Bulir 2 : Visibly

347 41 7
                                    

PRANG!

Meola berjingkat kaget karena terdengar suara seperti kaca pecah di belakang tubuhnya. Dia berhenti merapikan meja belajar putrinya. Memutar tubuh dan menemukan figura foto Sia yang tergeletak dengan kaca pecah berkeping-keping. Meola menghampiri figura itu. Tali untuk menggantungnya terputus. Perasaannya sebagai seorang ibu langsung tidak enak. Diambilnya figura itu setelah menyingkirkan pecahan kaca.

"Apa terjadi sesuatu pada Sia?" ujar Meola. Jantungnya berdebar dengan cepat, gelisah dan khawatir langsung menyergapnya. Buru-buru Meola mengambil ponsel di saku celemeknya. Menghubungi Sia, namun nomor Sia tidak dapat dihubungi. Dengan panik Meola segera menghubungi suaminya. "Papa, Sia ..."

***

Mata Sia membelalak melihat tanda hitam yang melingkar di jari manisnya tempat di mana cincinnya berada sebelum terjun bebas ke dalam danau, perlahan memudar. Sia sangat yakin tidak pernah melihat tanda hitam itu sebelumnya. Dia sering memutar-mutar cincinnya saat mandi, tidak sampai melepas tentunya. Jemarinya bersih seperti lainnya. Jantungnya berdebar keras memikirkan hal-hal aneh ini.

"Sia, lihat!" Veronica menarik menepuk-nepuk paha Sia. Gadis itu tersentak dan melihat ke arah telunjuk Veronica. Sekali lagi matanya terbelalak.

"Itu ..."

Sia dan Veronica saling berpandangan dengan wajah memucat setelah merasakan gempa yang mengejutkan. Belum selesai dengan rasa syok yang melanda, pemandangan pusaran air di tengah danau membuat dua gadis itu begidik ngeri.

"Sia, se-sepertinya kau sudah membuat penunggu danau murka," bisik Veronica menatap takut pada pusaran air yang semakin melebar.

"Vero, apa yang sebaiknya kita lakukan?" tanya Sia menelan ludah karena apa yang telah lama tak dilihatnya sekarang keluar perlahan dari pusaran air danau Porte. Stealth sebesar raksasa dengan tiga tanduk panjang mulai menampakkan wujud utuhnya. Sia merasa sampai lupa untuk bernapas.

"Lariiii!" teriak Veronica sembari menarik paksa tangan Sia hingga berdiri, tubuhnya terpaksa ikut berlari meski sedikit terseok karena belum sepenuhnya siap. Penglihatan akan Stealth sebesar raksasa barulah pertama ini dialami Sia.

Apakah ini karena cincinnya yang terlepas?

Seperti dikejar setan, mereka buru-buru memanjat untuk sampai ke jalan yang mereka lalui tadi. Veronica yang gesit memanjat dengan sempurna, sementara Sia masih berusaha keras berpegangan pada rumput-rumput basah yang tadi ikut andil memuluskan jalannya terelincir hingga mencium lumpur yang lembut.

"Pegang tanganku!" Veronica yang sudah berada di atas mengulurkan tangannya.

Sia hendak meraih tangan Veronica, namun dihentikannya ketika melihat Pao Pao melayang pergi menuju danau.

"Pao Pao!" pekiknya kelepasan. Sia ingin meraih Pao Pao tapi pegangannya pada rumput basah itu terlepas. "Ah?" Sia merasa tubuhnya terjengkang ke belakang. Tangannya reflek menyapu udara berharap dapat menggapai tangan Veronica. Terlalu jauh. Dia akan jatuh lagi. Sia menutup mata dan menggigit bibir bawahnya. Berharap bukan kepalanya yang akan jatuh duluan.

"Sia!" teriak Veronica histeris.

Seperti bayangan, seseorang melompat turun tepat sebelum tubuh Sia bertemu kembali dengan kubangan lumpur. Menangkap tubuh Sia dengan begitu mudahnya.

Jantung Sia berdebar tidak karuan. Namun, merasakan tangan di punggung dan pahanya, Sia yakin dia selamat. Perlahan dia membuka matanya dan pemandangan pertama yang tertangkap lensa matanya adalah rahang yang kokoh dan mata sepekat malam yang menatapnya dingin. Sejenak, Sia tak sanggup membuka mulut karena si penjaga cagar alamlah yang telah menyelamatkannya.

DARKNESSOn viuen les histories. Descobreix ara