7. Rezeki

1.7K 88 8
                                    

Semoga covid-19 cepat hilang ya

[Amiin bersama]

....

•[]•

Kesal dengan wanita di pinggirnya, mau tidak mau Sheva membuka helmnya membuat wanita itu melongo tak percaya

"Kalau lo mau telat, terserah," Sheva memakai kembali helmnya, kemudian menstater motornya. Tanpa aba-aba Qilla langsung memegang pundaknya, dan duduk di belakangnya.

"Ayo, aku mau ke sekolah," dengan mengesampingkan malunya Qilla langsung menepuk pundak Sheva

"Lo mau pamerkan paha lo?" tanya Sheva yang langsung membuka tasnya, dan mengeluarkan sweeter dalam tasnya.

"Tutupin," Qilla nurut dengan apa yang di perintahkan, setelah cukup mereka langsung pergi menyusuri kota Jakarta di pagi hari.

"Kak Radit kemana?" tanya Sheva

"Hah?"

"Kak Radit gak sekolah?"

"Hah?" kesal dengan jawaban itu Sheva langsung tancap gas membuat Qilla refleks memeluk pinggangnya.

"Aduh gimana ini? marah gak dia ya?" batin Qilla, ia langsung membenarkan posisinya

"Yang bener dong kalau bawa motor, kalau tahu bakal begini tadi aku aja yang nyetir," gerutu Qilla

"Emang lo bisa bawa motor?" tanya Sheva

"Jelaslah," balas Qilla meyakinkan. "Enggak," lanjutnya. Tanpa ia ketahui, seseorang di depannya tersenyum simpul dibalik helmnya.

Lima belas menit di perjalanan cukup membuat mereka terlihat akrab. Namun, saat turun keduanya merasa canggung kembali.

"Nih uangnya," Qilla mengasihkan uang berwarna hijau yang tadi bundanya berikan

"Lo pikir gue tukang ojek." Sheva tidak menerima uang itu

"Kata bunda suruh naik grab, kuotaku habis. Ada kamu, ya udah aku bayar kamu aja," Qilla menjelaskan. Tanpa peduli dengan ucapan gadis di depannya, Sheva langsung meninggalkan Qilla.

Walaupun mereka sekelas, tapi Qilla enggan berjalan beriringan dengan Sheva. Dia takut seperti kemarin saat dia berjalan dengan Radit. Saat menaiki anak tangga, kakinya kembali terasa nyeri. Namun tanpa ia sadari, Fakih sudah berjongkok di depannya.

Suara bel berbunyi, mau tidak mau Qilla harus melanjutkan jalannya. Tanpa mempedulikan manusia di depannya, ia dengan menahan sakit terus menaiki anak tangga. Fakih yang tidak tega melihat itu langsung menggendong Qilla ala brydal style.

Hal tersebut membuat jantung Qilla berdetak lebih cepat, bahkan saat di koridor banyak yang menatapnya sinis.

"Gilaaaaa kemarin Radit, sekarang Fakih,"

"Eh tadi juga gue lihat dia berangkat bareng Sheva loh,"

"Sheva mana?"

"Sheva Rifalldi lah, siapa lagi."

"Kegatelan emang."

"Posisi Amel sepertinya akan tergeser."

Qilla hanya menutup matanya rapat-rapat, saat gendongannya terhenti dia langsung membuka mata. Kini kelasnya sangat hening, bahkan tatapan mereka terlihat kaget.

"Mimpi apa kelas gue di datangi cogan."

"Makasih," Fakih mengangguk kemudian meninggalkan kelas 11-Ipa 1 itu.

FAQILLA [TERBIT]Where stories live. Discover now