Prolog

340 18 7
                                    

Sheila membenarkan ikat rambutnya. Ia menatap dirinya dicermin, saat menatap cermin Sheila hanya berekpresi datar. Tidak ada senyum yang menghiasi sudut bibirnya, setelah merasa ikatan rambutnya rapih. Sheila keluar dari toilet sekolah, walaupun. Sebenarnya masih ada anak rambut, yang tidak diikat.

Saat dirinya melangkah, keluar dari toilet. Langkahnya terhenti karena melihat cowok yang ia hindari, cowok itu bergaya urakan. Baju tidak dimasukan, dasi yang hampir melorot. Rambut cokelat yang sedikit gondrong. Tetapi, dengan gaya seperti itu. Justru membuat semua kaum hawa menggilai karismanya.

Cowok itu tersenyum lebar. Ia menatap Sheila yang baru saja keluar dari toilet.“Hello, Sheila. Wah, kita ketemu lagi!”

Sheila, hanya menatap cowok bernama Kailand itu dengan tatapan datar. Tidak menjawab sapaan Kailand. Yang, dimana semua cewek ingin sekali disapa oleh Kailand. Tetapi, lain bagi Sheila. Ia sangat tidak ingin mendengar suara Kailand.

Kailand berdecak, karena tidak dijawab oleh Sheila.“Ck, lo ngomong kek. Apa kek, jawab sapaan gue kek. Lo tau, semua cewek pengen banget disapa sama gue. Tapi lo? Lo seharusnya beruntung Shei.”

Hening, Sheila hanya menatap Kailand datar. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, bibirnya ia tutup rapat rapat. Tidak ada, senyuman yang menghiasi bibir mungilnya.

Untuk, yang kedua kalinya Kailand berdecak. Ia kesal, karena telah diabaikan oleh gadis didepannya.“Shei, coba lo senyum deh. Hidup lo terlalu lempeng, coba kasih senyuman buat gue. Gue pengen lihat.”

Tidak ada sahutan apapun. Sheila tetap diam, dia menatap Kailand. Lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata apapun. Tanpa memberi senyuman untuknya, Kailand yang melihat ia mengumpat dalam hati. Kesal, karena Sheila selalu mengabaikanya, disaat semua cewek ingin dekat dengannya. Tapi gadis itu malah mengabaikannya, seolah. Kailand itu hanya angin lewat saja.

Kailand menatap punggung Sheila yang semakin menjauh. Setelah itu, ia berteriak lantang.“SHEILA, LO MASIH PUNYA HUTANG SAMA GUE.”

Lagi, dan lagi. Sheila mengabaikannya, Kailand menendang botol minuman yang telah habis, ia melampiaskan kekesalan karena terus diabaikan. “Lama-lama, penyakit penasaran gue makin bertambah. Sama tuh cewek!”

Hola! Semoga suka ya, ikuti terus kisah Sheila Kailand.
Ini baru prolog ya, jika kalian suka. Kalian bisa lanjut baca di part 1, jika tidak? No prob, gak papah. Aku tidak memaksakan kalian untuk suka karyaku.

Salam.
Zeffa

SHEIKAI [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang