Bulir 10 : Feeling

144 25 1
                                    


Komentar pertama yang terujar dalam hati Sia ketika menyaksikan latihan pemuda-pemuda suku Heilige yang disebut penyerang adalah mengerikan. Dengan mata kepalanya sendiri Sia menyaksikan bagaimana pemuda yang tengah berlatih itu menyerang habis-habisan Stealth berwujud setengah wanita itu yang terlihat kesakitan.

"Apa itu membuatmu ngeri?" Candles tiba-tiba sudah duduk di kursi sebelah Sia.

Sia menoleh, sedikit terkejut karena tadi dia terlalu fokus ke arena latihan. "Stealth itu bagaimana bisa kalian-"

"Anting ini." Candles menunjukkan telinganya yang memakai anting yang sama dengan para pemuda lain. "Bisa untuk menyegel Stealth," lanjutnya.

"Menyegel?"

"Iya. Kami bisa menangkap Stealth ke dalam anting yang sudah dipenuhi dengan energi dari kekuatan spiritual kami. Saat Stealth itu sudah masuk ke dalam anting ini, makhluk itu akan tunduk pada kami. Seperti semacam hipnotis."

"Kalian bisa melakukan hal seperti itu?" Sia memandang tidak percaya pada Candles.

"Kau sudah melihatnya dan masih tidak percaya?" Candles menghela napas.

"Ya, itu ... aku benar-benar merasa aneh sendiri di sini. Kau tahu banyak hal-hal tidak mungkin yang terjadi di sini. Sedangkan aku sendiri ... yah kau tahu bagaimana ..." Sia menoleh ke arah arena latihan. " ... terlihat menakjubkan sekaligus menakutkan," lanjutnya.

"Kenapa menakutkan?" tanya Candles.

"Entah kenapa aku merasa kasihan pada Stealth itu," jawab Sia lirih. Hatinya terasa aneh ketika melihat Stealth itu diserang habis-habisan sampai tidak bisa bergerak.

"Ya ampun, Nona. Kau tidak perlu kasian pada mereka. Untuk apa kau melakukan itu, mereka adalah makhluk kegelapan dan apa kau sudah lupa salah satu diantara mereka sudah melukai orang tuamu?"

Holkay yang mendengar semua itu tidak bisa menahan diri untuk tidak bicara. Pria itu berdiri. Dengan kasar dia mengcengkeram bahu Sia dengan mata memandang tajam.

"A-ada apa?" Sia terkejut.

"Ada sebutan yang pantas untukmu," ujar Holkay terlihat rahangnya mengeras menahan amarah. "Kau itu manusia tidak tahu diri. Mengasihani makhluk semacam itu sungguh membuatku muak. Kau memang pantas-" Holkay menghentikan ucapannya karena Candels memegang lengannya. Holkay menoleh pada Candles hendak protes namun dibatalkannya. Disentaknya bahu Sia hingga punggung gadis itu bertabrakan dengan punggung kursi batu itu. Setelah itu dia menarik lengannya yang dipegang Candles dengan kasar. Tanpa berkata-kata lagi dia melangkahkan kakinya pergi dari arena latihan itu.

Sia melihat kepergian Holkay dengan raut kebingungan. Dia memegang bahunya yang dicengkeram Holkay. Terasa sedikit sakit.

"Maafkan bos, Nona." Candles menghela napas.

"Sejak awal dia tidak menyukaiku," ujar Sia.

"Dia tidak menyukai banyak orang. Jangan berkecil hati."

"Kenapa dia seperti itu?"

"Ibunya meninggal karena serangan Stealth di perkampungan kami waktu bos masih kecil," ujar Candles sembari menatap langit.

"Oh?!" Sontak Sia merasa tidak enak hati. Menyadari jika ucapannya tadi pasti melukai Holkay.

"Sejak itu bos selalu nampak dingin dan terlihat tidak bersahabat. Dia menjalani pelatihan spiritual dengan ketat, tidak menjalani masa kecilnya dengan benar. Dia memang pemilik kekuatan spiritual tertinggi di sini, tapi dia tidak memiliki kebahagian yang cukup untuknya," terang Candles.

DARKNESSWhere stories live. Discover now