Ekstra Part : Audy

10.4K 515 98
                                    


Audi

Surat ini bisa menghancurkan segalanya. Keceriaan dan optimisme Kakak yang mulai kembali. Aku tahu tidak sopan membaca isi surat orang lain. Namun, ini kuniatkan untuk kebahagiaan Kak Reva.

Teringat kembali saat kemarin, mantan pembantu rumah tangga keluarga besar itu datang ke rumah kami dan menceritakan perlakuan keluarga ipar kepada Kak Reva. Segalanya termasuk adegan perdukunan yang mereka rencanakan.

Aku geram dan kecewa. Ingin melaporkan kasus ini kepada polisi pun percuma, backing mereka kuat.

Sekadar mengambil hak milik orang tanpa pemberitahuan sudah sering terjadi, apalagi hanya menjatuhkan keluarga kecil kami. Dengan satu jentikan jari, semua terjatuh ke lembah keterpurukan.

Ingin kuusahakan hak yang harusnya Kak Reva dapatkan. Namun urung kulakukan karena tahu semua akan mengubah nasib kami jadi buruk.

Ayah dan Ibu sudah tua. Biarlah ikhlas atas semuanya daripada membebani mereka di usia lanjut. Mungkin Kak Reva juga sepakat denganku karena dia tidak mau diajak ke pihak berwajib.

Demi siapa lagi kalau bukan orang tua saat dia mengancam akan bunuh diri kala Ayah dan Ibu berikrar akan memperjuangkan keadilan untuknya?

Aku tahu, Kak Reva hanya melindungi kami. Dia siap jadi perisai demi kami.

Aku meremas surat itu. Di amplop tertulis nama ipar yang kubenci. Setelah putusan persidangan kemarin, dia mengajakku bertemu di sebuah kafe dan secepatnya berlalu setelah menitipkan sepucuk surat untuk Kak Reva.

Aku ingin menyerahkannya, namun saat melihat binar keceriaan di wajah kakak tertuaku itu, urung kulakukan. Biarlah seberkas cahaya itu menjadi pemicu untuknya keluar dari masa kelam.

Aku tahu pasti bahwa dengan sampainya surat ini akan membuat Kak Reva kehilangan semangat untuk melangkah maju dan melupakan seluruh kepahitan.
Kubuka amplop dan membaca isinya.

Adek, sebelumnya Abang minta maaf. Abang tidak bisa menjenguk apalagi merawatmu, meskipun Abang ingin. Nenek telah mengancam akan menghancurkan keluarga kalian jika Abang berusaha kembali kepada Adek. Jiwa Abang memberontak. Abang tahu ancaman itu bukan gertakan biasa.

Abang telah lama hidup bersama mereka. Abang hanya ingin melindungi Adek dan keluarga. Terpaksa jalan perceraian Abang tempuh, lagi-lagi semua karena Nenek.

Abang mohon maaf sebesarnya kepada Adek.

Abang bukannya tidak mencintaimu. Percayalah, cinta itu tersambung dan mengikat kuat. Selama ini Abang telah mengabaikan Adek dan Abang yang salah untuk itu. Abang hanya ingin Adek mengerti, dalam kondisi apa pun dan bagaimanapun, Adek tetaplah kekasih Abang.

Kalau Adek juga mencintai Abang, maka tunggulah. Tunggu sampai Abang bisa mengendalikan semuanya. Setidaknya sampai hak waris pindah kepada Abang. Nenek belum mau memberikannya.

Kita memang berpisah, namun hati kita masih terpaut. Abang harap Adek juga begitu. Suatu saat nanti kita akan bersatu kembali. Maafkan Abang atas tetes demi tetes air mata Adek yang jatuh. Begitu banyak dosa Abang untuk semua itu. Namun Abang yakin cinta tidak akan salah dalam menempatkan dirinya. Selamat tinggal, Sayangku. Tunggu abangmu. Aku mencintaimu. Ridho Al-Bany.

Kuremas surat itu. Jelas isinya berbahaya bagi Kakak. Dia sudah memulai hari yang baru dengan jiwa terluka penuh darah dan mereka dengan senang hati mengembalikan Kakak ke rumahnya tanpa satu pun kata menyesal. Lihat surat ini!

Seenaknya dia minta Kakak menunggu dirinya lagi. Kakak berhak mendapatkan yang lebih baik daripada suguhan neraka oleh keluarga mereka.

Kubuang kertas itu ke tempat sampah.

Pergilah untuk selamanya, benalu!

Selesai

Pingin deh kulanjut kisah antara Reva, Ridho, dan Keanu sang CEO sebuah perusahaan besar. Hihihi. Vote untuk yess.

SANG MENANTU (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang