01 ✏️ Kisah Cinta Jaman SMA

8K 751 50
                                    

SMA 1 Nusantara bukan hanya wadah untuk siswa yang memiliki prestasi akademik mumpuni tetapi juga menjadi sarana bagi para siswa untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang ketrampilan sesuai dengan minatnya.

Seperti Kania, yang akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bisa menjadi seorang wartawan sekolah karena dia aktif dalam ekstra korespondensi dan juga Karya Ilmiah Remaja. Meski demikian, sebagai seorang siswa tentu saja Kania tidak akan melupakan tugas utamanya. Karena menurutnya, untuk menjadi istimewa di SMA favorit itu memerlukan perjuangan super ekstra.

Kania memilih berjuang untuk tetap mempertahankan prestasinya. Artinya dia harus rela menjauhkan diri dari hiruk pikuk masa remaja yang seharusnya dia rasakan bersama teman-temannya. Karena prinsipnya tidak pernah luntur dari awal menginjakkan kaki di SMA ini. Prestasi akademik harus tetap gemilang seperti di sekolah sebelumnya.

'Meski berasal dari desa tapi prestasi jangan sampai ndesani.'

Demikian halnya dengan Arfan, sejak peristiwa dua setengah tahun yang lalu di bawah pohon pule yang ada di depan kelas Kania, satu ¹⁰, Kania dan Arfan hanya biasa bertegur sapa ketika mereka tanpa sengaja berpapasan atau bersama di tempat yang sama seperti perpustakaan.

Namun, saat Kania mendapatkan tanggung jawab untuk mewawancara Arfan Aldebaran sebagai siswa yang sangat berpengaruh, karena dia berhasil menjadi petugas pengibar bendera di Istana Merdeka, mengapa Kania menjadi kembali kikuk? Padahal kedua telinganya mendengar bahwa Arfan sedang dekat dengan seorang siswi di sekolah mereka.

Kania masih maju mundur untuk membuat jadwal wawancara bersama Arfan. Tapi seketika rencananya ambyar saat suara seseorang memanggil nama Arfan saat mereka berada di koridor sekolah.

"Fan, pulang sekolah ada jadwal ngaji bareng sama anak-anak keputrian lo. Awas pulang duluan," ucap Delfryan Achmad, sang ketua rohis, ketika pelajaran terakhir akan dimulai.

"Kok dadakan? Minta tolong lima menit sebelum berakhir kamu umumin di pengeras suara sekolah ya?" jawab Arfan.

Kania terpaksa kembali ke kelas. Pelajaran terakhir hari ini adalah kimia dimana Bu Purwanti selaku guru mapel kimia mengadakan kuis interaktif dadakan. Kania hanya bisa nyengir kuda ketika ada beberapa soal yang tidak bisa dia kerjakan. Beruntunglah hari ini dia duduk sebangku dengan Ikky, siswa yang memiliki otak paling encer di kelas 3B⁴.

Akhirnya, tepat lima menit sebelum bel pulang berbunyi, setelah Kania mengumpulkan tugasnya, dia meminta izin kepada Bu Purwanti untuk memberikan pengumuman di ruang guru kepada para siswa melalui pengeras suara. Esktrakurikuler yang dipimpinnya, selepas pelajaran usai siang ini harus berkumpul untuk membahas laporan pertanggungjawaban kegiatan karena segera diadakannya pergantian pengurus OSIS secara berkala.

Di waktu yang sama, Delfryan juga menapakkan kedua kakinya ke ruang guru untuk menyampaikan pengumuman.

"Eh, mau nyampein pengumuman juga?" sapa Delfry pada Kania.

"Heem, kamu duluan saja." Kania tersenyum.

"Kamu kelas tiga juga? Kok rasanya kita belum pernah bertemu ya?" kata Delfryan mengawali percakapan setelah memberikan pengumuman. Warna bedge sekolah di lengan sebelah kanan memberikan informasi kelas berapa siswa itu sekarang.

"Iya, kamu Delfry kan ketua Rohis SMA tercinta ini?" tanya Kania.

"Kok tahu, ternyata famous juga ya aku di sini," kekeh Delfry.

"Iyalah, siapa sih yang nggak tahu sama Delfry, ketua rohis dan pandega nasyid yang banyak digandrungi kaum hawa di sekolah ini." Kania berucap ringan yang membuat Delfry terbahak.

"By the way, sorry, nama kamu?" tanya Delfry.

"Kania Rajendra. Panggil saja Nia atau Kania," jawab Kania masih dengan senyum ramahnya sebelum mereka berpisah di persimpangan lorong kelas.

SQUADRON CINTA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang