2. Rencana licik

12.9K 765 183
                                    

Nadia menggulingkan badannya ke kiri, kemudian ke kanan. Menelungkup kan badannya sampai beralih dengan posisi telentang.

Tetap saja, ia tidak bisa tertidur.

Ia menarik selimut sampai menenggelamkan badannya. Namun, otak nya dengan kurang ajar membawa wajah Valdo melintas.

Sial! Kenapa ia jadi memikirkannya?

Dan dia lah penyebab dirinya sampai sekarang tidak bisa terlelap. Ia melirik jam yang melekat di dinding kamarnya. Jarum pendek yang menunjuk di angka satu, menandakan hari yang sudah larut malam.

Insomnia, gara-gara jatuh cinta? Hah, yang benar saja!

"Masa gue harus gini sampe pagi?" Gumamnya.

Dan pada akhirnya, ia memutuskan untuk terjaga sampai fajar menjemput.

💦

Nadia berjalan menyusuri koridor seraya menatap barisan kelas yang berjejer rapi. Ia mengeratkan genggaman tangan pada tali ranselnya, kala ia melihat Valdo berjalan ke arahnya. Tangannya beralih mencengkram rok sekolahnya, mereka berhadapan. Namun, dengan jarak yang cukup jauh. Ia mematung, saat dirinya sudah begitu dekat dengan Valdo.

Plakk. Seolah udara sedang menamparnya, ia diacuhkan. Valdo hanya melewatinya.

Nadia membalikan badannya, "Valdo" Panggil Nadia.

Menyebalkan. Dia hanya berhenti, sama sekali tidak mau berbalik menatap dirinya. Jadi, ia yang harus berjalan dan berhenti tepat di hadapan Valdo.

Merepotkan sekali!

Nadia menyampirkan ranselnya ke depan dadanya. Mengambil benda yang kemarin dengan lancang ia buka isinya.

"Ini dompet lo" ia menyodorkan dompetnya dan langsung Valdo terima tanpa sepatah katapun, catat! Sepatah katapun.

Ia justru dengan tidak pedulinya meninggalkan Nadia yang belum beralih dari tempatnya.
"Gitu doang?" Gumam Nadia.

Melihat Valdo yang melenggang, Nadia bertindak. "Tunggu!"

Lagi-lagi langkah Valdo terhenti.

Dan Nadia lagi yang sekarang ini sedang berdiri didepannya.
"Lo ngga inget gue?" Tanyanya.

"Nggak!"

Belum ada 24 jam, dan dia sudah melupakan wajah cantik dirinya yang mirip dengan Emma Watson. Sungguh, Nadia tidak mempercayainya.

Mata Nadia menyipit, memandang Valdo dengan penuh selidik. Yang ditatap justru hanya mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya 'apa?'.

Nadia mengedikkan bahunya, tangannya bergerak menelusup ke dalam ranselnya, mengambil sebuah buku dan bolpoin dari sana.

Ia menyodorkannya tepat didepan Valdo. "Minta tanda tangan dong"

"Buat?"

Nadia tampak berpikir, "Ya minta aja"

"Nggak!"

Ia mencebikan bibirnya, "Pelit banget"

Cold Prince✔️Where stories live. Discover now