04 ✏️ Pesan Ibu

5.7K 587 13
                                    

_cinta itu tidak pernah salah, jika menurutmu cintamu itu tidak membuatmu bahagia berarti cintamu bermuara pada orang yang salah_
-----------------------------------------------------

KEPULANGAN Arfan kali ini memang terkesan mendadak. Semalam sebelumnya sang ibu tiba-tiba menelepon dan memintanya untuk pulang segera. Membuat perasaannya menjadi tidak karu-karuan. Terlebih karena Arfan menjadi anak laki-laki satu-satunya yang menggantikan tugas sang ayah yang telah meninggal dunia.

Setelah apel pagi di kesatuan, Arfan bermaksud meminta izin komandannya supaya bisa pulang cepat dan keesokan harinya dapat diberikan waktu lepas dinas karena harus menengok keadaan ibunda di luar kota.

Bersyukurlah kepada Allah SWT, karena Arfan tidak berdinas jauh dari kota kelahirannya. Sehingga dia bisa dengan mudah mengunjungi rumah masa kecilnya untuk membagi semua rindu kepada sang ibunda tercinta. Pangkalan udara Abdul Rahman Saleh, Malang menjadi rumah kedua bagi Arfan Aldebaran.

"Selamat pagi, Komandan. Mohon izin," sapa Arfan memberi hormat ketika pintu ruang kerja telah dibukakan oleh seorang ajudan.

"Pagi." Sesaat sang komandan menatap Arfan sekilas kemudian dengan sikap tegasnya dia berbicara.

"Diizinkan. Silakan duduk."

"Mohon izin, Ndan, untuk bisa pulang cepat dan lepas dinas untuk besok karena harus menengok Ibunda di luar kota." Setelah berbasa basi sedikit akhirnya Arfan memberanikan diri meminta izin memenuhi permintaan ibunya.

"Ibunda sakit?"

"Belum tahu kondisinya seperti apa, hanya semalam meminta saya pulang secepatnya. Tidak biasanya beliau meminta jika tidak terjadi apa-apa," jelas Arfan.

"Lusa sudah dinas kembali."

"Siap laksanakan sesuai perintah, Ndan. Terima kasih." Arfan keluar dengan sebuah surat untuk dibawa ke bagian administrasi berkaitan dengan lepas dinas kesatuannya keesokan hari.

Menggunakan sarana angkutan umum adalah alternatif terbaik. Meski terkadang paradigma masyarakat tentang penumpang berseragam dinas itu tidak baik karena kesewenang-wenangan di jalan dan tidak bersedia untuk membayar uang transportasi. Namun, tidak dengan Arfan. Dia selalu berusaha mengganti apa yang tidak menjadi haknya.

'Pulanglah, Ibu mohon. Bukan untuk Ibu, tapi sesungguhnya ini untukmu dan masa depanmu'. Masih teringat jelas di ingatan Arfan atas permintaan ibunya semalam yang membuat Arfan susah tidur.

Sampai bus yang Arfan tumpangi telah berhenti sempurna di terminal, angan Arfan tidak pernah lepas dari cinta pertamanya. Sampai seorang kondektur menegurnya untuk segera turun karena sudah tiba di pemberhentian terakhir trayek perjalanan mereka. Arfan beranjak untuk turun lalu berjalan mencari tukang ojek yang bisa mengantarkannya sampai di rumah.

"Tanggung Pak, pinten?" tanyaku kepada seorang ojek di pangkalan.

"Kaleh doso, Mas"

"Sedoso nggih?"

"Walah dereng angsal lek semonten. Tebih eh, Mas. Gangsal welas pun, kulo derekne," kata tukang ojek itu akhirnya.

Tawar menawar khas pengguna jasa ojek akhirnya membawa Arfan sampai di pangkuan ibunda dengan selamat. Rumahnya selalu sepi sejak kepergian sang ayah. Kakaknya juga sudah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri, sementara adik perempuannya pasti masih tambahan bimbingan belajar karena akan masuk SMA.

Tidak ada perubahan yang berarti, selama dua bulan tidak berkunjung ke kampung halaman, semuanya masih sama. Kampungnya tetap menjadi kampung kendang yang sangat terkenal.

SQUADRON CINTA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang