Reflection Chapter III

3.6K 399 21
                                    

"Siapa kau?" Ucap perempuan berambut biru itu dengan wajah  datar tanpa emosi.

"Perkenalkan. Namaku Akashi Seijurou. Maafkan aku yang telah mengusik tidurmu." Seijurou membungkukkan badannya.

"Akashi Seijurou? Oh, kau tunanganku? Perkenalkan nama saya Kuroko Tetsuy-,  ah Kuroko Tetsumi. Dan kau tidak perlu meminta maaf." Tetsumi berdiri dan membawa anjing itu di dekapannya.

"Kuroko Tetsumi? Maka kau adalah
..." Seijurou tiba-tiba merasa canggung untuk bicara dengan Tetsumi.

"Ya, aku adalah tunanganmu. Senang bertemu denganmu." Tetsumi membungkukkan badannya.

"Senang bertemu denganmu juga. Ngomong-ngomong, ibumu mencarimu. Dan beliau sangat khawatir." Ucap Seijurou.

"Ibuku? Tidak apa-apa. Ibu bahkan tidak peduli dengan diriku yang sesungguhnya." Ucap Tetsumi dengan ekspresi sedih.

"Dirimu yang sesungguhnya?" Seijurou menatap Tetsumi.

"Ayo. Kita tidak bisa membuat mereka menunggu lebih lama." Ucap Tetsumi. Tetsumi berjalan melewati Seijurou menuju ke dalam rumah, dan Seijurou mengikutinya.

****

Setelah Seijurou dan Tetsumi masuk ke kediaman Kuroko, mereka duduk bersebelahan.

"Terimakasih Akashi! Kau telah menemukan Tetsumi, terima kasih banyak. Baiklah karena kalian berdua telah bertemu. Bagaimana menurutmu Tetsumi, dia laki-laki yang tampan, kan?" Ucap Maya dengan mematap Tetsumi.

"Ya, laki-laki yang sangat tampan." Kuroko menepuk kepala Nigou. Ibu Tetsumi menyadari ada anjing di atas paha Tetsumi.

"Tetsumi, kenapa kau membawa anjing itu? Buang anjing itu sekarang!" Ibu Tetsumi menatap anjing itu dengan tatapan jijik.

"Tidak, dia adalah temanku. Dia adalah satu-satunya yang dapat mengerti aku" Kuroko memeluk anjing itu dengan lembut.

Kesunyian memenuhi ruangan tersebut dengan canggungnya. Masomi berdehem untuk mendapat perhatian semua orang.

"Seijurou, bagaimana menurutmu tentang putri Keluarga Kuroko? Dia cantik, kan?" Masomi tersenyum. Seijurou memandang Tetsumi yang masih memeluk anjingnya dengan wajah datar. Seijurou heran kenapa wajah Tetsumi tidak tersenyum.

"Ya, dia adalah perempuan yang cantik. Setiap orang yang memandangnya pasti akan mencintainya." Ujar Seijurou.

"Terimakasih. Aku senang dia akan menikah denganmu. Dia sangat beruntung." Ibu Tetsumi memegang salah satu pundah Tetsumi.

"Tetsumi, kenapa kau tidak menunjukkan Akashi kamarmu?" Ujar Kepala Keluarga Kuroko. Tetsumi berdiri dengan Nigou di tangannya dan melangkah menuju ke pintu.  Dia menoleh ke  arah Seijurou.

"Kau tidak ikut?" Tetsumi menatap Seijurou.

Seijurou menoleh ke ayahnya yang menganggukan kepalanya. Kemudian Seijurou berdiri dan mengikuti Tetsumi.

****

Saat mereka memasuki kamar Tetsumi, Seijurou memerhatikan kamar Tetsumi yang bersih dan rapi. Sebuah futon berwarna merah muda dengan bercorakan bunga. Kamar bergaya Jepang. Dan diatas laci terdapat sebuah figura. Seijurou berjalan mendekatinya untuk melihat figura itu.

Di dalam figura tersebut adalah foto Keluarga Kuroko dengan seorang anak kecil laki-laki berambut biru ditengah mereka, dan seorang pria tua berambut abu-abu dibelakangnya.

"Apakah ini saudara laki-lakimu?" Seijurou memerhatikan figura itu.

"Mungkin." Tetsumi duduk di lantai dengan lututnya. Seijurou menatap Tetsumi dengan heran. Apakah dia tidak menyukai saudara laki-lakinya atau bagaimana? Pikir Seijurou.

Dia meletakkan Nigou di bawah dan mengeluarkan sebuah meja kecil dengan satu set teh hijau. Seijurou duduk berseberangan dengan Tetsumi sedangkan Tetsumi menuangkan secangkir teh.

"Apa kau menyukai pernikahan ini?" Tanya Tetsumi pada Seijurou. Seijurou memandang Tetsumi.

"Mungkin." Seijurou meminum tehnya.

"Kumohon jangan berbohong. Aku tahu kau tidak menyukainya. Aku juga tidak menyukainta." Tetsumi menepuk kepala Nigou yang duduk di sebelahnya.

"Apa kau memiliki orang yang kau cintai?" Tatap Seijurou.

"Tidak, aku tidak punya. Aku bahkan tidak tahu apa itu cinta." Ujar Tetsumi datar.

"Bagaimana dengan keluargamu? Tidakah kau mencintai mereka?" Tanya Seijurou. Seijuru menyadari bahwa tangan Tetsumi berhenti menepuk kepala Nigou.

"Aku tidak tahu. Mereka hanya mencintai diriku yang palsu." Ujar Tetsumi.

"Apa maksud dari dirimu yang palsu?" Seijurou menatap Tetsumi.

"Ini bukanlah diriku yang sesungguhnya. Diriku yang sesungguhnya sudah mati . Orangtuaku dan orang-orang yang berada di rumah memiliki cinta yang menakutkan." Ujar Tetsumi.

"Bagaimana denganmu? Apa kau memiliki orang yang kau cintai?" Tetsumi menatap Seijurou dengan wajah datarnya.

"Ya, aku punya. Namanya adalah Ayane. Aku sangat mencintainya, kita berencana untuk menikah." Ujar Seijurou.

"Kau sangat beruntung. Aku harap aku dapat bebas dari tempat ini. Terkadang aku ingin pergi ke luar. Pasti sangat menyenangkan bisa pergi kemanapun yang kau mau." Ujar Tetsumi dengan sedih.

Seijurou merasakan mereka memiliki  kesamaan nasib dengan Tetsumi. Dia juga ingin bebas seperti Tetsumi. Mereka berdua hanya ingin melakukan apapun yang mereka inginkan. Tidak dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan.

Seijurou menaruh tangannya di atas tangan Tetsumi. Tetsumi hanya menatap datar  Seijurou.

"Kalau begitu kita akan menikah, ini hanya pernikahan palsu. Kau dan aku akan melakukan apapun yang kita inginkan. Berpura-pura menjadi sepasang suami istri. Bagaimana?" Seijurou menatap Tetsumi. Tetsumi membalas tatapan Seijurou dengan sedikit keraguan, seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Setelah ini apakah aku bisa pergi ke luar?" Tanya Tetsumi.

"Ya, aku akan membawamu ke tempat yang belum pernah kau lihat sebelumnya." Jawab Seijurou.

"Apakah aku bisa memiliki teman?" Tanya Tetsumi lagi.

"Ya." Jawab Seijurou.

"Apakah aku bisa menjadi diriku yang sesungguhnya?" Tetsumi menatap Seijurou.

"Ya, tentu kau bisa." Seijurou tersenyum.

"Aku bisa bebas?" Tanya Tetsumi untuk yang terakhir.

"Yeah, kau tidak perlu terpaksa melakukan apapun lagi, aku akan melindungimu." Akashi meremat tangannya.

Tetsumi menatap mata merah dan emas milik Seijurou jkka dia benar-benar serius dan jujur padanya. Dan mata itu menjelaskan semuanya.

"Baiklah, aku akan berpura-pura menjadi kekasihmu. Istrimu. Aku akan menikah denganmu." Ujar Tetsumi.

"Terimakasih." Ujar Seijurou.

Tapi dalam hati Seijurou dan Tetsumi, mereka masik bertanya-tanya, apakah tidak apa-apa jika mereka melakukannya? Apakah ini pilihan terbaik? Bagaimana jika salah satu dari mereka jatuh cinta satu sama lain? Mereka masih tidak tahu bagaimana untuk menjawab pertanyaan itu.

.
.
.
T
B
C
.
.
.

Akhirnya kelar juga wkwkwkwkwkwk 😂😂

ReflectionWhere stories live. Discover now