24. Tamu tak diundang

4.2K 255 47
                                    

Jika saja Rara bukan sahabatnya, sudah Nadia pastikan ia akan menendang dia sampai ke kutub Utara. Bahkan sampai ke Segitiga Bermuda pun akan ia lakukan.

Lihat saja tingkahnya, bertamu di rumah Nadia dengan beralasan 'ingin menghiburnya'. Namun, kenyataan yang tak sebanding saat Nadia melihat Rara justru lebih asik dengan Fero, sang kekasih yang sekarang ada di sampingnya.

Lalu, apa gunanya dia disini?

Tidak ada!

Yang ada justru ia membuat stok makanan di rumah Nadia menjadi berkurang. Sungguh terlalu.

"Mending lo berdua pulang deh, bete gue!" ketus Nadia.

Belum ada yang bersuara lagi. Dua makhluk ajaib lain baru saja tiba di ambang pintu. Menampilkan cengiran khas watados mereka, alias wajah tanpa dosa. Yang satu memakai Hoodie bertuliskan Stussy. Alfa tampak terlihat tampan seperti biasanya. Yang aneh adalah… laki-laki yang ia bawa bersamanya. Bara.

Entah setan apa yang merasuki tubuhnya. Ia datang di siang bolong dengan matahari yang sedang terik-teriknya menggunakan… jas hujan. Pemandangan itu tak luput dari mereka yang sudah menatapnya dengan rahang yang terbuka kebawah.

"Sebenarnya, gue males peduli. Tapi gue penasaran. Ngapain lo panas-panas gini pake jas hujan, Bambang?" Fero mulai membuka suara. Matanya mengerjap berkali-kali seolah masih mencerna situasi di depannya.

Bara tersenyum manis. "Baiklah. Bara sang pemilik senyum manis semanis jengkol ini akan menjawab pertanyaan anda," ucapnya.

"Gue sekarang jadi pawang hujan," lanjutnya. Demi misteri Tuan Crab, sang kepiting tapi punya anak paus. Perkataan Bara benar-benar tidak bisa dicerna oleh otak.

Alfa menutup mulutnya menahan tawa. Pawang? Hujan?

"Mbah, hujannya dipending ya, Mbah." Alfa menyenggol lengan Bara.

Dengan suara yang diserak-serakan, ia berkata, "Tenang. Kan sudah pake Elsketek."

Mereka meniru adegan dialog sebuah iklan cat tembok yang cukup sering diputar pada televisi rumahnya.

Tertawa kencang. Mereka bertingkah seakan pemilik rumah bukan layaknya seorang tamu.

Fero mengambil satu butir kacang di dalam toples, lalu melahapnya sebelum bertanya pada Nadia. "Valdo, udah nge-hubungin lo?"

Ini yang menjadi permasalahan Nadia. Semenjak Valdo pergi, dia sama sekali belum menghubunginya sampai sekarang. Padahal sudah terhitung dua Minggu lamanya.

Nadia menggeleng.

Bara bergerak dengan tempo cepat dan langsung mengambil posisi sofa di depan Nadia. "Serius lo, Nad?"

"Kita juga dari kemarin belum pernah dikasih kabar sama Valdo. Gue kira dia udah ngabarin lo, Nad." Alfa ambil suara.

"Pasti ada sesuatu," terka Rara.

Nadia menggeleng. "Atau mungkin, Valdo emang sudah ngelupain gue."

"Mana mungkin! Kita tau Valdo kayak gimana. Iya nggak? Bar, fa?" ujar Fero.

"Yoi, bangsul."

Nadia hanya diam. Ia justru beralih menatap Bara dan terkekeh geli.
"Bar, masih jomblo?"

"Yah, begitulah. Gue aja masih bingung, apa yang kurang dari gue. Sampai-sampai cowok tampan kayak gue di anggurin, nggak ada yang mau."

"Kurang doa kali, Bar."

"Nggak. Bukan itu.".

"Lah terus?"

"Terkadang cewek emang gitu. Terlalu sibuk mikirin skincare sampai dia lupa kalo ada someone yang care."

Cold Prince✔️Where stories live. Discover now