Bab 14 Sampai Kapan Aku Harus Menunggu

192 18 0
                                    

Maya kembali mencari smartphone milik Hendra di dalam tasnya. Masih dengan jantung yang berdegup kencang, mumpung Hendra masih di Masjid sholat maghrib. Usahanya menahan diri sudah berakhir, tak tahan rasanya selalu berpura pura tak terjadi apa apa antara dirinya, Hendra dan Dinda. Semua perlu kejelasan, keterbukaan, dan yang pasti kepercayaan yang mulai lenyap akhir akhir ini seiring banyaknya kebohongan kebohongan yang di umbar Hendra di hadapannya. Dan semua kepercayaan yang sempat di berikan untuk Hendra ujung ujungnya berakhir dengan kata "Maaf". Atau bahkan berakhir dengan perdebatan panjang, dan sebuah tangisan pedih di pihak Maya. Semua itu terjadi berulang kali, lagi dan lagi. Digeser layar smartphone Hendra, Kening Maya berkerut, sudah di password. Semakin menambah keraguan pada Maya, bahwa diantara Hendra dan Dinda tidak lagi ada hubungan, seperti apa yang dijanjikan Hedra, akhir akhir ini. Maya mendengus kesal. Mondar mandir Maya di dalam kamar utama, berpikir keras, mencari cara agar bisa membuka smartphone suaminya.

Maya lagi lagi mencoba membuka kode password layar, dua kali gagal, satu kali lagi bisa ketahuan ada yang mencoba menyusup. Di letakkan smartphone di dalam tas punggung Hendra. Tangan Maya terhenti pada laptop Hendra, dengan cekatan Maya membuka aplikasi chat via web, Tersambung!!

Salah satu tangan Maya tergenggam menutup bibirnya yang bergetar, lagi lagi ada chat untuk Dinda! Digigit salah satu jarinya yang terdekat dengan bibirnya, Mata Maya memanas, pandangannya mengabur, di acak rambutnya terlihat makin frustasi. Bahkan disana ditemukan percakapan Hendra memesankan makanan untuk Dinda, itu hari yang sama Hendra memesankan makanan untuknya. Benarkan, apa yang ditakutkan Maya.

Dinda   :Udah makan siyang?

Diamati tanggal percakapan, kemaren, sewaktu pulang tergopoh gopoh ....

Mas...

Lagi sibuk ya?

Mata Maya membulat, ditarik rambutnya yang tergerai hitam tanda frustasi. MAS?? Bukankah Usia mbak Dinda terpaut jauh diatas Hendra? Apa maksudnya menggunakan panggilan MAS?

Hendra  :Ini mau ke kantin,

Kamu sudah makan?

Lagi lagi Maya menatap nanar layar laptop di hadapannya.

Dinda :Belum ini, masih bingung masak apa, habisnya lagi sibuk lomba Agustusan.

Hendra :Aku pesankan mau?

Dinda :Waou, mau banget, pesenin apa?

Hendra :Terserah, kamu pengen apa?

Dinda :Nasi Sambel krecek Kang Godril kayaknya enak,

Pengen yang pedes pedes ini

Hendra :Mi setan atau mi judes juga pedes.

Ini kan makanan kesukaannya, kenapa ditawarkan untuk Dinda? Rahang Maya menguat, gemelutuk giginya terdengar menahan geram.

Dinda :Lagi pengen makan nasi.

Hendra :Ok, aku pesenin ya

Dinda :Eh, beneran dipesenin?

Hendra :Y

Dinda :Makasih. :x

Dengan tangan gemetar dan dada yang serasa nyeri, di foto percakapan itu dengan smartphone miliknya. Sebagai tanda bukti. Entahlah tanda bukti untuk apa Maya belum terpikirkan, yang jelas Maya akan menyimpan semua bukti bukti ini siapa tahu akan bermanfaat disuatu hari nanti.

"Mamaa, Nayya lapaarr." Suara teriakan Nayya yang baru pulang dari masjid menyentakkan adrenalinnya. Buru buru Maya mematikan laptop di depannya ini. Dan mengembalikan ke dalam tas Hendra.

DIANTARA KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang