Reflection Chapter VIII

3K 343 19
                                    

Ayane P.O.V

"Tunangan Seijirou... adalah... La-laki-laki..??" Aku menutup mulutku.

Laki-laki cantik yang mengenakan dress seperti perempuan ini adalah tunangan Seijirou?!! Selama ini aku telah cemburu dengan laki-laki?! Aku  benar-benar memalukan diriku sendiri!!

Tubuhku langsung merosot di lantai, aku merasa malu dengan diriku sendiri. Aku melihat Mibuchi keluar dari kamar mandi Seijurou. Dia melihatku terduduk di atas lantai.

"Mibuchi... Aku orang yang mengerikan." Ucapku.

"Eh ada ap-" Aku menoleh dan melihat Mibuchi diam mematung. Saat aku melihat ke mana arah pandangannya. Kemudian Mibuchi menunjuk ke arah Kuroko yang sedang bertelanjang dada dengan badan gemetaran. Dia berubah menjadi batu.

"Se-seorang... Laki-laki!!!!!!!!" Teriaknya.

Aku panik dan berlari ke arah Mibuchi untuk menutup mulutnya dengan tanganku. Aku mengarahkan jari telunjukku di mulutnya untuk diam. Dia masih berkomat-kamit dan masih berteriak meskipun aku sudah menyuruhnya diam.

"Apa semua baik-baik saja?" Tanya Seijurou dari luar pintu.

"Y-ya semua baik-baik saja." jawabku.

"Jika kalian perlu bantuanku katakan saja." Ucap Seijurou.

Aku menoleh ke arah Mibuchi yang terlihat seperti akan mati. Dia berubah menjadi biru. Kemudian aku menyadari jika tanganku masih menutupi mulut dan hidungnya.

"Ma-maafkan aku!" Aku meminta maaf padanya. Dia mengambil nafas dalam sampai dia mendapatkan udara kembali. 

"A-aku pikir aku akan mati..." Dia memandangku.

"Maaf tapi bisakah kau menjaga rahasia ini? antara kau dan aku?" Aku memohon padanya.

"Kenapa? Aku yakin Seichan akan mengetahuinya, kan? Terlebih tidak seorang pun yang bisa merahasiakan sesuatu darinya." Ucap Mibuchi.

"Aku tahu. Jadi ku mohon, Aku yakin ada alasan kenapa Kuroko menyembunyikan semua ini." Aku membungkukkan badanku ke arahnya.

Mibuchi menatapku untuk beberapa saat. Memikirkan perkataanku. Kemudian dia menghela nafas. 

"Baiklah. Bantu aku membawanya ke dalam kamar mandi." Ucap Mibuchi.

"Ya." Ucapku.

****

Setelah kita membantu membersihkan Kuroko dan menghangatkan dirinya, dengan lembut aku dan Mibuchi membawanya kembali ke ranjang. Aku menyentuh rambut panjangnya. Rambutnya terasa sangat lembut seperti permen kapas. Aku heran kenapa dia tidak memotong rambutnya. Dan juga kenapa dia mengenakan pakian perempuan?

P.O.V End

Kuroko P.O.V

Aku bermimpi, Ini mimpi yang selalu sama. Ibu yang selalu menangisi kepergian adik perempuanku. Ayah yang berteriak kepadaku. Memaksaku menjadi adikku. Di rumah itu, sepanjang aku berjalan di sana, semua orang memandang ke arahku seolah-olah mereka mencintaiku dengan senyuman mereka yang menyeramkan. Mereka tidak melihat diriku yang sesungguhnya. Mereka semua berfikir aku adalah adik perempuanku, tapi itu bukan aku. Ini sangat menyeramkan, dimana diriku yang sesungguhnya? Ibu hanya menyayangi Kuroko Tetsumi. Dimana Kuroko Tetsuya? Kenapa aku harus dilahirkan?

Pemandangan itu berubah lagi. Aku berada di taman rumah, memandangi diriku yang berada di permukaan air. Memperlihatkan refleksiku pada diriku. Di sana ada dua diriku, refleksi di permukaan air adalah Kuroko Tetsuya dan satunya yang melihat di permukaan air adalah adik perempuanku yang telah meninggal. kami berdua menyentuh permukaan air, jika kami adalah benar-benar nyata. Ini menakutkan, siapa diriku ini? Aku bukan Kuroko Tetsumi.

"Tetsumi." Seseorang memanggil diriku.

"Tetsumi, bangun." Tiba-tiba secercah kilatan cahaya terang masuk ke dalam mataku. Semuanya berubah menjadi putih.

"Tetsumi. Kau sudah bangun?" Aku membuka kedua mataku, dan aku melihat warna merah.

"Akashi-kun... Aku dimana?" Tanyaku padanya.

"Kau berada di kamarku. Kemarin kau sakit, jadi Mibuchi dan Ayane membantumu." Ujar Seijurou.

"Begitu, ya. Terima kasih." Aku berdiri dan memperhatikan pakaianku. Mataku membelalak. Aku cepat-cepat memeluk tubuhku sendiri. Aku menoleh kepada tiga orang yang sedang berdiri di pintu.

"A-apa kau melihatnya..?" Aku mulai panik.

"Apa yang kau bicarakan Tetsumi?" Seijurou mencoba menenangkan diriku, tapi aku menyelanya.

"Apa kau melihatnya?!!" Aku menoleh kepada dua orang yang memandang diriku dengan ekspresi yang aneh.

"Y-yeah, maaf. Tapi kami tidak akan mengatakan kepada siapapun." Ayane meminta maaf.

Aku mulai lebih panik. Nafasku menjadi lebih berat dan lebih berat. Aku merasa tubuhku gemetar dalam ketakutan.

"Dengar! Jika ada orang yang mengetahui jika kau adalah laki-laki, kau akan cambuk dan tinggal di gudang rumah yang gelap sendirian, kemudian aku akan membuangmu dari keluarga ini." Ucap ayahku.

Aku ingat apa yang dikatakan oleh ayah. Aku ingat saat pertama kalinya ayah mencambukku karena tidak bersikap seperti perempuan dalam pelajaranku. Aku sangat takut padanya. Wajah dan suaranya penuh dengan kebencian dan kegelapan. Saat itu umurku masih empat tahun. Itu sangat menakutkan, selama ayah mengurungku di gudang rumah yang gelap, dan dengan punggungku yang  terluka penuh rasa sakit. Tidak seorangpun menyelamatkanku, tidak seorangpun mendengarku meski aku berteriak minta tolong, aku tidak makan selama empat hari. Aku sendirian. 

"Tetsumi. Tetsumi." Aku merasa seseorang mengguncang-guncang tubuhku.

"Tidak... Aku tidak ingin tinggal di kegelapan... Biarkan aku keluar..." Aku masih teringat tinggal dalam gudang yang gelap. 

P.O.V End

Semua orang memperhatikan Seijurou yang mencoba menenangkan Tetsumi. Dia dilanda kepanikan. Air mata mulai berjatuhan. Dia masih gemetaran. 

"Tetsumi, sudah tidak apa-apa, aku ada di sini. Kau tidak sedang berada di tempat gelap di rumahmu. Apa kau dengar? Ini aku, Akashi Seijirou, tunanganmu. aku pernah berjanji jika aku akan melindungimu, kan? Jadi, jangan takut lagi." Seijurou mendorong Tetsumi dalam pelukannya.

"Jangan khawatir, Jangan takut. Dengarkan saja suara detak jantungku. Sudah tidak apa-apa..." Ucap Seiju. Seijurou merasakan Tetsumi sudah lebih tenang.

Ayane merasa sedikit cemburu saat itu, tapi dia menahan dirinya. Mibuchi dan Ayane saling berpandangan. Mungkin ini ide buruk untuk menungkapkan.

"Apa yang sudah kalian berdua lakukan?" Ucap Mayuzumi dengan raut muka marah.

Mereka berdua tersentak.

"Ti-tidak ada. Ini rahasia! Ra-ha-sia!" Ucap mereka berdua.

Mayuzumi merasa jengkel kepada mereka berdua. Dia benci pekerjaan ini.

.

.

.

T

B

C

.

.

.

Akane : Sialan! Kenapa aku selalu berfikir jika Reo-Nee adalah perempuan! Aku selalu menulis dia she or her! Lol. I'm so mess up!😂
😥❤️✌️

Yuriko : Hai guys, mungkin aku sering mengatakan hal ini sampai kalian bosen, "Tolong support author ori dari cerita ini entah kalian ngefollow ataupun ngevote atau bilang langsung ke dia itu terserah, karena banyak author luar negeri (Yang nulis FF berbahasa Inggris) kena bully, dengan mengatakan karya lu itu jelek, sampah, dll. Hapus aja!" (Kalian bisa lihat di karya terbarunya, disana ada semua SS-an kata-kata yang tidak menyenangkan).

Mohon kerjasamanya ya 😊

ReflectionWhere stories live. Discover now