Bab 28 Pada akhirnya Diantara Kita... ADA KAMU

917 30 4
                                    

Maya membuka matanya, yang dilihat pertama kali adalah wajah Emi, Ibunya tersenyum lembut. Maya sampai ikut tersenyum juga. Ada yang lain di wajah ibunya, sesuatu yang membuat wajah itu terlihat lelah. "Buk, sejak kapan berada di sini?"

"Sejak kemarin."

"Dan tidak tidur?"

"Lebih tepatnya kurang tidur. Tapi ibuk biasa mengurangi jam tidur kan?"

"Iya. Izza mana Ma?"

"Izza sedang bermain sama Ayahnya."

"Mas Hendra juga di sini?"

"Iya."

"Apa tidak ke Kantor?"

"Hendra bilang sedang cuti."

"Anak anak? Nayya, Nabila." Belum selesai bicara, Pintu kamar rawat inap terbuka, dua gadis kecilnya melongokkan kepala mereka.

"Kami berangkat dulu... Ahh.. Mama bangun ya, Ma, Eyang Nayya mau berangkat." Bergegas keduanya mendekat.

"Nabila juga berangkat."

"dianter siapa ke sekolah?"

"Sama Ayah, bareng ke kantor,"

"Trus Izza nya?"

"Izza main sama eyang kakung."

"Baiklah, belajar yang rajin ya?"

"Siap Ma, Eyang." Bergantian mereka mengecup punggung tangan mama dan eyangnya.

Tak lama Hendra masuk ke dalam kamar rawat inap juga. "Mama sudah bangun?" Lelaki itu mendekati Maya dan mertuanya. Maya mengangguk sambil tersenyum.

"Berangkat sekarang Ayah?"

"Ok, kami berangkat dulu, Buk, Mah." Di kecup dahi Maya lembut, Maya memejamkan mata menikmati kelembutan Hendra pagi ini.

"Hati hati di jalan ya sayang." Ketiga orang yang disayanginya itu menghilang di balik pintu.

"Bagaimana keadaan hatimu hari ini May?" Tanya Emi memastikan keadaan anaknya.

"Alhamdulillah baik Buk."

"Syukurlah kalau begitu."

Pintu kamar kembali terbuka, Eyang kakung masuk sambil menggendong Izza. Melihat ibunya sudah bangun, tiba tiba bocah itu menangis menjerit jerit, tangannya mengangkat kearah pintu keluar.

"Izza, kamu nggak kangen Mama Nak?"

Eyang Kakung mendekat dengan Izza masih digendongan. Lagi lagi anak itu menangis lebih kemcang dari tangisan awal. Air mata Maya menetes sedih. "Ajak di luar saja Pak. Dia takut melihat Mamanya." Kata kata Maya terdengar sangat menyedihkan.

"Mungkin karena wajahmu terlihat begitu pucat dan tirus." Hibur Emi dengan hati pedih. Ibu mana yang hatinya tak sedih ditolak anak sendiri.

"Iya, Buk, mungkin Izza takut melihat wajah Mamanya seperti ini."

"Bagaimana kalau hari ini kamu membersihkan diri dan berdandan cantik?"

Maya mengangguk semangat mendengar ide bagus yang dilontarkan Ibunya.

"Boleh, Ibuk bawa make up?"

"Punya Ibuk Cuma bedak dan gincu." Emi menuangkan dompet peralatannya ke atas kasur.

"Ibuk bisa bantu Maya membersihkan diri?"

"Tentu, tentu saja bisa Nak."

Tertatih Maya mencoba turun dari tempat tidurnya, tidur terus menerus selama tiga hari tiga malam membuatnya sedikit berkunang kunang. Dengan susah payah mereka berhasil masuk ke kamar mandi. Seperti masa kecilnya terulang lagi, dimandiin Ibu.

DIANTARA KITA [END]Where stories live. Discover now