Chapter 1 - Ratchet

1.4K 88 11
                                    

Tak mudah untuk hidup pasca perang, terlebih kini aku juga menjadi buronan pemerintah--Cemetery Wind. Bersama Drift, kami menjadi penyintas dari kota ke kota, bersembunyi di bangunan-bangunan kosong. Tak mudah jika aku harus berkata jujur, namun aku tak punya pilihan.

Aku hanya duduk, memandang langit. Pikiranku mengembara di antara bintang-bintang. Hidupku tak lagi sama sejak aku memutuskan untuk memilih bertarung bersama seorang Autobot. Ada waktu ketika aku takut, tentu saja.

Aku mengemis harapan pada hari esok jika rasa takut itu hanya rasa paranoid ku belaka.

Satu-satunya hal tentang masa lalu yang ku miliki adalah sebuah kalung logam hitam dengan corak Wolfsangel pemberian ibu ku. Kalung itu adalah pengingat jika aku pernah memiliki keluarga yang menyayangiku. Gara-gara Cemetery Wind sialan itu, aku kini menjadi sendirian.

Misil Transformers menghancurkan rumahku. Aku ingat benar, manusia dengan mata biru dengan banyak goresan di wajahnya. Ia membuat keluargaku tewas dan membuatku kehilangan semua yang ku miliki di usiaku 14 tahun. Dan kini empat tahun kemudian, aku masih merasakan kemarahan yang sama. Siapapun pria itu, aku bersumpah untuk membunuhnya.

Pria itu bernama James Savoyt. Aku ingat ia melihatku ketakutan saat mendapati rumahku hancur bersama. Dan ia berlalu begitu saja tanpa merasakan penyesalan. Ia telah menghabisi keluargaku, dan aku akan membuat si Savoy sialan beserta Cemetery Wind bangsat itu membayar. Apapun caranya.

Aku memejamkan mataku, mengenggam erat kalung ku itu. Sebuah harapan yang membuatku yakin jika aku masih perang ini akan berakhir. Autobot adalah harapan yang ku miliki untuk menyelesaikan perang ini.

"Alissa." Aku mendengar suara laki-laki memanggil.

Aku melepaskan genggaman ku dari kalung. Aku bangkit dari duduk, lalu melihat siapa yang datang. Ku lihat sosok robot besar berwarna biru-hitam dengan bentuk seperti samurai. Dua katana berada di punggungnya. Optik biru itu memandangku sesaat.

"Drift." Aku memanggil designation nya.

Aku menemukan Drift hampir hancur di gudang penyimpanan jerami dua tahun lalu. Mengetahui dia seorang Autobots, aku langsung memperbaikinya tanpa pikir panjang—meski tak semudah itu menjalin suatu koalisi dengan dia. Kami memiliki dendam yang sama, terhadap Cemetery Wind. Butuh waktu lama untuk bisa saling percaya. Tapi akhirnya, aku dan Drift menjadi sebuah tim dengan satu tujuan; tetap hidup. Seperti yang ku katakan, Autobot adalah harapanku.

Sebelum perang, ayahku adalah seorang mekanik di N.E.S.T. Aku ingat benar jika pada masa itu, ayahku bercerita ia bertugas menjadi ilmuwan yang bekerja dengan para Autobot. Pekerjaannya sehari-hari adalah memperbaiki kerusakan pada Autobot, terutama bagian-bagian yang sulit disentuh dengan dengan perlatan besar.

Ku pikir setelah pertempuran sialan itu, semua akan menjadi lebih baik. Tapi tidak. Semua menjadi lebih parah. Manusia bersatu untuk membasmi semua Transformers yang tersisa di Bumi. Tak peduli itu Autobot ataupun Decepticon, segala sesuatu yang bukan dari Bumi akan menjadi buronan.

Sementara itu, ia berlutut didepanku untuk mendapatkan penglihatan lebih baik. Mataku menyorot padanya. Ia menyadari sikap aneh ku akhir-akhir ini. Aku menjadi lebih diam, dan aku hampir tak makan apapun. Ia adalah mech yang bijak, dengan intuisi tajam dan petarung handal. Ia sosok yang sopan dan pengertian, meski masa lalu-nya tak bisa dikatakan baik.

"Kau menjadi lebih pendiam beberapa hari ini," ujarnya.

Aku hanya tersenyum tipis. "Aku memikirkan keluargaku sepanjang waktu," jawabku.

Hanya Tuhan yang tahu betapa aku merindukan keluargaku. Kebahagiaan dan kehangatan yang ku miliki dulu, membuatku tak mampu melupakan itu barang satu hari pun. Semua ingatan-ingatan segar selalu mengalir. Bayangan-bayangan tentang pandangan mata ayahku sebelum ia pergi membuatku terbayang-bayang.

Transformers : Tears of the DragonWhere stories live. Discover now