07 ✏️ Ketika Mata Bertemu Hati

5.7K 560 21
                                    

simfoni tak berdawai itu adalah hati, bersama getarannya mengirimkan pesan gelombang transversal sekaligus longitudinal, tegak lurus antara mata dan hati

HAMPARAN bibir pantai yang sangat membius pesona mata kembali diperlihatkan sang Arsy kepada semua makhluknya. Jika wisatawan asing menganggap Indonesia dengan sejuta pesona wisatanya. Hari ini pun Arfan tak henti memuji keindahan yang terpampang jelas di depan matanya.

Tugas negaranya kali ini membawanya untuk mengunjungi pulau terbarat wilayah Indonesia, Pulau Weh. Pesona keindahan pantainya yang tidak kalah dengan Bali dan Nusa Tenggara membuatnya benar-benar mengistirahatkan pikiran. Setelah setengah hari menjadi punggawa untuk mengemudikan pesawat hercules guna melaksanakan tugas patroli kenegaraan di batas-batas wilayah negara kesatuan Indonesia.

Dengan memakai pakaian renang, dan peralatan snorkeling. Kali ini dia bersiap di atas perahu yang akan membawanya area terumbu karang yang masih perawan. Dari udara langsung menembus lautan. Seperti dua sisi mata uang yang berbeda, tapi itulah alam dan Arfan harus siap dan bersahabat dengan mereka. Enam puluh menit, waktu yang dirasanya sangat cukup untuk memanjakan kejernihan otaknya sebelum kembali bergelung dengan mega dan mendung di angkasa.

Arfan kembali membuka gawai yang sudah satu setengah jam dia tinggalkan di dalam tasnya. Mengecek barangkali ada perintah yang mengharuskannya segera melaksanakan tugas.

Matanya kini terfokus dengan sebuah pesan singkat di gawainya, dari gadis yang telah merebut singgasana hatinya.

Dearest Kania
Sesuai permintaanmu, Pak Komandan. Urusanku dengan Pak Polisi sudah berakhir, jadi aku mengabarkannya padamu 😭😭😭

"Alhamdulillah," satu kata yang terucap dari bibir Arfan Aldebaran.

Sebuah senyum terukir dari bibir Arfan. Memperoleh kabar menggembirakan dari Kania tentu saja membuat hatinya membuncah.

'Bukan kamu, Kania, yang ingin aku temui. Melainkan kedua orang tuamu, aku yang akan datang kepada mereka untuk menawarkan sebuah komitmen masa depanmu bersamaku. Bersiaplah menjadi Bu PIA,' monolog Arfan dalam hati sebelum dia menutup gawai dan mengembalikannya ke dalam tas ransel miliknya.

"Habis bertemu terumbu karang cerah kali, Bang, itu muka, macam habis ketemu pacar saja," kata Gultom, si Batak yang menjadi rekan dinas Arfan hari ini.

"Bukan karena habis ketemu terumbu karang, Bang. Tapi habis ketemu mantan."

"Ah, memangnya mantan kau ada di sini?"

"Ada."

"Kek mana?"

"Lumba-lumba."

"Alah, macam-macam saja kau ini. Cem mana pula lumba-lumba kek jadi mantan. Ayolah kita terbang, saatnya kita kembali ke Malang." Arfan mengangguk menyetujui komando Gultom.

Pesawat Hercules yang dikemudikan Arfan kembali mengudara, membelah angkasa. Menggambarkan betapa gagahnya prajurit TNI di udara.

"Climb 5000 feet."

"Roger."

Membawa garuda besi terbang itu memang membuat kebanggaan tersendiri. Tidak semua orang berkesempatan untuk bisa memegang kendali tersebut. Ijin, lisensi dan persyaratan yang lain wajib dipenuhi bukan hanya sekedar bisa dan mahir.

Pikiran harus tetap fokus, meleset sedikit dari informasi dan perintah akan fatal akibatnya. Tugas berat seorang sopir pesawat, bukan hanya harus memberikan rasa aman dan nyaman terhadap penumpang tetapi juga pada dirinya sendiri. Terlebih sebagai anggota TNI AU, pasti harus lebih gesit, sigap dan siap jika harus diminta untuk bermanuver di udara.

SQUADRON CINTA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang