Bulir 20 : Primosa Forsythia

84 15 2
                                    


"Aku sudah tahu semuanya. Lalu kenapa? Kenapa Sia harus mati? Bukankah dia reinkarasi dari Primosa Forsythia? Penyelamat kegelapan yang menyegel raja para Stealth dengan kekuatan spiritualnya yang luar biasa? Lalu kenapa Sia harus mati?" tukas Armenia di hadapan Candles.

"Armenia, yang sesungguhnya terjadi di masa lalu tidak seperti itu," ujar Candles.

"Apa maksudnya? Cerita tentang Forsythia hanya bohong belaka? Benar begitu?" desak Armenia.

Candles mengedarkan pandang. Melihat sekitar yang nampak sepi. Tapi perasaannya tidak enak.

"Ikut denganku!" Candles menarik lengan Armenia dan berbelok keluar dari jalan setapak menuju titik penghalang.

Armenia tidak memprotesnya, dia hanya terkejut. Dia membiarkan Candles membawanya pergi entah ke mana itu. Dia harus mendengar semuanya hari ini, saat ini juga. Dengan begitu dia bisa memutuskan apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan Sia.

"Sepertinya di sini lebih aman," gumam Candles setelah menembus semak belukar hingga sampai di sebuah sumur tua yang tertutup pondok tanpa dinding.

"Kenapa membawaku kemari? Ka-kau mau ..." Armenia histeris menunjuk lubang sumur tua.

"Memasukkanmu ke dalam sumur? Sungguh pikiran yang sangat lucu, Armencia. Haha haha haha!" Candles tertawa.

Wajah Armenia memerah, malu juga marah. Dia mendengus kesal lalu menghampiri sumur tua itu. Terlihat tanaman rambat memenuhi lubang sumur itu sampai menjalar keluar dan merambati tiang pondok. Bunga-bunga merah seukuran kecil membuat tanaman rambat itu terlihat indah.

"Sudah tertawanya?" tanya Armenia kesal.

"Sudah." Candles sampai mengusap sudut matanya.

"Jadi, kenapa aku dibawa kemari?" Armenia masih penasaran dengan maksud serta tujuan pria murah senyum itu.

"Aku yakin kau tidak ingin pembicaraan kita terdengar orang lain, kan? Terutama Bos, yang bisa saja sewaktu-waktu muncul tanpa kita sadari. Karena dia tadi berencana untuk membantu penguatan penghalang sebelum pergi ke gua untuk bertapa," jelas Candles.

"Kak Holkay benar akan melakukan itu pada Sia?" Mata Armenia membulat lebar.

"Itu adalah keputusannya. Dan sepertinya kau tidak menyukai kenyataan yang kau dengar ini. Jadi, bagaimana? Apakah kau tidak penasaran kenapa harus seperti ini?" Candles terdengar menggoda.

"Katakan padaku semuanya. Tentang Primosa Forsythia!" tukas Armenia dengan mata menyala.

"Baiklah-baiklah. Bagaimana aku memulainya ya. Mungkin ini cerita yang hanya diketahui para orang tua dan juga para penyerang. Apa kau tidak mendengar cerita ini dari orang tuamu?"

"Tidak. Guru yang bercerita tentang wanita itu."

"Sepertinya aku tahu kenapa hanya dirimu yang tidak mengetahui cerita yang sebenarnya. Apa kau tidak penasaran kenapa?"

"Berhentilah main-main dan katakan yang sebenarnya. Aku bisa gila karena penasaran. Kenapa? Kenapa hanya aku yang tidak tahu?"

"Karena kau keturunan dari adik Primosa Forsythia," ujar Candles tersenyum ke arah Armenia yang terkejut setengah mati.

"A-apa ka-kau bilang?" Armenia gagap. Jantungnya memompa lebih cepat dari saat dirinya berlari.

"Seperti yang aku katakan. Kau adalah keturunan dari adik Primosa Forsythia. Nenek buyutmu adalah adik dari wanita pengkhianat suku Heilige."

DARKNESSWhere stories live. Discover now