(5)

61.2K 2.5K 49
                                    

Luna sekarang sedang tertidur dengan memeluk Hansel. Untuk seminggu terakhir ini memang Hansel tidur dikamar Tristan dan Luna lagi, tidak di kamarnya sendiri karena permintaan Luna.

Bahkan, seminggu terakhir ini Luna lebih senang memeluk Hansel dibanding Tristan kalau tidur. Dan hal itu membuat Tristan cukup iri.

Dan lebih sial lagi untuk Tristan adalah, saat Tristan pulang kantor, Luna akan menelantarkannya setelah makan malam walaupun sebelumnya ia sudah menyiapkan air hangat untuk Tristan mandi.

Flashback

Tristan duduk di tepi kasur seraya menggoncang bahu Luna yang membelakanginya ketika tidur. Jam masih menunjukan pukul 9 lebih 25 menit, namun Luna sudah terlelap karena menemani Hansel.

"Lun, temenin nonton dong," ucap Tristan membangunkan Luna. "Masa punya istri tapi nontonnya masih sendiri, emangnya aku jomblo?" lanjut Tristan tetap berbicara padahal Luna masih belum membuka matanya.

Sudah 5 menit Tristan menggucang-guncang bahu Luna, namun belum ada tanda-tanda kalau Luna akan bangun.

Akhirnya, Tristan menggunakan cara terampuhnya untuk membangunkan Luna. Menciumnya. Tidak, tidak di bibir, tapi di pipi.

Tristan menunduk untuk mencium pipi Luna. Jarak bibirnya dan pipi Luna tinggal beberapa senti lagi, namun Luna tiba-tiba bangun dan reflek menoleh. Akhirnya sasaran meleset. Bukan pipi Luna yang dicium oleh Tristan, melainkan bibirnya.

Tristan senang, karena Luna bangun dan dia juga bisa mencium bibir Luna. Namun disaat Tristan lagi tersenyum, Luna dengan anarkisnya malah mendorong tubuh Tristan hingga ia terjungkal ke belakang.

Luna memandang Tristan dengan tatapan kasihannya, namun ia tau bahwa dirinyalah yang harus dikasihani sekarang.

Ia buru-buru lari ke kamar mandi yang ada di kamar itu, dan menumpahkan semua makanan yang kira-kira 2 jam lalu ia makan.

Tristan datang dan memijat tengkuk Luna, bahkan tanpa rasa jijik sedikitpun dia mengelap daerah sekitar mulut Luna yang terkena bekas muntahannya itu dengan ibu jarinya.

"Mual lagi?" tanya Tristan perhatian, sambil membersihkan mulut Luna pakai air yang ditampung ditangannya.

Luna mengangguk lemah, "kakak bau kambing"

"Tadi mandi udah sabunan kok" jawab Tristan jujur.

"Tapi parfum kakak baunya masih ada," jawab Luna tak mau kalah. "Bau parfum kakak kaya kambing"

"Yaudah besok parfumnya kamu buang aja deh, ga enak kita musti jauh-jauhan gini" Tristan mengeluh pada Luna.

"Jangan, mahal" Luna melarang parfum itu dibuang.

Huh, mentang-mentang yang punya perusahaan, main asal buang parfum mahal aja.

"Ya daripadi aku sama sekali gak bisa deket sama kamu" Tristan mulai snewen.

"Maaf kak," Luna tertunduk. "Luna juga mau deket-deket sama kakak, tapi dedenya yang gak suka bau parfum papinya" jawab Luna sedih.

Lagi, lagi, Tristan tak tega melihat Luna. Akhirnya, ia hanya mampu menggenggam tangan Luna, dan tersenyum ke arahnya. Ia tak berani memeluk Luna, takut-takut Luna muntah lagi.

"Yaudah, sekarang makan lagi yuk, kan perutnya gak boleh kosong" ajak Tristan.

Flashback off

Ya, itulah alasan mengapa Luna lebih memilih untuk memeluk Hansel ketika tidur. Pagi hari mungkin Luna bisa memeluk Tristan karena dia sekarang memakai parfum dikantor saja kalau bertemu dengan client penting, kalau dia hanya di kantor saja dia tidak menggunakan parfum.

Happily Ever After ✅Where stories live. Discover now