan empati, jika sudah di lapangan aku terkenal dengan orang yang tidak akan memberikan belas kasihan kepada lawanku, itu yang membuat banyak orang takut kepadaku saat mengetahui bahwa lawan mereka adalah aku.

Aku tidak tahu bagaimana caranya mengontrol emosiku dan aku tidak bisa lagi merasakan empati, itu yang membuatku bersikap dingin pada siapapun terkecuali orang terdekatku. Setiap aku benar-benar marah, aku akan mengamuk dan tidak bisa lagi mengontrol emosiku, aku tidak bisa lagi membedakan mana kawan mana lawan ketika amarah sudah mengambil kendali akan diriku dan sialnya setelah amarahku mereda aku tidak bisa mengingat apa-apa setelah kejadian.

Terakhir kali akulepas kontrol terhadap emosiku, aku membuat 2 teman kelasku pindah ke sekolahsetelah sehari mereka menganggu dan memancing emosiku dan aku tidak mengingatapa-apa kejadian saat aku sedang kehilangan kontrol emosiku. Itu yang membuatkusangat acuh, dan bersifat dingin dengan orang lain, dengan cara menutup hatidan emosiku rapat-rapat agar tidak ada orang lain yang bisa menyentuh danmerusaknya, yang berujung membuatku tidak bisa mengontrol emosiku karena akubelum menemukan jawaban atas cara mengontrol emosiku sendiri dan mengembalikanrasa empati ke dalam hati dan pikiranku.

PARK YUNA/ YUNA PARK

GIOCONDA IRENE FORTUNATA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GIOCONDA IRENE FORTUNATA

Vote & comment iyaaa 😘😘😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote & comment iyaaa 😘😘😘

ALPHA CENTAURI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang