Bab 26 Istri Anda Histeris Di Dalam Rumah

413 18 0
                                    

Dinda memutar kunci rumahnya dengan tangan gemetar. Fikirannya di penuhi kemarahan dan kelukaan. Tega sekali Mereka memperlakukannya seperti ini, mempermalukannya di depan orang yang paling di hormati setelah ibunya, dihadapan orang yang di kaguminya setelah ibunya. Ummu Khulsum. Sekarang namanya sudah hancur di hadapan beliau, dan yang melakukan itu adalah orang orang yang selama ini dekat dengannya, kepercayaannya, orang yang di cintainya.

Jelas, beliau bisa tahu apa yang terjadi karena ulah Hendra atau Maya, kedua orang itu sama saja. Memang benar ummu mengtasnakan kebersamaan dalam majlis ta'lim, tapi apakah salah jika dia menerima limpahan rasa mengasihi dari seorang lelaki, mencintai seorang lelaki. Karena bukan dirinya yang memulai tapi lelaki itu yang memulai. Dan ketika Alloh mengijinkan rasa itu hadir dalam dirinya, mereka memintanya berhenti, bukan bukan memintanya, tapi menuruhnya berhenti. Dirinya ini adalah korban, korban harapan palsu seorang laki laki.

Di buka kran shower di kamar mandi dalam, Airnya memancar dari atas kepalanya yang tertutup kerudung, masih berpakaian lengkap, Dinda berdiri di bawah shower, dirinya merasa kotor, hina dan naïf. Air terus mengalir hingga tubuhnya basah kuyup, namun perasaan hina nya tak kunjung hilang, hampir satu jam Dinda hanya berdiri di bawah shower yang memancarkan air. Dan di menit berikutnya Dinda bersimpuh memeluk lututnya dan menangis tersedu sedu merasai hatinya yang terluka.

***

Dinda mengenakan mukenanya dan bersimpuh di hadapan Alloh, cara ini yang paling baik ketika sedang merasakan amarah , benci dan dendam. Di buka kembali ayat suci al Qur'an yang lama tidak di buka, di baca ayat demi ayat nya untuk menenangkan diri, memasrahkan semua kepedihan itu pada pemilik hati manusia Alloh SWT.

Selesai membaca AL Qur'an di panjatkan serangkai do'a memohonkan keadilan bagi dirinya nama baiknya, diserahkan semua kepada Sang Kholik, apapun yang terjadi nantinya Dinda harus siap menghadapi dan kuat menjalani.

***

"Aku semalam ditanyai Bu Nyai Ummu Khulsum macam macam." Maya mengoleskan selai strawberi di atas roti tawar. Hendra yang sibuk mengamati tab menghentikan kegiatannya, memandangi Maya istrinya.

"Tanya apa saja."

"Tentang mbak Dinda." Ahhh.. Hendra duduk bersandar di kursi makan. Tulang punggungnya melemah, butuh sandaran.

"Bagaimana Istri Kyai Zakki tahu tentang Dinda?"

"aku yang memberitahu." Hendra memejamkan mata resah.

"Ayah... apa aku salah?"

"Seharusnya tidak perlu. Cukup aku dan kamu yang tahu"

"Aku tidak enak, Bu Nyai nanyanya maksa."

Hhh.... Lagi lagi Hendra mendesah berat, salah dia kemarin menanyakan semua masalahnya pada Kyai Zakki, tapi... Tapi ya bagaimana lagi, sudah terlanjur.

"Bu Nyai pasti langsung memanggil Dinda."

"Begitukah?"

"Itu pasti, bagaimana kerasnya Bu Nyai Ummu Khulsum."

"Aku jadi takut." Maya menggigit bibirnya resah.

"Apakah aku harus menghubungi bu Nyai dan mengatakan untuk tidak memanggil mbak Dinda?"

"Tidak bisa, sudah tentu semalam bu Nyai langsung mengirimkan undangan."

"Ayah begitu hafalnya dengan karakter Bu Nyai, apakah pernah terjadi kejadian seperti kita?"

"Iya, kasus santrinya sendiri, aku sendiri hampir melupakannya. Benar benar bodoh."

"Iya, aku memang bodoh." Maya menelungkupkan kepalanya di atas meja makan.

DIANTARA KITA [END]Where stories live. Discover now