Part 03

11.6K 489 6
                                    

Setelah menutup rapat-rapat pintu dari ruangan Steven, Kanaya terdiam membisu, tubuhnya meluruh jatuh. Mata yang tadinya terlihat berbinar, kini berair oleh tangis yang entah bagaimana bisa membuat Kanaya melemah.

Semua itu karena ucapan Steven yang begitu menyakiti hatinya, saat lelaki itu mengatakan bila Kanaya bukanlah tipenya. Lelaki itu tidak menginginkannya, itu lah kenapa Kanaya langsung pergi, karena ia sadar bila dirinya kurang pantas untuk bisa bersanding dengan seorang Steven. Tapi hatinya juga tidak bisa memungkiri, bila Kanaya memang menginginkan lelaki itu. Karena Kanaya sudah mencintainya sejak dulu, sejak Steven menyelamatkannya dari kejadian yang paling mengerikan di hidupnya.

Setelah puas menangis, Kanaya kembali tersenyum sembari menghapus air mata di pipinya, mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri kali ini. Bukan saatnya ia menyerah sekarang, karena perjalanannya masih sangat panjang. Kanaya juga sadar, bila dirinya belum melewati setengah perjalanannya sekalipun, atau bahkan dirinya baru mulai melangkah. Seharusnya Kanaya juga tidak boleh cengeng, karena akan banyak rintangan yang harus ia hadapi dan bukan saatnya Kanaya berpikir kejadian yang seperti tadi menjadi penghalangnya untuk mendapatkan cinta seorang Steven.

Kembali dengan tekad yang kuat, Kanaya mendirikan tubuhnya sembari tersenyum ceria seperti tadi. Dengan semangat yang berapi-api, Kanaya yakin bila dirinya pasti bisa mendapatkan hati Steven. Setidaknya itu yang ingin selalu Kanaya percaya, meskipun ingatan tentang Steven yang tidak menyukainya selalu mampu membuat Kanaya pesimis dan berputus asa.

"Enggak-enggak. Aku enggak boleh menyerah! Aku harus bisa membuat Om Steven mencintaiku lalu kita menikah, dengan begitu aku bisa melakukan janjiku. Tapi, kalau Om Steven enggak mau menikah denganku, aku akan tetap melakukan janjiku dan setelah itu aku bisa pergi, aku enggak akan pernah mengganggu Om Steven lagi." Kanaya kembali bertekad, mencoba meyakinkan dirinya akan janji yang sudah diucapkannya sejak lama.

"Oh iya, aku lupa bilang ke Om Steven untuk memberikan rantang makanannya ke satpam aja, karena besok aku akan menggantinya dengan rantang yang ada makanan barunya." Kanaya menepuk jidatnya, merasa bodoh karena sudah buru-buru pergi dari ruangan Steven. Dengan cepat, Kanaya memperbaiki ekspresi wajahnya agar terlihat biasa saja. Lalu menarik knop pintu dan membuka papan datar tersebut.

"Om, Naya lupa bilang ...." Kanaya menghentikan ucapannya, setelah matanya melihat Steven begitu lahap memakan makanan yang tadi sempat Kanaya sajikan. Membuat gadis itu terdiam tak bisa berkata apa-apa, merasa terharu karena lelaki itu mau memakan masakannya. Namun ekspresi lain justru Steven tunjukan, lelaki itu turut terdiam setelah menghentikan aktivitas makannya, matanya memejam, merasa malu karena ketahuan empunya.

"Om Steven suka makanannya ya?" tanya Kanaya sembari berjalan kembali ke arah meja Steven.

"Enggak," jawab lelaki itu kaku, sembari menyingkirkan wadah-wadah rantang dari hadapannya.

"Bohong. Itu buktinya nasinya hampir habis," jawab Kanaya sembari menunjuk ke arah isi rantang yang hampir tidak ada sisa.

"Terpaksa," jawab Steven cepat, membuat Kanaya tersenyum kecil melihat tingkah laku lelaki itu yang tidak mau mengaku bila dirinya memang menyukai masakan yang Kanaya buat.

"Oh terpaksa?" ujar Kanaya terdengar menyindir sembari mengangguk-angguk mengerti, meski bibir tipisnya tak henti-hentinya tersenyum. Sedangkan Steven kembali memejamkan matanya di balik tundukan wajahnya, merasa sudah sangat malu sekarang.

"Bagaimana, Om? Masakannya Naya enak enggak?" tanya gadis itu terdengar menggoda.

"Biasa saja," jawabnya dingin tanpa mau menatap ke arah Kanaya yang lagi-lagi hanya mengangguk mengerti.

"Oh ya?"

"Iya, masakan kamu itu memang biasa saja. Jadi tidak usah banyak bertanya! Dan lagi, kenapa kamu kembali ke sini? Bukannya saya sudah bilang sama kamu untuk tidak usah kembali lagi," jawab Steven terdengar tegas.

Om, nikah yuk! (TAMAT)Where stories live. Discover now