Sepucuk Relikui

89 4 0
                                    

Judul            : Sepucuk Relikui

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Judul            : Sepucuk Relikui

Penulis        : AlfianBudiarto

Penerbit      : AT Press Surabaya

Editor          : Ariny Nurul Haq

Layout         : Ratifa Mazari

Cover           : Ratifa Mazari

Cetakan       : Pertama, November 2018

Tebal            : 203 hlm

ISBN              : 978-602-0745-12-1

Blurb:
"Tembilahan, tanah pertama kakimu berpijak. Maka di sana pula kau akan menemukan semua kisah tentangmu, tentang aku, juga tentang bapakmu. Kembalilah, Nak. Kembalilah, maka kau akan menemukan kebenaran."

Di gelap yang kian beranjak pekat, Intan juga diam-diam menambahkan goresan tinta di lembar buku harian bersampul cokelat usang miliknya. Ade tidak pernah menyangka jika buku itu adalah peninggalan terakhir ibunya. Menjadi relikui. Sebab, keesokan harinya, sebelum mentari sempat menyingsing, ibunya itu telah dipanggil Tuhan. Perempuan lemah bertubuh ringkih tersebut kembali menghadap penguasa semesta.

***

Alur Cerita:

Lantaran sebuah peristiwa yang menyisakan luka di masa lalu, Ade beserta ibunya, Intan, meninggalkan Tembilahan, meninggalkan bapaknya dengan segudang bibit kebencian yang kemudian nenyubur seiring ia tumbuh.

Namun, belasan tahun sudah berlalu, barangkali banyak hal yang telah berubah, atau semacam kesalahpahaman yang sudah saatnya diperbaiki. Sebelum mengembuskan napas terakhir, Intan berpesan kepada Ade, agar anak itu kembali ke Tembilahan untuk menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Pesan itu diperkuat ketika Ken, paman Ade menelepon untuk mengabarkan bahwa Ilham, bapak Ade sedang sakit. Ilham sangat ingin bertemu dengan Ade.

Bukan hal mudah ketika akhirnya Ade memutuskan untuk kembali ke Tembilahan, meski ia tak pernah bisa menebak apa yang akan ditemuinya di tanah kelahirannya itu.

"Bukan hal mudah untuk merajut kisah dari masa lalu yang kusut. Seperti benang yang gagal dipintal, ketika telah melilit dan membelit. Hanya kebimbangan tentang pilihan untuk mulai mengurainya atau malah memutuskannya."_(hal 40)

Begitu bertemu Bapak, kebencian Ade seketika runtuh nyaris tak berbekas. Mendekap tubuh ringkih Bapak yang kian rapuh, Ade mengalirkan segenap kerinduan yang tertampung selama ini. Anak dan bapak itu mulai menapaki kebersamaan perlahan-lahan, bertukar cerita, lalu menyibak apa-apa yang perlu dibenahi.

Review Suka-Suka GueWhere stories live. Discover now