Bulir 12 : The Symptoms

127 24 1
                                    

Yuhuuu Darkness balik lagi .. semalat membaca ya. Dan selamat malam Jumat hihihi ヾ(*´∀ ˋ*)ノ

Sia membuka matanya perlahan. Rasa sesak dan dingin masih dapat dirasakannya. Dia menarik napas lalu membuangnya pelan. Begitu matanya terbuka sepenuhnya, birunya langit menjadi tangkapan pertamanya. Perlahan ingatannya akan dirinya yang tenggelam di sungai menyeruak. Sia bangun dengan panik. Rasa dingin yang terasa di bawah tubuhnya membuat Sia terperanjat. Dia tengah terduduk di atas permukaan air. Tubuhnya basah tapi tubuhnya mengambang seakan dia tengah duduk di tanah. Sia meraba-raba air di bawahnya yang aneh ini. Sama seperti air biasa, bahkan Sia dapat mencelupkan tangannya ke dalam air dan juga basah. Tapi, dia tetap mengambang di atas air.

Dilanda kebingungan, Sia mencoba berdiri. Kaki telanjangnya memijak permukaan air. Sia memandang takjub pada kakinya yang terapung. Merasa tidak percaya dengan apa yang dilakukannya, dia mencoba berjalan. Kakinya basah tapi tetap saja dia merasa seperti berjalan di atas tanah.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" gumamnya sembari mengedarkan pandang. "Apa aku sedang bermimpi lagi? Tidak-tidak. Bukankah aku terseret arus sungai dan mulai tenggelam tadi? Lalu di mana aku?" Sia terperanjat kaget karena kakinya besentuhan dengan sesuatu. Sia mengangkat sebelah kakinya dan melihat bunga Carnation mengapung di bawahnya. Bukan hanya satu, tapi banyak sekali bunga Carnation yang tiba-tiba bertebaran di permukaan air.

Sia menutup mulutnya dengan wajah pucat pasi. "Jangan-jangan aku sudah mati? Armenia tidak bisa menyelamatkanku. Aku mati? Benarkah?"

"Itu pemikiran yang sangat lucu, Forsythia." Terdengar suara lembut disusul dengan cekikikan renyah.

Sia membalikkan tubuhnya. Mulutnya terbuka. Terkejut dan takjub. Di depannya tengah berdiri seorang wanita cantik berpakaian layaknya seorang bidadari dengan tubuhnya yang memendarkan cahaya. Tapi, seperti ada yang mengganjal. Forsythia?

"Kau belum mati, Forsythia," ujar wanita itu lagi.

Nama itu lagi.

"A-aku bukan Forsythia. Aku Sia. Celosia Leene. Dan kalau aku belum mati, aku ada di mana?" Mendadak Sia merasa kesal. Dia tidak lupa jika nama Forsythia adalah nama orang lain, nama orang yang dikatakan berenkarnasi menjadi dirinya.

"Forsythia, Celosia. Itu hanyalah nama. Tetap saja kalian orang yang sama. Lihat!" Wanita itu menunjuk air di bawah Sia.

Sia reflek menunduk. Matanya membulat lebar melihat bayangan wajah seorang wanita yang jelas-jelas bukan dirinya. Wanita itu sangat cantik dengan senyuman lembutnya. Tidak ada kemiripan sama sekali dengan Sia.

"Benar, kan?" Wanita itu tersenyum lembut.

"Sebenarnya kau ini siapa?" Sia memandang berani pada wanita yang kini melangkah mendekat padanya. Sia hanya bisa takjub karena melihat di setiap langkah wanita itu meninggalkan bunga-bunga Carnation yang beragam warna.

"Aku?" Wanita itu malah tertawa kecil. "Menurutmu?"

"Jika aku tahu aku tidak akan bertanya," gumam Sia.

Wanita itu kini berdiri dihadapannya hanya berjarak setengah meter dari tempat Sia. Wanita itu mengumbar senyuman sementara Sia menatap kaku.

"Apa kau kesal padaku?"

Iya. Pakai tanya lagi.

"Ya ampun kau benar-benar kesal padaku," ujar wanita itu seolah dapat membaca pikiran Sia.

"Nona kau ini siapa? Penunggu sungai? Atau Stealth?"

Wanita itu menggelengkan kepalanya. Sia menggigit bibir dengan tangan terkepal. Merasa dipermainkan oleh wanita cantik bak bidadari ini.

DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang