Reflection Chapter XVII

2.8K 294 38
                                    

Akashi P.O.V

Saat aku berbicara dengan para maid dan pelayan, aku menyadari Tetsumi tidak berada di sini.

Saat aku ingin bertanya kepada para maid tapi seseorang memanggilku.

"Sei-chan." Mibuchi memanggilku.

"Mibuchi?" Aku menatapnya.

"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu." Mibuchi tersenyum.

Aku mengerutkan dahiku, bertanya-tanya siapa itu. Dan juga ada yang aneh dengan Mibuchi. Sikapnya terlihat tidak seperti biasanya.

"Baiklah." Aku mengikutinya. Aku melihat ke belakang untuk yang terakhir kalinya, memastikan jika Tetsumi ada di sana, tapi dia tidak berada di sana.

Aku menghela nafas dan mengikuti Mibuchi.

Saat aku dan Mibuchi berjalan melewati koridor kamarku. Kami berhenti sesaat di kamarku.

Mibuchi, membuka pintu itu dan aku masuk.

Kedua mataku membulat saat aku melihat seseorang yang tidak asing bagiku berdiri di jendela kamarku.

"Ayane...." Aku memanggilnya.

Dia menoleh dan tersenyum padaku.

"Seijuro!" Dia berlari ke arahku.

Aku berdiri di sana dalam keadaan terkejut saat dia memelukku erat. Aku menyadari ada bau alkohol pada Ayane. Dia mengenakan dress yang hanya menutupi sebagian dada dan pahanya.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Tanyaku.

"Aku ingin bertemu denganmu. Aku merindukanmu, Seijuro!" Airmata mengalir dari kedua matanya.

"Apa hanya itu yang ingin kau katakan?" Aku mendorongnya untuk menjauh dariku.

Dia memandangku dengan tatapan terkejut dan terluka.

Aku merasakan darahku mendidih dalam api amarah. Dia lah yang memilih untuk pergi, dan kenapa juga dia berada di sini. Dia lah orang yang membuatku melukai diriku sendiri. Dia lah yang mengingkan untuk berpisah! Tapi sekarang dia menginginkan diriku lagi?!

"Seijuro... Ma-maafkan aku karena telah pergi... Tapi aku ingin kita berdua kembali bersama seperti dulu lagi! Kumohon!" Pintanya.

Aku menggigit bibirku.

"Aku menolak." Aku berbalik untuk pergi, tapi dia memegang salah satu tanganku.

"Tidak! Kau tidak bisa meninggalkanku!" Ucapnya dengan suara yang menyedihkan.

Aku menarik tanganku dengan kasar darinya, dan membuka pintu untuk berjalan keluar menuju koridor.

"Seijirou, jangan pergi!!! Aku mencintaimu!" Dia memelukku dari belakang.

"...." Aku tidak mengatakan apapun.

"Nee, apa kau ingat janji yang kita buat satu sama lain saat SMP? Bahwa kita akan selalu bersama. Apa kau mengingatnya ?" Ayane menangis.

"Mari kita ulang lagi hu-" Aku memotong omongannya.

"Tidak. Aku tidak mengingat apapun." Ucapku.

Dadaku terasa sangat sakit. Apa yang saat ini sedang ku katakan, mungkin nantinya akan membuatku menyesal. Perkataanku telah menyakiti orang yang pernah ku pedulikan dan cintai.

"Aku tidak mengingat apapun. Mengulangi hubungan kita? Kau pikir siapa yang pergi terlebih dahulu?" Aku menoleh untuk menatapnya.

Kedua matanya membelalak. Air mata mengalir jatuh di kedua pipinya.

ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang