09 ✏️ Calon Mertua

5.1K 530 30
                                    

_hakikat cinta itu adalah melepaskan. Semakin sejati, berarti semakin tulus kau bisa melepaskannya. Percayalah jika itu memang cinta sejatimu, dia akan kembali meski sejauh apa dia menghindarimu_

-----------------------------------------------------

✏️✏️

EMBUN pagi masih bergelayut manja ketika fajar mulai menyingsing dan sinar mentari menyeruak di antara pelukan dedaunan. Burung gereja juga bersenandung riang menyambut hadirnya sang surya. Raja diraja dunia tersenyum renyah kepada ribuan angin yang berbisik membicarakan kegagahannya.

'A perfect morning in the world.'

Sayang, pagi yang begitu indah harus terlewatkan oleh seorang gadis yang masih bergulat dengan selimut dan gulingnya di dalam kamar.

"Astagfirullah, anak gadis habis salat Subuh tiduran lagi. Masa kalah sama ayam. Mereka sudah mencari makan dari selepas dari bangunnya. Ini, anak orang masih enak-enakan peluk guling." Bu Aminah menggerutu di kamar Kania.

"Hmm, Ibu, masih ngantuk ini. Lagian juga hari Sabtu, Kania libur juga. Ibu sih enak pelukin Ayah, Kania mau peluk siapa coba selain guling penuh iler ini," jawab Kania masih enggan untuk membuka matanya.

Bu Aminah langsung membuka gorden dan jendela supaya sinar matahari bisa masuk ke kamar anak gadisnya. Dengan terpaksa Kania membuka perlahan matanya, mengatur cahaya yang masuk ke dalam pupil matanya hingga kornea dan otot matanya dengan cepat menerima rangsangan untuk terbuka sempurna.

"Kamu lupa, pagi ini ada janji dengan Arfan mau bertemu ibunya, nggak malu kalau tiba-tiba Arfan datang kamunya belum bangun," kata Bu Aminah dengan tegas.

"Ya tinggal suruh Mas Arfan bangunin Kania, Bu, gitu aja kok repot," jawab Kania tersenyum jahil sambil memainkan mata dan menaikturunkan alisnya.

"Emang kamu mau, Arfan disunat ayahmu lagi? Sembarangan saja, halal saja belum suruh masuk kamar," omel Bu Aminah mendengar candaan putri sulungnya.

"Astagfirullah, Bu, kalau disunat ntar Kania dapat apa?" Kania meringis bergaya seolah-olah hendak menangis.

"Ini anak! cepetan mandi. Keburu Arfan datang nanti." Tangan Aminah sudah berada di udara siap memberikan cubitan besar di paha Kania.

Kadang orang tua tidak harus selalu berperan sebagai orang tua untuk anak-anaknya. Ketika mereka sudah dewasa, ada kalanya orang tua menjelma menjadi sosok teman bahkan seorang sahabat untuk anaknya.

Supaya tidak lari ke hal negatif itu alasan yang paling utama mengapa Pak Hilman dan Bu Aminah berpikiran tentang dua hal tersebut. Anak tidak akan malu bercerita kepada seorang sahabat ketika mereka memiliki permasalahan.

Tidak butuh waktu yang lama Kania membersihkan diri dan bersiap menunggu Arfan tiba sesuai dengan janjinya semalam. Celana bahan berwarna cream dan kaos etnic berwarna maroon telah melekat membalut tubuh Kania dengan jilbab senada dan make up natural membuat penampilan Kania tampak sempurna.

Pukul 09.00, suara Arfan terdengar dari balik pintu rumah Kania. Oryza berjalan kedepan untuk membukakan pintunya, sementara Kania masih membantu ibunya untuk membereskan sisa sarapan di meja makan.

"Masuk Mas, sudah ditungguin tuh sama calon istri."

Arfan tersenyum saat Oryza menyebut Kania sebagai calon istri. Rasanya ada yang menggelenyar di dalam hatinya. Adem mendengar kalimat yang baru saja Oryza ucapkan.

"Ok, Adek Cantik, belum mandi ya? Kucel amat mukanya."

"Enak aja, habis bangun tidur tau!" Oryza nyengir di depan Arfan.

SQUADRON CINTA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang