3. Dear Kak Jimin

Start from the beginning
                                    

"Ngapain nanya Beomgyu?"

"Ya gapapa? Jawab aja."

Aku diam sejenak, sedikit heran dengan Soobin yang sangat menunggu jawabanku karena ia sekarang sedang menatapku intens. Aku mengalihkan pandanganku ke atas, berpikir.

"Dia suka ngajarin aku fisika sampe rela ngejelasin di VN panjang-panjang. Padahal mah, gue dengerin aja engga haha.. Soalnya gue ga ngerti. Ga cuma fisika aja, sih, semua pelajaran."

Aku sudah menggunakan 'lo-gue' lagi tanpa ku sadari.

"Dia pinter banget ya segala pelajaran bisa ckck.. Iyalah, gila! Peringkat dua umum. Ga kaya gue peringkat 37."

"Btw, lo peringkat berapa?"tanyaku, mengalihkan pandanganku padanya. Soobin ternyata sedang memejamkan matanya dengan dahi yang berkerut. Uh, dia aneh sekali.

"Lo lagi ngapain? Please, gausah gitu amat mikirnya. Kita ga lagi ulangan."

Soobin tiba-tiba saja kembali merebahkan dirinya dengan tangan kanan sebagai bantalnya dan tangan kiri yang ia letakkan di atas perut.

"Lanjut lanjut."

"Apaan?"

"Cerita Beomgyunya."

Aku curiga. Jangan-jangan Soobin menyukai Beomgyu. Ia terus saja bertanya tentang Beomgyu. Tidak pernah bertanya tentangku.

"Ya gitu."

"Kalian ga pernah jalan gitu?"

"Hm.. Dia sering sih ngajak gue jalan di luar jam sekolah sama les. Tapi selalu gue tolak soalnya mager. Gue kan mageran. Paling pas bolos les aja kita suka jalan-jalan gitu. Ga pernah yang direncanain emang buat jalan."

"Dia suka bolos juga ya ternyata."ujarnya sembari terkekeh.

"Iya. Tapi tetep pinter. Mau juga huhu.."

"Dia pernah ga nembak lu?"

"Ha? Haha.. Ga pernah lah, gila! Mana mau dia sama gue. Kita tuh temen."

"Lu nya mau ga sama dia?"

Aku seketika terdiam. Bukan karena aku tertangkap basah, bukan. Melainkan karena aku merasa topik sensitif seperti itu tidak seharusnya dibicarakan dengan orang yang sepenuhnya belum aku kenal.

Aku menghela nafasku.

"Kalo dalam hal suka sih, gue ga suka sama dia. Gue ga punya perasaan ke dia. Tapi kalo dalam hal tertarik, iya. Siapa sih yang ga tertarik sama dia?"

"Haha.. Bener banget. PPL taun kemaren aja ada yang kecantol sama dia."

"Wah iya, kah? Tuh, kan!"

Suasana menjadi hening begitu saja selanjutnya. Aku dan Soobin sibuk dengan pikiran kami masing-masing, membiarkan angin dan hembusannya berada di antara kami. Uh, aku bosan kalau begini.

"Naik sepeda lagi, dong. Mau jalan-jalan. Ntar kapan-kapan ke sini lagi."bujukku.

"Yok!" Soobin segera duduk, memegang tanganku untuk menarikku berdiri dan menarikku menuju sepedanya.

Aku dan Soobin kembali berkeliling pada kebun teh. Aku tidak tahu mengapa, pagi ini, aku merasa bahagia sekali hanya karena menaiki sepeda saja. Ah, aku jadi ingin mendapatkan sepeda gratis dari pak presiden. Apa aku perlu mengikuti undiannya?

Saking menikmati perjalanan, aku tidak sadar kalau Soobin memebawaku kembali ke area jogging. Dan sialnya aku melihat kak Jimin yang tengah duduk di pinggiran arena seorang diri sembari memainkan ponselnya. Menyedihkan sekali. Aku jadi kasihan. Maaf, kak.

Tomorrow | Choi Soobin [REVISED][COMPLETED]Where stories live. Discover now