14. Mine

1.1K 76 11
                                    

Semua yang dipaksakan tidak akan bertahan lama. Aku harap, kamu tidak terpaksa untuk mencintaiku.

_________

Setelah kejadian kemarin kini suasana hati Fakih sangat kacau, teman-temannya pun mengerti, mereka memberi waktu untuk Fakih.

"Aku kangen kamu Za," lirih Fakih yang kini sedang terduduk di bangku taman.

Di ujung koridor, ada gadis yang sedari tadi memperhatikannya. Ia bimbang ingin menghampiri Fakih namun ia takut dianggap sok dekat.

"Aku rindu main sama kamu Za, aku rindu semuanya," gumam Fakih

Qilla menepuk pundak Fakih membuat sang empu melirik siapa orang itu. Fakih memperhatikan wajah Qilla dengan seksama, jika berdekatan dengan Qilla pasti ingatan tentang Neza teman masa kecilnya terukir begitu jelas dalam benaknya.

"Lo Neza?" tanya Fakih

"Siapa Neza?" Fakih menggelengkan kepalanya dan sibuk menatap kedepan dengan pikiran kosong.

"Kamu ada masalah?" Qilla mencoba membuka topik pembicaraan

Alih-alih menjawab pertanyaan Qilla, Fakih malah balik bertanya bahkan pertanyaan nya membuat si Narasumber kebingungan.

"Lo lahir dimana?" tanya Fakih

"Di bandung," jawab Qilla yang masih belum mengerti kemana alur pembicaraan mereka.

"Lo lahir tanggal berapa?" tanya nya lagi

"02 April," jawaban Qilla membuat harapan Fakih pupus.

Niatnya bertanya hanya untuk memastikan jika gadis di sampingnya ini adalah teman masa kecilnya, namun itu mustahil.

"Oke," ucap Fakih. "You are mine," ucap Fakih membuat Qilla membeku di tempatnya.

"Maksud kamu?" tanya Qilla

"Jaga baik-baik hati gue," setelah berucap seperti itu, Fakih beranjak untuk ke kelas.

Qilla di bangku taman tersenyum kemudian meraba pipinya, pasti terlihat merah. Ia pun berdiri dan meloncat-loncat sampai membuat orang yang melihatnya memandang prihatin.

Aqilla memasuki kelas dengan senyum yang terus tercetak di wajahnya, air mukanya berseri-seri, sampai yang melihatnya memandang aneh.

"Ngapain lo senyum-senyum?" tanya Riya

"Kepo," balas Qilla, Riya melotot mendengar jawaban gadis itu.

Saat melihat Sheva di depannya, ia berniat menanyakan warna sampul yang akan di pakai kelompoknya, berhubung ia pun sekelompok dengan pria itu.

"Sheva, covernya suka yang mana? biru atau hijau?" tanya Qilla

"Gue sukanya lo," jawab Sheva santay

Namun di sisi lain, Ajeng mengepalkan tangannya. Bahkan ia memandang Qilla dengan api cemburunya.

"Ih serius."

FAQILLA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang