Nadia menganggukkan kepalanya, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Nadia mengeratkan genggamannya, semakin jauh melangkah, kegelapan yang semakin mendekat.

Langkah Valdo terhenti. "Kamu tunggu disini dulu ya, aku harus ngelakuin sesuatu."

"Tapi … Aku takut." Lirihnya.

Walau gelap, Nadia tau pasti kalau Valdo sekarang sedang menertawainya. "Yaudah kamu ikut."

Valdo membuka paper bag yang tadi ia bawa. Mengeluarkan satu demi satu isinya. Menyusunnya menjadi lingkaran besar, dan menyalakan lilin-lilin tersebut. Cahaya yang temaram sedikit mulai terlihat, barulah Nadia menyadari kalau Valdo membawanya ke sebuah pantai.

Nadia mengatupkan bibirnya, tak mampu berkata. "I … ini."

"Pantai." Jawab Valdo santai.

"Ish. Aku tau, tadi aku mau ngomong itu."

Valdo meraih lengan Nadia, menginstruksikan agar masuk ke dalam lingkaran bersamanya.
"Mau dansa sama aku?" Tawar Valdo.

Nadia menggeleng cepat. "Ngga mau."

Berdansa berdua? Ditempat seperti ini? Tidak. Nadia tidak mau mengambil resiko kalau nanti wajahnya merona.

Valdo terkekeh. "Aku tau, kamu pasti takut pipi kamu nanti jadi merah. Iyakan?"

Sial! Tebakan Valdo benar.

Valdo mengambil langkah maju. "Justru, itu yang aku suka. Aku suka saat wajah kamu memerah, kamu kelihatan lebih menggemaskan." Katanya, tangannya sudah bergerak memainkan pipi chubby Nadia.

Nadia menggigit bibirnya, menahan senyumnya yang sebentar lagi akan meledak. Nadia membalikan badannya, ia tidak mau Valdo melihat wajahnya yang sekarang sudah seperti kepiting rebus.

"Tuh kan! Sukanya gitu," Valdo memegang bahunya dan mencoba memutarnya, namun pertahanan Nadia kokoh, ia tidak mau berbalik.

Valdo tertawa, kala Nadia benar-benar tidak mau berbalik menatapnya. Ia melangkah maju dan langsung melingkarkan kedua tangannya di pinggang Nadia. Memeluknya dari belakang. Ditaruhnya sang dagu di bahu Nadia. Wajah mereka bersisian tanpa jarak, sampai pipi dari keduanya menempel sempurna. Nadia mampu mendengar deru nafas dari Valdo, begitupun Valdo sebaliknya.

"Sayang kamu tau ngga? Alasan kenapa banyak orang yang gagal dalam menjalani sebuah hubungan." Tanya Valdo.

"Kenapa?"

"Karena mereka tidak sejalan." Nadia mengangguk, dia setuju dengan ucapan Valdo.

"Sekarang, aku mau ngajakin kamu mengantisipasi supaya hal itu tidak terjadi." Valdo bersuara kembali.

"Caranya?"

Valdo mengeratkan pelukannya, bedanya sekarang dia memeluknya hanya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Nadia.
"Sekarang kaki kanan kamu injek kaki aku sebelah kanan, kaki kiri juga, injek sebelah kiri." Instruksi Valdo.

Sekarang kedua kaki Nadia berada di atas masing-masing kaki Valdo. Dengan posisi mereka yang masih seperti tadi, Nadia mengahadap ke depan, sedangkan Valdo mengahadap punggung Nadia. Tubuh mereka menempel tanpa celah.

Cold Prince✔️Where stories live. Discover now