Bulir 24 : Behind The Light

88 17 5
                                    

"Kalian semua akan mati!"

Angin topan itu bertiup ke arah tepi danau. Berhembus begitu kuat, merusak pepohonan, menerbangkan seluruh tiang untuk membuat penghalang. Bahkan para Stealth yang mencoba merusak penghalang ikut terhempas dan hancur berubah menjadi debu hitam yang berhamburan ke udara. Terbang menuju ke tengah danau, melingkupi tubuh Sia seperti sebuah perisai.

Para penyerang menggunakan seluruh kekuatan mereka untuk melindungi orang-orang. Sementara itu Marsala berdiri tegak di tepi danau dengan penghalangnya sendiri.

Holkay juga membuat penghalang melindungi Guran dengan murid-muridnya. Pedang keramat yang dipegangnya seolah memberinya kekuatan disaat kekuatan spiritualnya terkuras karena pengendalian dari Marsala.

"Kalian semua cepat tinggalkan area danau. Akan lebih baik lagi kalau kalian segera kembali ke perkampungan," ujar Holkay.

"Kami akan pergi. Sebelum itu bawalah ini." Guran menyerahkan kantong kain kecil pada Holkay. "Di dalamnya ada obat," lanjutnya.

"Terima kasih." Holkay menerimanya.

"Guru ayo kita cepat pergi! Gadis itu sungguh menakutkan," rengek salah seorang gadis.

"Lalu tadi yang akan dibunuh siapa?" ujar salah seorang gadis lain sembari menatap ngeri ke arah gadis yang berdiri di tengah danau bersama seorang Stealth raksasa.

Guran meremas tangannya sendiri. Dia bisa menebak apa yang terjadi. Gadis yang menjalani ritual tadi sudah jelas bukan Sia. Dia tidak ingin memikirkannya, tapi hatinya menebak itu adalah salah satu muridnya.

"Aku sudah menyuruh Candles membawa Armenia pergi. Kalian semua cepatlah kembali ke perkampungan."

"Armenia ..." para gadis mulai bergumam.

"Dia dimanipulasi oleh kegelapan," ujar Guran terdengar geram.

Holkay memasukkan kantong berisi pil obat itu ke dalam sakunya. Dia membalikkan badan menatap ke tengah danau. Lalu berkata, "Armenia tidak terpengaruh apapun. Dia hanya melakukan apa yang hatinya inginkan. Tidak ada yang salah ketika menyelamatkan keluargamu. Bukan begitu?" Holkay melirik ke arah Guran yang tersentak kaget. "Tidak ada para Stealth lagi, mereka semua berkumpul di danau. Kalian harus pergi sekarang sebelum terlambat!" tegas Holkay.

"Ba-baik."

"Ayo, Guru. Kita harus pergi cepat!"

Guran ditarik oleh murid-muridnya untuk segera meninggalkan area danau. Holkay melihat kepergian mereka sejenak, lalu berlari ke arah para penyerang yang melindungi para pria tua pendukung Marsala.

"Kalian cepat bawa mereka semua pergi dari sini," ujar Holkay pada penyerang lain.

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Apa kau ingin menghadapinya sendirian?"

"Tetua ada di sana juga."

Holkay memandang wajah-wajah tua yang terkadang menjengkelkan itu. Mereka dan juga Marsala membuatnya muak. Karena mereka-mereka ini, Holkay menjadi seperti sekarang. Dan meskipun begitu dia merasa lebih baik karena dapat menyadarkan dirinya sendiri.

"Ini adalah tugasku. Bukan begitu?" Holkay tersenyum sinis.

Para orang tua itu berdehem merasa tersindir. Mereka yang tidak memiliki kekuatan spiritual besar, lemah tidak bisa melakukan apapun. Karena itu kelahiran Holkay yang dipenuhi kekuatan spiritual besar adalah sebuah anugerah. Sayangnya mereka tidak melakukannya dengan benar.

"Bagaimanapun kalian semua adalah orang-orang Heilige yang berharga. Aku harap kalian tidak mengikuti sesuatu yang salah lagi," ujar Holkay lalu meninggalkan para orang tua itu bersama para penyerang lain.

DARKNESSWhere stories live. Discover now